Sistem Bagi Hasil dan Keberlanjutan Sumber Daya Perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN UMUM DANA PERIMBANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344/KMK.06/2001 TANGGAL 30 MEI 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344 / KMK.06 / 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM

Khoirunurrofik LPEM. Perhitungan Bagi Hasil Sumber Daya Alam (Calculating Revenue Shares from Natural Resources)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BUKU PEGANGAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan negara yang baik merupakan salah satu indikator dari

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH ( DPA PPKD )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

DANA BAGI HASIL DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DI INDONESIA PERIODE DESENTRALISASI. Oleh: Mustofa, S.Pd.

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENTE EKONOMI PERIKANAN

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Penerimaan Daerah dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA;

MASALAH UMUM MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL. Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

DATA POKOK APBN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)

Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PNBP SDA KEHUTANAN. Jakarta 9 Oktober 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AUDIT SIKLUS PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

d. Apabila dasar pengenaan pajak yang digunakan adalah NJOP PBB, maka cara perhitungan pajaknya adalah sebagai berikut:

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA PENJABARAN APBD

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

A. Ringkasan Penemuan dan Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

Mencegah Kerugian Negara Di Sektor Kehutanan: Sebuah Kajian Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penatausahaan Kayu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

% Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Total Pengeluaran. Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA PENJABARAN APBD

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil peneletian ini diharapkan bisa menjadi. sumber referensi dalam melakukan peneletian lainnya yang sejenis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

Governance Brief. Perubahan Perundangan-undangan Keuangan Daerah Tahun Bagaimana Pengaruhnya pada Program Penanggulangan Kemiskinan Daerah?

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi tidak terkecuali pemerintah memerlukan suatu alat

REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini

BAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH RAPBN-P 2008

Membedah Laporan EITI KAP SUKRISNO SARWOKO & SANDJAJA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal.

Transkripsi:

Sistem Bagi Hasil dan Keberlanjutan Sumber Daya Perikanan Bagi Hasil Pusat-Daerah Penerimaan negara pajak: PBB: Pajak bumi dan bangunan BPHTB: Bea perolehaan hak atas tanah & bangunan Penerimaan negara bukan pajak: Minyak bumi Gas alam Pertambangan umum Kehutanan Perikanan

Bagaimana menghitungnya Dijelaskan dalam PP104/00. Pembagian antara pusat, propinsi penghasil, kabupaten/kota penghasil, kabupaten/kota lain di propinsi penghasil dan kabupaten lainnya. Disetor ke pusat, dikembalikan 3 bulan kemudian. Bagi Hasil SDA (PP104/00) No. Penerimaan Pusat Propinsi penghasil Kabupaten/ Kota Penghasil Kabupaten/ Kota lainnya dalam propinsi (total) Kabupaten/ Kota lainnya di seluruh Indonesia (total) A Migas 1 Minyak bumi 85% 3% 6% 6% - 2 Gas alam 70% 6% 12% 12% - B Non-migas 1 Pertambangan - Sewa tanah (Land rent) 20% 16% 64% - - - Royalti 20% 16% 32% 32% - 2 Kehutanan - PSDH 20% 16% 32% 32% - - IHPH 20% 16% 64% - - - Dana Reboisasi 60% - 40% - - 3 Perikanan 20% - - - 80%

Apa yang dibagi-hasilkan dan apa implikasinya? Perikanan PPP: satu kali pada saat pengajuan permohonan Surat Ijin Kapal Perikanan; tarif dikenakan dalam US$ dan didasarkan atas ukuran kapal penangkapan ikan (DWT). PHP: dikenakan pada hasil produksi sektor perikanan yang diekspor; bersifat advalorem (persentase); besar tarif dibedakan menurut kelompok jenis ikan.

Mekanisme BHSDA Perikanan PENERIMAAN SDA PERIKANAN PPP Tarif x DWT Kapal PHP Tarif x Produksi Ekspor UU No.25/1999 UU No.25/1999 Pusat 20% Daerah 80% Pusat 20% Daerah 80% Permasalahan Mengingat tidak adanya insentif khusus untuk daerah penghasil, tidak jelas apakah ada insentif agar daerah penghasil memelihara habitat perikanannya. PHP kemungkinan tidak efektif. Banyak transaksi di atas kapal plus pencurian ikan.

Permasalahan umum bagi hasil sumber daya alam Cara penarikan pungutan Besar pungutan Efektifitas pengumpulan pungutan Audit/akses terhadap data jumlah dan biaya produksi Konflik lokasi sumber daya alam Manipulasi jenis, kualitas dan kuantitas produksi sumber daya alam Yang diperlukan daerah Mekanisme audit jumlah dan biaya produksi hasil SDA oleh auditor yang kredibel. Mekanisme resolusi konflik perhitungan alokasi bagi hasil SDA. Distribusi penerimaan secara langsung pada saat penyetoran.

