DETEKSI VIRUS NIPAH PADA FESES KELELAWAR (PTROPUS SP) DENGAN REVERSE TRANSCRIPTASE PCR (RT- PCR) DI KABUPATEN MAROS, INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Catecholamine mesolimbic pathway (CMP) merupakan jalur dopamin

WARTAZOA Vol. 15 No. 2 Th Namun sekuen genom virus ini tidak identik dengan virus Hendra, sehingga virus ini dinamakan virus Nipah sesuai dengan

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.

. Balai Besar Penelitian Veteriner, PO Box 30, Bogor, Indonesia 2. Department of Agriculture, Fisheries & Forestry, Queensland Australia 3.

GAMBARAN PERILAKU BERISIKO TERINFEKSI

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

PENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi

Kata kunci : sel punca, darah tali pusat, FcγRIIb, Reseptor Fc, Imunoglobulin

Seroepidemiologi Nipah Virus pada Kalong dan Ternak Babi di Beberapa Wilayah di Indonesia

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

Real Time Polymerase Chain Reaction : Perangkat Diagnostic Alternatif untuk Melacak Virus Nipah

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI GEN flic DENGAN METODE PCR UNTUK DETEKSI Salmonella typhi GALUR INDONESIA

IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella enteric I serotype typhi PADA DAGING SATE YANG DIJAJAKAN DI AREA KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. DETEKSI FcγRIIb PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI

(RT-PCR) REVISI ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014 ISSN : X

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

ABSTRAK. PENGARUH LENDIR Abelmoschus esculentus (OKRA) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR JANTAN MODEL TINGGI LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU

AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

INSIDENSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) PADA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI TELUK LAMPUNG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTAK POSITIF DIFTERI DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Nining Setyowati NIM

Ni Putu Eka Rosiana Dewi 1, A.A. Wiradewi Lestari 2, Wayan Sutirtayasa 2

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

PREVALENSI DAN RISIKO INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING YANG DIIMPOR MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA ESMIRALDA EKA FITRI

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

DETEKSI FcγRIIb PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI LIPOASPIRATE

DIAGNOSIS VIRUS PENYAKIT JEMBRANA (VPJ) BERBASIS ASAM NUKLEAT

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

DELESI GEN APOBEC3B PASIEN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. wabah berkala termasuk Vietnam, Cambodia, Myanmar, Nepal, dan. Anopheles sp. Reservoir utama dari virusnya adalah babi.

ANALISA BAKTERI COLIFORM

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

ABSTRAK. DETEKSI FcγRIIA PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI UMBILICAL CORD BLOOD

DETEKSI SPESIES PADA PRODUK OLAHAN BAKSO DENGAN MULTIPLEX-PCR

BAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

O157:H7 PADA SAPI BALI DI KECAMATAN KUTA SELATAN KABUPATEN BADUNG

Penyakit Virus Ebola

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Pengambilan Sampel Kutukebul dan Tanaman Tomat Sumber TICV

POLIMORFISME LOKUS MIKROSATELIT D10S1432 PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI SANGEH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

Darah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIVnya.

ABSTRAK SKRINING KRISTAL ASAM URAT DI DALAM URINE PADA KARYAWAN TENAGA ADMINISTRASI TETAP FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

GAMBARAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS SELAMA PENGOBATAN DOTS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2009

The Origin of Madura Cattle

FAKTOR RISIKO MANAJEMEN PEMELIHARAAN ANJING TERHADAP KEJADIAN INFEKSI Dirofilaria immitis DI WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI RITA MARLINAWATY MANALU

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

Virus Nipah. Novie H. Rampengan. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH

ENUMERASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR PADA TANAH GAMBUT DI LAHAN PERCOBAAN PERTANIAN UIN SUSKA RIAU

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

Oleh: Esti Widiasari S

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

Transkripsi:

DETEKSI VIRUS NIPAH PADA FESES KELELAWAR (PTROPUS SP) DENGAN REVERSE TRANSCRIPTASE PCR (RT- PCR) DI KABUPATEN MAROS, INDONESIA NIPAH VIRUS DETECTION IN BATS (PTROPUS SP) WITH REVERSE TRANSCRIPTASE PCR (RT-PCR) IN MAROS, INDONESIA Muhammad Fadhlullah Mursalim, Mochammad Hatta, Rizalinda Sjahril Bagian Mikrobiologi, Biomedik Pascasarjana, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : Muhammad Fadhlullah Mursalim Program Studi Biomedik Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 No.HP: 08114192288 E-mail: dullah_mursalim@gmail.com

