BAB 1 PENDAHULUAN. akan sumber daya tambang. Menurut data USGS, potensi cadangan emas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN telah memunculkan ide untuk reformasi tata kelola perusahaan (corporate governance) di

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk mencapai tujuan tersebut, pemegang saham menyerahkan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pertama adalah hubungan lingkungan (environmental linkage perspective).

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan perusahaan. menentukan struktur dan strategi keuangannya.

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang sudah go public. Apabila harga saham suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG). Menurut The. Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan tujuan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tatakelola Perusahaan ( Corporate Governance) memilki peran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Haruman, 2008) (Sari dan Riduan, 2011) Zarkasyi (2008:36)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia pada masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis. Pada aktivitas pasar modal investasi saham merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan bisnisnya

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting penerapan Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mekanisme corporate governance

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yaitu mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan. pemilik perusahaan atau para pemilik saham (stockholders).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan menjadi topik yang penting dalam dunia bisnis, terutama di

I. PENDAHULUAN. Peran penting penerapan Good Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) sesungguhnya telah lama dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

1 Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Peneliti mempertimbangkan untuk menggunakan teori corporate governance di

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan dan pengelolaan tata kelola korporasi (corporate governance) yang

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan signifikan pada perekonomian di berbagai Negara. Walau krisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) mengindikasikan bahwa

Modul Manajemen Strategis 2013

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, khususnya barang tambang. Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai negara yang kaya akan sumber daya tambang. Menurut data USGS, potensi cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan emas dunia, posisi cadangan timah sebesar 8,1% dari cadangan timah dunia, cadangan tembaga sekitar 4,1% dari cadangan tembaga dunia, cadangan nikel mencapai kisaran 2,9% dari cadangan nikel dunia, dan Indonesia juga menduduki peringkat 25 sebagai negara dengan potensi minyak terbesar. Dengan cadangan sebesar itu, menyebabkan Indonesia dapat menduduki posisi unggul dalam sistem produksi tambang dunia (Dahlius, 2014). Indonesia menduduki peringkat keenam untuk produksi emas, peringkat kedua untuk produksi tembaga dan peringkat keempat untuk produksi nikel. Indonesia memiliki cadangan emas terbesar di kawasan South East Asia, yaitu sebesar 39%. Dengan profil yang demikian, Indonesia menjadi negara yang sangat menjanjikan bagi kalangan pelaku industri pertambangan untuk bisa berinvestasi di Indonesia (Dahlius, 2014). Usaha pertambangan memiliki peranan signifikan untuk mendukung perekonomian nasional. Sektor ini memberikan kontribusi penting terhadap PDB nasional,

ekspor, sumber pemasukan anggaran pusat dan daerah, serta pembukaan lapangan pekerjaan. Namun era kejayaan tambang saat ini telah berakhir, sumbangan pendapatan negara dari sektor ini kian tahun makin turun. (Winzenried dan Adhitya, 2014). Jock O Callaghan, pimpinan Global Mining di PricewaterhouseCoopers menyatakan, tahun 2015 merupakan tahun penuh tantangan bagi sektor pertambangan global, karena terdapat penurunan harga komoditas sebesar 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini yang mendorong perusahaan pertambangan harus berupaya keras meningkatkan produktivitas, beberapa di antaranya berjuang untuk bertahan, diikuti dengan pelepasan aset atau penutupan usaha (Soda, E., 2016). Kondisi penurunan tersebut kemudian memberi dampak bagi perusahaan tambang Indonesia, karena sebagian besar produk tambang Indonesia ditujukan untuk ekspor (Soda, E., 2016). Dalam lima tahun terakhir peranan PNBP migas dan non migas dari tahun ke tahun juga cenderung mengalami penurunan. Pada 2012, sumbangan royalti pertambangan terhadap ABPN sebesar 16,8%, kemudian 2013 turun menjadi 15,73%, pada 2014 kembali menurun 15,53% dan merosot signifikan pada 2015 menjadi hanya 6,75%. (Pujiastuti, 2015). Di tahun 2015 tidak ada perusahaan pertambangan di Indonesia dengan kapitalisasi pasar melebihi US$4 miliar. Angka tersebut merupakan batas terendah agar dapat masuk dalam jajaran 40 perusahaan pertambangan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Selain harus berjuang mengatasi masalah lemahnya harga