Bagi hasil sumber daya alam: Kenali dengan baik apa yang akan didapat. Jika tidak, habis kekayaan alam tanpa peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah yang berkesinambungan Beberapa Catatan Tambahan

#1: Metoda perhitungan pendapatan SDA Yang didistribusikan sebagai pendapatan adalah rente ekonomi Rente ekonomi: Merupakan hak pemilik SDA karena pemberian Tuhan. Ada karena SDA tidak diproduksi oleh manusia. Dihitung sebagai residual setelah semua biaya yang diperlukan (termasuk biaya bunga modal) untuk eksploitasinya sudah dibayarkan. Untuk keperluan praktis, dihitung sebagai excess profit atau kelebihan keuntungan di atas normal profit. Normal profit = tingkat keuntungan yang membuat investor bersedia melakukan investasi. Secara teoritis dan praktis ditentukan sedikit (marginally) lebih tinggi dari tingkat bunga pinjaman/deposito 6 bulan. (lanjutan) Rumus umum perhitungan rente ekonomi per unit barang primer SDA yang diproduksi: 1. Harga = p 2. Biaya (tidak termasuk biaya modal) = c 3. Normal profit (biaya modal + keuntungan marginal) = n 4. Rente Ekonomi (RE) = p c n Menurut UU 25/99, RE milik pusat dan dialokasikan kembali ke daerah dengan berbagai rumusan. UU 25/99 memperlakukan Dana Reboisasi (DR) sebagai pendapatan dan menjadi sumber dana alokasi khusus. PP tentang PSDH memperlakukan DR sebagai biaya yang berarti mengurangi besarnya rente ekonomi.

#2: Penentuan lokasi SDA dan pihak yang berhak atas pendapatannya 1. Operasi utilisasi lintas batas 2. Jurisdiksi wilayah administratif dan kepemilikan SDA di laut Kabupaten = 4 miles Propinsi = 4<x<12 miles Nasional = >12 miles #3: Tranparansi perhitungan pengumpulan dan realokasi 1. Perhitungan - Apakah rumus perhitungan tersedia dan cukup jelas - Siapa yang mengaudit hasil produksi - Siapa yang menentukan data biaya bisa dipercaya - Siapa dan bagaimana menentukan tingkat keuntungan normal 2. Pengumpulan - kemana disetor (nomor account as public information) - aliran dana 3. Realokasi - Dapatkah hasilnya di cross checked dan digugat - Bagaimana prosedurnya

#4: Mekanisme Pengumpulan dan Realokasi 1. UU 25/1999: di setor ke pusat dan dikembalikan ke daerah 2. Pemikiran yang ada dalam RPP: - Disetorkan langsung ke account pusat oleh perusahaan - Dikembalikan ke PEMDA setiap 3 bulan 3. Skenario alternatif: a. Tujuan: - efisiensi dalam manajemen anggaran - mendukung transparansi b. Cara: Setorkan dan distribusikan langsung menurut aturan yang sudah disepakati Perusahaan membayar X Bank mendistribusikan secara langsung:x 1 ke account milik Kabupaten X 2 ke account milik Propinsi X 3 ke account milik Pusat #5: Penyelesaian Sengketa Lembaga mana yang bertanggung jawab menyelesaikan konflik? Siapa yang perlu dilibatkan dalam proses? Bagaimana prosedurnya?

#6: Kesulitan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perhitungan bagi hasil 1. Kesulitan mendapatkan data penerimaan pemerintah yang sebenarnya dari suatu sumber daya alam: Tidak adanya peraturan yang seragam untuk semua perusahaan sumber daya alam. Untuk kasus minyak bumi dan gas alam tidak jelas bagaimana perhitungan NOI. Penerimaan dari sumber daya sering kali dikumpulkan berdasarkan letak kantor perusahaan, bukan lokasi eksploitasi. Penentuan lokasi dimana sumber daya alam dieksploitasi kadang kala sulit ditentukan. (lanjutan) 2. Kesulitan mengaplikasikan formula: Untuk dapat mengaplikasikan formula dibutuhkan pengetahuan yang detail mengenai jenis penerimaan yang akan dikenakan formula. Cara penarikan dan tarif iuran tidak seragam. 3. Kesulitan mendapatkan data publik lainnya yang transparan dan berkualitas baik: Data-data yang ada tidak bisa dicek validitas maupun reliabilitasnya. Jalur administrasi setoran penerimaan sumber daya alam cukup panjang dan tidak/belum transparan.

Dimensi Keberlanjutan Permasalahan kepemilikan bersama Perlunya alokasi yang efisien Peranan kebijakan publik untuk efisiensi dan pengelolaan yang berkelanjutan Kepemilikan Bersama Gratis Tidak ada pasar Dimiliki banyak orang Tersedia cukup banyak Tidak mengikuti hukum kepemilikan Siapa cepat dia dapat Mengambil sebanyak-banyaknya

Perlunya Alokasi yang Efisien Perlu memperhatikan: Dimensi biologi ikan Keseimbangan alami Daya dukung Maximum Sustainable Yield (MSY) Upaya penangkapan masing-masing individu (nelayan) Kebijakan Sumber Daya Memperhatikan alokasi pasar Perlu kerja sama antar individu ketersediaan data pembatasan penangkapan penerapan insentif dan disinsentif ekonomi pengawasan bersama

Penutup Sektor perikanan memberikan kontribusi ekonomi yang tidak sedikit bagi perekonomian Perikanan merupakan SD: yang dapat diperbaharui SD yang mungkin punah apabila tidak dikelola dengan baik (over eksploitasi) Sehingga harus dijaga akan keberlanjutannya agar adil dan lestari baik dalam generasi ini maupun antar generasi