LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II AKTIVITAS ANTELMINTIK. Nama kelompok. Ogy Goesgyantoro ( ) Nur azaniah Rakhmadewi ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

Prosiding Farmasi ISSN:

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO ABSTRAK

Prosiding Farmasi ISSN:

UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO

1 Universitas Kristen Maranatha

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda

The Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli

Uji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro

DAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

UJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze)

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan

cacing kremi. Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides stercoralis, dosis 400 mg

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica l) Terhadap Cacing Gelang Babi (ascaris suum. L)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan

IDENTITAS DOKUMEN (Preview)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Astuti dkk. Korespondensi: Ni Putu Erikarnita Sari

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS DAUN DAN INFUS BIJI PARE (Momordica charantia) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

Tim Pengajar Praktek Farmakologi, 2011, Penuntun Praktikum Farmakologi, Poltekkes KemenkesMakassar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR. DAN INFUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP. Ascaridia galli SECARA IN VITRO

UJI EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA CATECHU) TERHADAP CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB III METODA PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat proses

ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

DAYA MEMBUNUH CACING EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA) PADA AYAM BURAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

UJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

REBUSAN RIMPANG ALANG-ALANG (IMPERATA CYLINDRICAL L) MEMBERIKAN EFEK DIURETIK PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) DI MENIT KE 90

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

UJI AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA PADA CACING GELANG BABI

DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA In Vitro DAN PROFIL KLTNYA ABSTRACT

ABSTRAK. UJI EFEKTIVITAS A TIASCARIS I FUSA BUAH A AS (Ananas comosus L.Merr) SECARA in vitro

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cacing Gelang Babi (Ascaris suum Goeze) Secara In Vitro. Ariani, N. K. M. 1, Astuti, K.W. 1, Yadnya-Putra, A.A. G. R. 1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

Uji Daya Antihelmintik Dekok Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum secara In Vitro

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Anthelmintic Potency Test of Volatile Oil of Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Vall.) to Ascaridia galli Schrank Worm In Vitro

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted

ABSTRAK. EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB II METODE PENELITIAN

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

ABSTRAK. JUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L) SEBAGAI ANTELMINTIK PADA Ascaris suum INVITRO. Pembimbing II: Budi Widyarto Lana, dr.

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR DAN INFUS DAUN NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP Ascaridia galli SECARA INVITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Vermisidal dan Ovisidal Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Cacing Ascaris suum Secara In Vitro

BAB IV HASIL PENELITIAN. cacing Ascaris suum Goeze yang mati pada perendaman dalam berbagai

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN DAN INFUSA RIMPANG BENGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

DAYA ANTELMINTIK INFUSA BIJI SEMANGKA KUNING. (Citrulus vulgaris) TERHADAP Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL. EFI LIANAWATI NIM.

UJI DAYA ANTELMINTIK INFUSA BIJI WALUH (Cucurbita moschata Durch) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ABSTRACT

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK Carica papaya (INFUS AKAR, INFUS BIJI, INFUS DAUN) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS LAKSATIF INFUSA DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus L) PADA MENCIT. Tita Nofianti, Nurlaili Dwi Hidayati

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyediaan protein hewani di Indonesia. Pada tahun 2004 produksi daging unggas

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6 UJI EFEKTIVITAS ANTELMINTIK Dosen Pembimbing Praktikum: Fadli, S.Farm, Apt Hari/tanggal praktikum : Senin, 29 Desember 2014 Disusun oleh: KELOMPOK 5 / GOLONGAN A 1. Dedi Febriandi (138911) 2. Dhea Rizky (138915) 3. Endah Nopaparadila (138917) 4. Mega Juniati (138945) 5. Yessi Dwisanti (139005) LABORATORIUM FARMAKOLOGI AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK 2014/2015

I. PENDAHULUAN A. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan eksperimen sederhana untuk menguji aktivitas antelmintik suatu bahan uji secara invitro 2. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan perbedaan paralisis dan flasid yang terjadi pada cacing setelah diberikan antelmintik B. Dasar Teori Antelmintik merupakan obat untuk mengurangi atau membunuh cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing dari larvanya yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh. (Tjay, 2007) Obat-obat yang tidak diresorpsi lebih diutamakan untuk cacing didalam rongga usus agar kadar setempat setinggi mungkin, lagi pula karena kebanyakan antelmintika juga bersifat toksik pada tuan rumah. Sebaliknya, terhadap cacing yang dapat menembus dinding usus dan menjalar ke jaringan dan organ lain, misalnya cacing gelang, hendaknya digunakan obat sistemik yang justru diresorpsi baik kedalam darah hingga bisa mecapai jaringan. (Tjay, 2007) Kebanyakan obatcacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnosis tepatsebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan obat cacing diberikan secaraoral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersamaan dengan pencahar. Obat cacing baru umumnya lebih aman dan efektif disbanding dengan yang lama, efektif untuk beberapa macam cacing, rasanya tidak mengganggu, pemberiannya tidak memerlukan pencahar dan beberapa dapat diberikan secara oral sebagai dosis tunggal. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007)