komoditas, industri pertambangan Indonesia juga harus menghadapi turunnya permintaan dari Tiongkok dan negara berkembang lainnya. Hal ini menyebabkan penurunan yang signifikan atas kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia (Soda, E., 2016). Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran baik atau tidaknya kondisi keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan pencapaian kerja dalam periode tertentu (Fahmi, I., 2011). Kinerja perusahaan dalam kondisi tersebut ditentukan oleh kebijakan yang diambil dari dewan Direksi dan pengawasan yang berasal dari Dewan Komisaris. Diperlukan keterampilan yang tepat untuk melaksanakan peran strategis (Pearce dan Zahra, 1992). Keterampilan ini melekat pada karakteristik demografi struktur dewan seperti gender, latar belakang fungsional, pendidikan, kepemilikan dan usia (Golden dan Zajac, 2001). Sejumlah penelitian telah menghubungkan kemampuan perusahaan untuk memulai perubahan strategis untuk kemampuan kognitif para pengambil keputusan yang tercermin dalam karakteristik demografi mereka (Herrmann dan Datta, 2005). Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari kesenjangan ini dalam rangka meningkatkan pemahaman ilmiah tentang efek dari karakteristik demografi struktur dewan atas perubahan strategis perusahaan (Sinuraya, 2015). Anggota dewan dapat memberikan saran pada top manajer untuk kemungkinan perubahan strategis dan dapat membatalkan keputusan strategis yang kurang baik (Zahra dan Pearce, 1989). Pugliese et al. (2009), dalam hasil penelitiannya mengenai anggota dewan

dan strategi, mengungkapkan bahwa kontribusi anggota dewan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan strategis. Selama beberapa dekade terakhir, telah terjadi peningkatan ketertarikan umum dan akademik pada berbagai gagasan serta mekanisme tata kelola perusahaan dan bagaimana hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pentingnya kepentingan para pemegang saham terletak pada bagaimana strategi dan tindakan manajamen (Burton 2000; Mallin 2001; Mueller 2006). Kim, Burns, dan Prescott (2009) berpendapat bahwa dalam Teori Tata Kelola Perusahaan, struktur dewan memiliki pengaruh yang kuat pada tindakan yang dilakukan dan manajemen puncak yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahan. Salah satunya melalui komposisi Dewan Komisaris yang beragam. Keberagaman dalam Dewan Komisaris diharapkan dapat memicu pengambilan keputusan yang bersifat lebih dinamis namun tetap objektif dan dapat dipertanggung jawabkan karena terdapat berbagai macam sudut pandang. Beberapa penelitian tentang kinerja keuangan dan pengaruh corporate governance telah banyak diteliti di berbagai perusahaan, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa paragraf selanjutnya akan dipaparkan beberapa penelitian sebagaimana dimaksud. Penelitian di Indonesia oleh Darmadi (2011), menyelidiki hubungan antara diversitas Dewan Komisaris dan kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di negara tersebut. Proksi dari diversitas anggota Dewan Komisaris yang digunakan adalah gender, nasionalitas dan usia. Hasil empiris

menunjukkan bahwa diversitas gender memiliki hubungan negatif dengan return on assets dan kinerja pasar perusahaan, sementara diversitas nasionalitas tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa proporsi anggota dewan dengan usia yang masih muda berhubungan positif dengan kinerja pasar perusahaan. Ujunwa (2012), meneliti dampak karakteristik dewan perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan di Nigeria. Board karakteristik terdiri dari board size, board skill, board nationality, board gender, board ethnicity dan CEO duality. Kinerja keuangan diukur menggunakan Tobin s Q, return on investment, return on assets, sales revenue, return on equity, stock returns, earnings per share, net profit margin and economic value added. Hasil penelitian menunjukkan board size, CEO duality and gender diversity berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan, sedangkan board nationality, board ethnicity dan the number of board members berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Fikri (2014), meneliti tentang pengaruh diversitas gender Dewan Direksi terhadap terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan wanita sebagai anggota Dewan Direksi dan yang direktur perusahaan memiliki pengaruh negatif pada kinerja keuangan. Julizaerma M. K dan Sori Z. M (2012), dalam penelitiannya tentang diversitas gender dan kinerja perusahaan, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi direktur wanita terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara keragaman gender dan return on assets. Liu, Y., Wei, Z., dan Xie, F (2013), meneliti dampak pengaruh Dewan Direksi wanita terhadap kinerja keuangan perusahaan di China. Kinerja perusahaan diukur menggunakan return on assets dan return on sales. Hasil penelitian menunjukkan bahwa direktur eksekutif wanita berpengaruh positif dan terhadap kinerja keuangan. Van Ness et al. (2010) melakukan penelitian di Amerika dengan judul Board of director composition and financial performance in a sarbanes-oxley world. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa duality, occupational expertise, ukuran anggota dewan dan masa jabatan memiliki pengaruh signifikan dengan return on assets. Penelitian di Malaysia oleh Marimuthu (2008) menyelidiki hubungan antara diversitas etnis Dewan Direksi dengan kinerja keuangan perusahaan non-finansial yang terdapat di negara tersebut. Diversitas etnis merupakan variabel independen, serta ukuran direksi dan ukuran perusahaan sebagai variabel control. Penelitian memberikan kesimpulan bahwa diversitas demografi berpengaruh positif pada kinerja keuangan yang diukur menggunakan return on assets. Ararat, Aksu dan Cetin (2010), meneliti hubungan antara board diversity on boards monitoring intensity dan kinerja keuangan menggunakan data dari indeks ISE-100 di Istanbul Stock Exchange (ISE). Menemukan