Abstrak Virus Nipah (Genus Henipavirus) adalah penyakit zoonosis yang baru muncul dan mengakibatkan penyakit parah pada manusia telah ditemukan pada kelelawar genus Pteropus. Penelitian ini betujuan untuk melihat keberadaan adanya virus Nipah pada feses kelelawar ( Pteropus sp) di kabupaten Maros, Indonesia. Di mana tujuan khususnya untuk menganalisa keberadaan virus Nipah. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Sampel berupa feses kelelawar diambil sebanyak 21 sampel, 3 sampel feses sapi, dan 1 sampel dari buah yang tergigit kelelawar. Pada penelitian digunakan teknik Reverse Transcriptase-Polimerase Chain Reaction ( RT-PCR ) konvensional untuk pengujian sampel.hasil penelitian ini menunjukkan seluruh sampel yang diperiksa dengan Reverse Transcriptase-PCR menunjukkan hasil yang negatif. Studi awal terhadap sampel feses yang di ambil di Desa Parangtinggia, Kabupaten Maros ini tidak menunjukkan adanya keberadaan virus Nipah pada feses kelelawar. Keberadaan reactor positif juga tidak terdapat pada sampel feses sapi dan buah bekas gigitan kelelawar yang didapatkan dari daerah tersebut. Kata kunci : Virus Nipah, Pteropus sp, Reverse Transcriptase-PCR Abstract Nipah virus (NiV) (Genus Henipavirus) is a recently emerged zoonotic virus that causes severe disease in humans and has been found in bats of the genus Pteropus.This research aimed to determine and to analyze the existence of Nipah virus (Pteropussp) in bats faecal in Maros regency, Indonesia. This research was conducted at the laboratory of microbiology, faculty of medicine, Hasanuddin University. The samples were taken from bats faecal as many as 21 samples, 3 samples were taken from faecal of cows, and one sample of fruit which had bitten by bats. This research used conventional technique of Reserve Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) to test these samples. The result of this research indicated that all samples examined by RT-PCR were negative. Early research s samples on faecal taken in Parangtinggia village, Maros regency, did not indicate the existence of Nipah Virus in bats faecal. The existence of positive reactor was not also found in faecal samples from cattle and remaining fruits which have bitten by bats from this area. Key words :Nipah Virus, Pteropussp, Reverse Transcriptase-PCR.

PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir ini penyakit zoonosis di dunia cenderung meningkat karena adanya kemajuan teknologi, perubahan aktivitas manusia dan ekosistem. Salah satu penyakit yang pernah muncul adalah penyakit Nipah di negara tetangga, Malaysia. Virus Nipah pertama kali diisolasi dari pasien yang menderita ensefalitis di daerah Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998. Wabah Nipah pertama kali dilaporkan di Malaysia pada bulan September 1998 (Johara et al., 2001). Sejak saat itu sampai dengan bulan April 1999, penyakit Nipah telah menyebabkan 105 orang meninggal dunia dan 1,1 juta ekor babi dimusnahkan. Penyakit ini kemudian menyebar ke Singapura, dan menginfeksi sebelas orang pekerja di rumah potong hewan yang menangani babi yang berasal dari Malaysia yang telah terinfeksi virus Nipah. Meskipun mekanisme penularan penyakit ini belum banyak diungkap, tetapi kelelawar diduga merupakan reservoir yang baik bagi penularan virus Nipah (Wang et al., 2000). Sejak terjadinya wabah di Malaysia tahun 1998, Nipah muncul kembali di Banglades dan India, yang menyebabkan kematian pada manusia. Kelelawar jenis Pteropus hypomelanus and Petropus vampyrus merupakan induk semang alami untuk Nipah di Malaysia. Selain di Malaysia, di beberapa Negara lainnya di Asia, telah terdeteksi adanya antibodi dan virus Nipah pada Pteropus sp. Nipah ditemukan pada banyak spesies kelelawar buah, diantaranya adalah Pteropus hyomelanus, Pteropus vampyrus, Pteropus giganticus, Pteropus lylei, Cynopterus brchyotis, Eonycteris spelaea, Hipposideros larvatus dan Scotophilus insectivorous kuhlii. Kelelawar buah dari genus Pteropus seperti Pteropus vampyrus dan Pteropus hypomelanus di Malaysia dan Pteropus lylei yang ditemukan di bagian Indochina merupakan induk semang alami virus Nipah (Chua, 2010). Hal ini terlihat dari ditemukannya virus Nipah dari urin dan saliva kalong genus Pteropus tersebut. Keberadaan Pteropus sp, tersebut menyebar di seluruh dunia, sehingga ada dugaan kuat bahwa Virus Nipah dan hubungan virus telah lama berada pada Pteropus sp (Rahman et al., 2013). Henipavirus, virus Hendra (HEV) dan virus Nipah (NIV), dengan kelelawar yang dikenal sebagai reservoir alami mereka. Antibodi dan asam nukleat terhadap henipavirus telah ditemukan pada