Obat pilihan utama untuk anti cacing adalah pirantel pamoat atau mebendazole, sedangkan untuk pilihan keduanya adalah levamizole, piperazine ataupun albendazole. (Katzung, 2002) Pirantel pamoat sangat efektif terhadap Ascaris, Oxyuris dan Cacing tambang, tetapi tidak efektif terhadap trichiuris. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan penerusan impuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerak peristaltik usus. Cacing yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing akan segera mati. Di samping itu pirantel pamoat juga berkhasiat laksans lemah. (Tjay dan Rhardja, 2002)

II. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN A. Alat Cawan petri berukuran besar Batang pengaduk kaca Gelas piala 1L Pinset Sarung tangan Thermometer Incubator B. Bahan Ascaris suum (Nypa fruticans Wurmb) Pirantel palmoat NaCl 0,9% b/v Air suling Air dengan suhu 50 C

III. PROSEDUR KERJA 1. Sebelum pembuatan, cacing harus diaktifkan terlebih dahulu pada suhu 37 C 2. Siapkan larutan uji (pirantel palmoat dan larutan uji dari bahan alam) serta control (NaCl 0,9%) dengan konsentrasi masing-masing 5%, 20% dan 0,9% 3. Tuangkan larutan uji masing-masing kedalam cawan petri dengan pola sebagai berikut: Cawan petri 1 : Pirantel palmoat Cawan petri 2 : Larutan uji dari bahan alam Cawan petri 3 : NaCl 0,9% 4. Tempatkan cawan petri yang telah berisi larutan ujii kedalam incubator pada suhu 37 C 5. Kedalam masing-masing cawan petri, letakkan 1(satu) pasang Ascaris suum yang masih aktif. Catat waktunya 6. Lakukan pengamatan: Amati pergerakan caing dan posisi kepala cacing segera setelah penempatan cacing kedalam larutan uji secara terus menerus selama menit pertama kemudian pada 30, 45, 60 dan seterusnya dengan interval 15 menit. Pengamatan dilakukan selama 2 jam Bandingkan pergerakan cacing dalam larutan uji (pirantel palmoat dan larutan uji dari bahan alam) dengan cacing control (dalam NaCl 0,9%) Untuk melihat apakah cacing yang tidak bergerak tersebut sudah mati atau hanyak paralisis, usik cacing tersebut dengan batang pengaduk Jika cacing diam, segera pindahkan ke dalam air panas 50 C dan amati pergerakannya Apabila dengan mengusik, cacing tetap diam, berarti cacing tersebut mati. Tetapi jika bergerak, berarti cacing tersebut mengalami paralisis Jika cacing mengalami paralisis, nyatakanlah apakah paralisis yang terjasi merupakan paralisis spastic atau flaccid dengan melihat postur tubuh cacing tersebut Catat pengamatan dalam bentuk table. Nyatakan data pengamatan pada setiap interval waktu dengan: N (normal), P (paralisis) dan M (mati)

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN A. Larutan Stock Pirantel Pamoat Berat tablet: 1,02g Ditimbang: 0,05/100mL Konsentrasi yang dibuat: 5% CMC: 2% Aquades: ad 100mL B. Infusa stock Stock dibuat 100% sebanyak 280mL dengan berat daun pepaya 280g. Lalu dilakukan pengenceran 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan 80% C. Tabel Pengamatan Kelompok/Larutan Waktu pengamatan (menit) 0-15 15-30 30-45 45-60 III (Pirantel Palmoat 5%) F F F M V (NaCl 0,9%) N N N N I (Infusa 10%) N N N N II (Infusa 20%) N N N N IV (Infusa 30%) N N N N VI (Infusa 40%) N F F F VII (Infusa 50%) N N F F VIII (Infusa 60%) N M(I) M(II) F IX (Infusa 70%) N F F S X (Infusa 80%) F S M M Keterangan: M: Mati N: Normal F: Flasid S: Spastik

V. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, yang menjadi bahan amatan pengamat adalah aktivitas pirantel pamoat juga infusa daun pepaya sebagai obat antelmintik yang bekerja dalam mempengaruhi sistem saraf dari cacing yang akan diamati efeknya. Pada prosedur awal, cacing yang digunakannya haruslah berupa cacing pita babi (Ascaris suum) jantan dan betina atau Ascaridia galli, namun karena keterbatasan sumber daya, maka diganti oleh cacing nipah (Nypa fruticans Wurmb). Pada awal praktikum, cacing diaktifkan terlebih dulu pada suhu 37 o C, karena cacing hidup didalam tubuh manusia dengan keadaan sistem bersuhu 37 o C. Setelah cacing aktif, maka yang perlu dilakukan adalah menyiapkan sediaan uji, yaitu berupa pirantel pamoat, infusa Carica papaya dengan berbagai konsentrasi juga sediaan kontrol berupa NaCl fisiologis, selain itu disiapkan air panas bersuhu 50 o C sebagai sarana uji penentuan sifat paralisis yang akan terjadi karena aktivitas obat antelmintik yang diberikan. Cacing yang sudah aktif diletakan pada cawan petri yang berbeda untuk tiap larutan uji, cawan petri yang pertama untuk larutan uji pirantel palmoat 5% sebanyak ±10mL, cawan petri yang kedua untuk larutan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak ±10 ml dan cawan petri ketiga untuk larutan infusa daun papaya dengan masing-masing konsentrasi yang telah ditetapkan. Tiap cawan petri berisikan 3 ekor cacing. Pengamatan dilakukan selama waktu 60 menit dengan jarak pengamatan, 15 menit sekali. Pada larutan uji Pirantel palmoat 5%, cacing mengalami paralisis flasid yaitu keadaan cacing yang melemah pada menit ke 0-45 dan mati pada menit ke 45-60. Pirantel palmoat memiliki sifat laksan yang cukup kuat dan mekanisme kerjanya melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat neuromuskuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh yang mengakibatkan paralisis spastik pada cacing. Pada larutan uji menggunakan NaCl 0,9% fisiologis sebagai control negatif, cacing tidak mengalami reaksi apapun (normal). Hal ini dikarenakan NaCl merupaka larutan pengisotonis tubuh yang sesuai dengan keadaan didalam tubuh dimana cacing akan tetap hidup didalam kondisi normal seperti itu.

Pada larutan uji infusa daun pepaya dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% cacing tidak menimbulkan reaksi apapun (normal). Hal ini dikarenakan cacing nipah (Nypa fruticans Wurmb) memiliki fisik yang lebih besar dan memiliki system pertahanan tubuh yang lebih kuat dari pada Ascaridia gilli yang bukan termasuk cacing yang bersifat parasit dan hidup didalam tubuh manusia. Pada larutan uji infusa daun papaya 40%, cacing tidak mengalami reaksi apapun (normal) pada menit ke 0-15. Tetapi pada menit ke 15-60 cacing mengalami paralisis flasid (lemah) yang disebabkan oleh konsentrasi infusa yang meningkat. Pada larutan uji infusa daun papaya 50%, cacing tidak mengalami reaksi (normal) pada menit ke 0-30, dan mengalami flasid (keadaan tubuh lemah) pada menit ke 30-60. Hal ini berbanding terbalik dengan larutan uji infusa 40%. Secara teori, kenaikan dosis dapat mempengaruhi adsorbsi zat aktif. Hal ini bisa dikarenakan ukuran tubuh cacing yang lebih besar atau daya tahan tubuh cacing yang berbeda. Pada larutan uji infusa daun papaya 60%, cacing tidak mengalami reaksi apapun (normal) pada menit ke 0-15. Namun, pada menit ke 15-45 2 ekor cacing mati dan satu ekor sisa cacing lainnya mengalami flasid. Menurut literature, cacing yang mati harusnya mengalami flasid atau spastic terlebih dahulu. Namun pada table pengamatan tidak dinyatakan bahwa cacing mengalami flasid maupun spastic. Pada larutan uji infusa daun papaya 70%, cacing tidak mengalami reaksi apapun pada menit ke 0-15, namun pada menit ke 15-45 cacing mengalami flasid dan pada menit ke 45-60 cacing mengalami spastic. Hal ini dikarenakan konsentrasi infusa semakin bertambah. Pada larutan uji infusa 80%, cacing mengalami flasid pada menit ke 0-15 dan spastic pada menit ke 15-30. Lalu pada menit ke 30 cacing sudah mati. Hal ini dikarenakan peningkatan konsentrasi infusa sehingga system saraf pusat cacing terganggu.

VI. KESIMPULAN Dari praktikum, dapat disimpulkan bahwa: 1. Antelmintik merupakan obat untuk mengurangi atau membunuh cacing dalam tubuh manusia dan hewan 2. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, semakin tinggi kemampuan zat aktif tersebut bekerja 3. Kemampuan infusa daun papaya tidak jauh lebih kuat dari pirantel palmoat

VII. DAFTAR PUSTAKA Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. 2007. Farmakologi dan TerapiUniversitas Indonesia. Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta, Salemba Medika. Tjay, Tan Hoan, Rahardja, Kirana, 2002, Obat Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo: Jakarta