bahwa keanekaragaman Dewan Direksi menyebabkan pengawasan yang lebih baik, mengurangi konflik agensi dan juga meningkatkan kinerja perusahaan. Mirza et al. (2012), peneletiannya tentang kehadiran Dewan Direksi wanita dan kinerja keuangan di perusahaan non-finansial. Pengukuran kinerja keuangan menggunakan return on assets dan return on equity. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio Dewan Direksi wanita berhubungan negatif dengan kinerja perusahaan. Adnan et al. (2016) melakukan penelitian terhadap goverment-linked companies dan non-goverment-linked companies yang berada di Malaysia dengan judul The impact of educational level of board of directors on firms performance. Hasil penelitian menemukan bahwa latar belakang pendidikan Dewan Direksi tidak memberikan pengaruh pada kinerja keuangan yang diukur menggunakan return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Penelitian lain oleh Darmadi (2013), menguji pengaruh kualifikasi pendidikan anggota dewan, termasuk CEO, pada kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar Indonesia. Tobin s Q dan return on assets menjadi ukuran kinerja perusahaan, sedangkan board members education menggunakan empat proksi untuk kualifikasi pendidikan anggota dewan, yaitu derajat pascasarjana, derajat diperoleh dari universitas bergengsi, derajat yang diperoleh dari negara-negara maju, dan gelar dalam disiplin keuangan. Studi ini memberikan bukti empiris bahwa kualifikasi pendidikan anggota dewan dan materi CEO, sampai batas tertentu, dalam menjelaskan baik return on assets atau Tobin Q. Misalnya, CEO memegang gelar dari universitas

negeri bergengsi secara signifikan lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki kualifikasi tersebut. Masih terdapat pro dan kontra mengenai keberadaan wanita pada struktur dewan menjadi salah satu kriteria menarik dalam pelaksanaan corporate governance. Credit Suisse (2014) menampilkan laporan hasil prosentase keberadaan wanita pada sturuktur dewan di seluruh dunia pada tahun 2011. Hasil tersebut menujukkan bahwa prosentase wanita yang ada pada struktur dewan di Indonesia sebesar 5,6%. Sedangkan prosentase wanita yang ada pada struktur dewan di Pakistan sebesar 2,2%. Nilai tersebut menujukkan bahwa prosentase keberadaan wanita pada struktur dewan di Pakistan masih lebih rendah dibandingkan Indonesia. Walau demikian, nilai kedua negara tersebut masih jauh dari rata-rata global sebesar 10.3%. Courtnay Hughes, seorang manajer proyek di Mining Industry Human Resources Council Kanada menyatakan, untuk mengatasi kekurangan keterampilan di sektor pertambangan, wanita merupakan sumber daya yang sebagian besar belum dimanfaatkan (www.globalminingstandards.org.com). Penelitian ini dianggap penting, karena adanya keterkaitan corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan pertambangan. Penerapan corporate governance yang dilakukan dengan efektif dapat meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi (OECD Principles of Corporate Governance, 2004), sekaligus mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif (Komite Nasional Kebijakan Governance

(KNKG), 2006). Dalam penelitian ini seberapa efektif dan efisien sebuah organisasi dikaitkan dengan karakteristik anggota dewan Komisaris. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu oleh Darmadi (2011) dengan menguji kembali karakteristik demografi anggota Dewan Komisaris yaitu gender, kebangsaaan dan usia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menambahkan karakteristik diversitas anggota dewan yang lainnya yaitu latar belakang pendidikan, seperti yang dilakukan dalam penelitian Adnan et al. (2016) dan masa jabatan yang menjadi perhatian dalam penelitian Van Ness et al. (2010). Selain itu, penelitian mengenai diversitas Dewan Komisaris pada industri pertambangan di negara Indonesia dan Pakistan belum pernah dilakukan sebelumnya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka masalah penelitian dirumuskan, yaitu sebagai berikut. 1. Apakah proporsi Dewan Komisaris wanita berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan? 2. Apakah usia Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan? 3. Apakah kebangsaan Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan?

4. Apakah latar belakang pendidikan Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan? 5. Apakah masa jabatan Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan? 6. Apakah kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia berbeda jika dibandingkan dengan kinerja keuangan pertambangan di Pakistan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Menguji pengaruh proporsi Dewan Komisaris wanita terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan. 2. Menguji pengaruh usia Dewan Komisaris terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan. 3. Menguji pengaruh kebangsaan Dewan Komisaris terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan. 4. Menguji pengaruh latar belakang pendidikan Dewan Komisaris terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan. 5. Menguji pengaruh masa jabatan Dewan Komisaris terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan.

6. Menguji perbedaan kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia dan Pakistan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi antara lain sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi tentang pengaruh diversitas Dewan Komisaris terhadap kinerja keuangan, khususnya perusahaan pertambangan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan di perusahaan pertambangan. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan referensi bagi perusahaan bahwa diversitas anggota Dewan Komisaris dapat mempengaruhi implementasi corporate governance dan meningkatkan kinerja. b. Memberikan referensi bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki maupun menambah regulasi mengenai pelaksaan good corporate governance (GCG). c. Memberikan gambaran pada masyarakat mengenai pentingnya diversitas anggota Dewan Komisaris, karena berkaitan dengan good corporate governance (GCG).