sampel feses Eidolon helvum, spesies kelelawar buah tertua di dunia, di Ghana (Hayman et al., 2011) Menurut Johara et al (2001), berdasarkan pemeriksaan serologis menemukan bahwa kelelawar buah (Ptropus vampyrus) merupakan reservoir natural virus Nipah yang terjadi di Malaysia (Johara et al., 2001). Johara et al (2001), juga memperlihatkan bahwa di Malaysia, 5-32% kelelawar pemakan buah mempunyai antibodi terhadap virus Nipah dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada spesies Pteropus hypomelanus. Situasi penyakit Nipah di Indonesia saat ini telah di jabarkan oleh Sendow et al (2005), yang menyatakan bahwa secara serologis babi di Indonesia masih bebas terhadap infeksi Nipah. Sedangkan antibodi terhadap Nipah dapat terdeteksi pada kalong Ptropus vampyrus di provinsi Sumatera Utara, Kalimantan dan Jawa. Penelitian yang dilakukan oleh Sendow et al (2013), di Sumatera, Indonesia dengan mengambil sampel berupa urin, swab faring, dan serum darah menunjukkan adanya positif antibodi virus nipah dalam jumlah kecil di daerah tersebut. Hal ini diakibatkan letak geografis dari pulau sumatera dengan Malaysia. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya virus Nipah pada kelelawar (Pteropus sp) di Kabupaten Maros, Indonesia dengan menggunakan reverse transcriptase PCR (RT-PCR). BAHAN DAN METODE Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik dimana peneliti melakukan deteksi virus Nipah yang terdapat pada sampel feses kelelawar (Ptropus sp), feses sapi, dan buah yang tergigit kelewar (Pteropus sp) tanpa memberikan perlakuan dengan pengujian secara in vitro. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari tahun 2015. Pengambilan sampel dilakukan di desa Parangtinggia Kabupaten Maros. Pemeriksaan sampel dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Populasi dan Sampel Populasi kelelawar yang diambil spesimennya adalah kelelawar yang terdapat di Kabupaten Maros tepatnya di desa Parangtinggia. Sampel yang diambil berupa spesimen feses. Sampel dalam penelitian ini menggunakan spesimen feses yang kemudian disimpan pada suhu -20 o C. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara tidak acak ( Non-random sampling). Sampel yang peneliti kumpulkan sebanyak 21 sampel feses kelelawar, tiga sampel feses sapi yang terdapat di sekitar populasi kelelawar, dan satu sampel dari buah yang tergigit kelelawar. Sampel feses diperoleh dengan metode swab feses kemudian sampel dimasukkan ke tube yang berisi larutan L6 dan selanjutnya dilakukan ekstraksi RNA. Setelah diperoleh produk amplifikasi melalui reverse transkriptase PCR(RT-PCR), kemudian dilakukan gel elektroforesis dengan target bend 279 bp. Kemudian di visualisasikan dengan menggunakan transluminator ultraviolet untuk melihat hasil amplifikasi. Pita molekul yang terlihat pada gel agarose menandakan adanya segmen DNA (Hatta & Henk, 2007). HASIL PENELITIAN Dari hasil pengambilan 24 sampel yang terdiri dari 21 sampel kelelawar (Pteropus sp), tiga sampel feses sapi, dan satu sampel buah bekas gigitan kelelawar, di lapangan yang telah diperiksa di laboratoium mikrobiologi fakultas kedokteran menunjukkan hasil negatif pada pemeriksaan reverse transcriptase PCR (RT-PCR) (Tabel 1). PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan sampel yang diuji reverse transcriptase PCR dari desa Parangtinggia, Kabupaten Maros ini tidak menunjukkan keberadaan antibodi terhadap virus Nipah. Sampel feses yang diperoleh di sekitar perkandangan dan rumah warga di mana disekitar pemukiman tersebut terdapat banyak pohon yang mana banyak bertengger kelelawar pada pagi sampai sore hari. Tidak ditemukannya reaktor positif terhadap virus Nipah di Kabupaten Maros ini belum dapat menyatakan Indonesia 100 % bebas dari infeksi virus Nipah. Terbatasnya lokasi sampling, jenis sampel, dan jumlah sampel yang diuji perlu dipertimbangkan. Pelajaran yang dapat di

ambil dari wabah nipah di Malaysia yaitu pada saat dilakukan studi retrospektif, ternyata infeksi virus Nipah telah terjadi pada tahun 1995, namun baru menimbulkan wabah yang cukup hebat pada awal tahun 1997 (Jasbir et al., 1999). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Drexler et al (2009), di Kumasi Zoological garden, Ghana, dimana konsentrasi RNA di feces kelelawar yang diamati agak rendah dibandingkan dengan virus yang ditularkan melalui rute fecal-oral pada manusia. KESIMPULAN DAN SARAN Dari total 25 sampel diantaranya 21 sampel feses kelelawar, 3 sampel feses sapi, dan 1 sampel buah yang tergigit kelelawar menunjukkan hasil yang negatif hasil deteksi reverse transcriptase PCR (RT-PCR) terhadap keberadaan Virus Nipah di desa Parangtinggia, Kabupaten Maros, Indonesia. Studi awal terhadap sampel feses yang di ambil di desa parang tinggia, Kabupaten Maros ini tidak menunjukkan adanya keberadaan virus Nipah pada feses kelelawar. Keberadaan reaktor positif juga tidak terdapat pada sampel feses sapi dan buah bekas gigitan kelelawar yang didapatkan dari daerah tersebut. Tidak ditemukannya reaktor positif terhadap virus Nipah di Kabupaten Maros ini belum dapat menyatakan Indonesia 100 % bebas dari infeksi virus Nipah. Terbatasnya lokasi sampling, jenis sampel, dan jumlah sampel yang diuji perlu dipertimbangkan. Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah perlu adanya kontrol positif virus Nipah, yang merupakan kekurangan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Chua KB. (2010). Epidemiology, surveillance and control of Nipah virus infections in Malaysia. Malaysian J Pathol 2010; 32(2) : 69 73. Drexler J.F., et al. (2009) Henipavirus RNA in African Bats. PLoS ONE 4(7): e6367. doi:10.1371/journal.pone.0006367. Jasbir, S.,N. Muniandy, N.N Yeoh, H. Jamal & J. White. (1999). Retrospective study On Nipah virus infection in Pigs. Dalam W.C chee, Z. Idrus, H.Y. Wah, N. Abdullah & N.D. Mustaffa (penyunting). Proceeding of the national congress on animal health production 1999. Malaysia 405-408. Johara et al. (2001) Serological evidence of infection with Nipah virus in bats (order Chiroptera) in Peninsular Malaysia. Emerging Infectious Diseases 7: 439 441.

Hatta M. & Henk L.S.(2007). Detection of Salmonella typhi by nested Polymerase Chain Reaction in blood, urine and stool samples. American J. Tropical Medicine Hygiene.vol : 76;139-143 Hayman D.T., et al. L. (2011). Antibodies to henipavirus or henipa-like viruses in domestic pigs in Ghana, West Africa. PloS one 6, e25256. Rahman S.A., et al.(2013). Risk Factors for Nipah virus infection among pteropid bats, Peninsular Malaysia. Emerg Infect Dis19, 51-60. Sendow I. & Adjid Abdul R.M. (2005). Penyakit Nipah dan Situasinya Di Indonesia. Balai Penelitian Veteriner : Bogor. Sendow I., et al. (2013). Nipah virus in the fruit bat Pteropus vampyrus in Sumatera, Indonesia. PloS one 8, e69544. Wang L.F., et al.(2000). The exceptionally large genome of Hendra virus: support for creation of a new genus within the family Paramyxoviridae. Journal of virology 74, 9972-9979.

Tabel 1. Hasil dari reverse transcriptase PCR sampel dari desa Parangtinggia Kabupaten Maros Lokasi Tipe Sampel Jumlah Sampel Positif Desa Parangtinggia Feses kelelawar 21 0 (0%) Feses sapi 3 0 (0%) Buah yang tergigit 1 0 (0%) Kelelawar Total sampel Feses 24 0 (0%) Total gigitan buah 1 0 (0%)