BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diuji suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Di dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode dan desain penelitian,

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berangkat dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

Keterangan: O : Pretes, Postes X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model

Dimana, O : Pretes atau postes. X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. : Subjek tidak dipilih secara acak.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Perlakuan pada penelitian ini yakni metode Active Learning, diatur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih

(Sugiyono, 2012: 79) Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB III METODE PENELITIAN

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 24

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN. Pengukuran kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuasi eksperimen atau percobaan karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kelomprok kontrol pretes-postes (pre-test post-test control group

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

R O X 1 O R O X 2 O. : pengambilan sampel secara acak kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat dimana perlakuan yang

BAB III METODE PENELITIAN O X 1 O O X 2 O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

Kelas Eksperimen : O X O

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1

BAB III METODE PENELITIAN. 2015/2016, dengan pokok bahasan Lingkaran. eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimen, dan desain eksperimen yang digunakan adalah One Group Pretes- adalah pretes.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Perlakuan terhadap variabel bebas hasilnya dilihat pada variabel terikat. Perlakuan dalam penelitian ini adalah Problem-Based Learning, sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan koneksi matematis siswa SMA. Idealnya, penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik penelitian eksperimen. Akan tetapi, pengambilan sampel secara acak sulit dilakukan sebab siswa telah dikelompokkan di dalam kelas-kelas yang heterogen oleh pihak sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini hanya dilakukan secara acak kelas, bukan secara acak siswa. Dengan demikian, metode yang digunakan adalah teknik kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Menurut Russefendi (1994: 47), kelompok kontrol non-ekivalen tidak berbeda dengan kelompok kontrol pretes-postes, kecuali pada pengelompokkan subjek penelitian. Subjek penelitian pada kelompok kontrol nonekuivalen tidak kelompokkan secara acak. Adapun desain kelompok kontrol nonekuivalen pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut: 0 X 1 0 0 X 2 0 Keterangan: 0 : Pretes/Postes X 1 : Pembelajaran menggunakan Problem-Based Learning X 2 : Pembelajaran menggunakan metode ekspositori ---- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak Wulandari. 2014 PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

18 Desain penelitian tersebut menunjukkan bahwa penelitian diawali dengan pemberian pretes (tes awal) terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian setelah diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda di kedua kelas siswa diberikan postes (tes akhir). Perbedaan hasil pretes dan postes diasumsikan merupakan efek dari eksperimen. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung yang terdiri dari enam kelas, yaitu kelas XI-1 sampai dengan kelas XI-6 tahun ajaran 2012/2013 semester genap. 2. Sampel Menurut Arikunto, sampel merupakan wakil dari populasi yang akan diteliti (Anen, 2012: 26). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara purposive sampling, yaitu cara pengambilan subjek penelitian bukan berdasarkan strata, random atau daerah, tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pengambilan sampel tidak mungkin dapat dilakukan secara acak. Sekolah telah mengelompokkan siswa ke dalam 6 kelas sedemikian rupa sehingga setiap kelas memiliki karakteristik yang hampir sama. Peneliti diberikan dua kelas untuk dijadikan sampel yang dapat mewakili populasi, yaitu kelas XI-4 dan XI-5. Kelas XI-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-4 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat perlakuan berupa pembelajaran Problem-Based Learning, sedangkan kelas kontrol pembelajarannya dengan metode ekspositori. C. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Problem-Based Learning, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi matematis siswa SMA.

19 D. Instrumen Penelitian Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen yang terdiri dari instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. 1. Instrumen Pembelajaran Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai ketika pembelajaran berlangsung. Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan langkah-langkah tertulis yang harus ditempuh guru dalam pembelajaran. Peneliti melaksanakan pembelajaran di dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penyusunan RPP untuk kelas eksperimen disesuaikan dengan pembelajaran Problem-Based Learning, sementara untuk kelas kontrol disesuaikan dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori. b. Lembar kerja siswa (LKS) Lembar kerja siswa (LKS) hanya diberikan kepada kelas eksperimen. LKS dibuat berdasarkan pembelajaran Problem-Based Learning. LKS ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa untuk memahami suatu konsep matematika dan hubungan antar konsep matematika pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers. 2. Instrumen Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes. Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes tertulis kemampuan koneksi matematis. Tes tertulis ini berupa soal-soal berbentuk uraian yang berkaitan dengan materi pelajaran. Tes tertulis yang digunakan adalah tes awal dan tes akhir. Tes awal diberikan untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematis

20 siswa sebelum perlakuan diterapkan. Tes akhir diberikan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa setelah dilakukan perlakuan pembelajaran. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Peneliti menggunakan tes tipe uraian dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut: 1) Proses berpikir siswa dapat dilihat. 2) Letak kesalahan dan kesulitan siswa dapat dilihat 3) Tidak terjadi bias hasil tes, karena tidak ada sistem tebak-tebakan atau untung-untungan yang sering terjadi pada soal tipe pilihan ganda. Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu instrumen tersebut dikonsultasikan pada dosen pembimbing, kemudian instrumen tes diuji cobakan dan dianalisis setiap butir soalnya untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya. Untuk analisis butir soal dilakukan dengan bantuan software AnatesV4 tipe uraian. 1) Validitas Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas logis dan validitas empiris. Uji validitas logis, untuk mengetahui kesesuaian soal dengan indikator dilakukan penelaahan (judgement) terhadap butir-butir soal yang dipertimbangkan oleh dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi. Sedangkan untuk validitas empiris soal ditentukan berdasarkan koefisien validitas dengan menggunakan uji statistik, yakni dengan teknik korelasi product-moment raw score, yaitu: Keterangan: : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X : Skor tiap butir soal. Y : Skor total tiap butir soal. N : Jumlah siswa. (Suherman, 2003: 119) r xy diartikan sebagai koefisien validitas. Menurut Guilford (Anen, 2012: 32) interpretasi nilai koefisien validitas dikategorikan sebagai berikut:

21 0,90 r xy 1,00 Validitas sangat tinggi 0,70 r xy < 0,90 Validitas tinggi 0,40 r xy < 0,70 Validitas cukup 0,20 r xy < 0,40 Validitas rendah r xy < 0,20 Validitas sangat rendah Setelah instrumen diuji cobakan dan dilakukan analisis data menggunakan software AnatesV4, diperoleh nilai koefisien validitas (r xy ) sebesar 0,74 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki validitas tinggi. Untuk validitas tiap butir soal disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Data Hasil Validitas Tiap Butir Soal No Koefisien Signifikansi Interpretasi Soal Validitas 1 0,647 Signifikan Validitas Cukup 2 0,639 Signifikan Validitas Cukup 3 0,710 Sangat Signifikan Validitas Tinggi 4 0,775 Sangat Signifikan Validitas Tinggi Hasil perhitungan validitas instrumen tes menggunakan software AnatesV4 dapat dilihat pada lampiran C (halaman 117). 2) Reliabilitas Suherman (2003: 131) menyatakan bahwa reliabilitas suatu alat evaluasi dimaksudkan sebagai alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten). Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang berbeda. Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian, maka menurut Suherman (2003: 153) untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan rumus Alpha. ( ) ( )

22 Keterangan: : Koefisien reliabilitas n : Banyaknya butir soal : Jumlah varians skor tiap soal : Varians skor total Menurut Guilford (Suherman, 2003: 139) interpretasi nilai koefisien reliabilitas dikategorikan sebagai berikut: r 11 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 r 11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah 0,40 r 11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang 0,70 r 11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi 0,90 r 11 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi Hasil perhitungan menggunakan Software AnatesV4, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,66 yang artinya reliabilitas instrumen termasuk kategori sedang. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes menggunakan software AnatesV4 dapat dilihat pada lampiran C (halaman 118). 3) Daya Pembeda Galton (Suherman, 2003: 159) berasumsi bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut. Dengan kata lain daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Dalam panduan analisis butir soal yang diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional

23 (Anen, 2012: 32), untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut: Adapun klasifikasinya menurut Crocker dan Algina (Anen, 2012: 32) adalah sebagai berikut: 0,40 1,00 soal diterima baik 0,30 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,20 0,29 soal diperbaiki 0,19 0,00 soal tidak dipakai/dibuang Hasil perhitungan daya pembeda menggunakan software AnatesV4 beserta kategorinya disajikan dalam Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Data Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal No Soal Nilai Daya Pembeda (%) Interpretasi 1 31,11 Soal diperbaiki 2 21,11 Soal diperbaiki 3 66,67 Soal diterima baik 4 60,00 Soal diterima baik Hasil perhitungan menggunakan software AnatesV4 dapat dilihat pada lampiran C (halaman 119). 4) Indeks Kesukaran Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Untuk mencari indeks kesukaran berdasarkan panduan analisis soal dari Departemen Pendidikan Nasional (Anen, 2012: 33) menggunakan rumus sebagai berikut: Klasifikasi Indeks Kesukaran soal sebagai berikut: 0,00 0,30 soal tergolong sukar 0,31 0,70 soal tergolong sedang 0,71 1,00 soal tergolong mudah

24 Hasil perhitungan indeks kesukaran menggunakan software AnatesV4 beserta kategorinya disajikan dalam Tabel 3.3 berikut.

25 Tabel 3.3 Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal No Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi Soal (%) 1 84,44 Mudah 2 52,78 Sedang 3 51,11 Sedang 4 30,00 Sukar Hasil perhitungan menggunakan software AnatesV4 dapat dilihat pada lampiran C (halaman 119). E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan arahan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dari awal sampai akhir. Peneliti membagi prosedur penelitian menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Ketiga tahap tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Beberapa langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Melakukan kajian literatur untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti b. Hasil identifikasi dikonsultasikan dengan dosen pembimbing yang dituangkan dalam bentuk proposal penelitian c. Proposal penelitian diseminarkan dan direvisi d. Menyusun instrumen penelitian e. Uji coba instrumen tes dan dilakukan analisis butir soal f. Revisi instrumen tes apabila ada kekurangan 2. Tahap Pelaksanaan Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Penentuan sampel penelitian. Pemilihan sampel disesuaikan dengan materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian b. Pemberian tes awal kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis awal siswa

26 c. Pelaksanaan pembelajaran problem based learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode ekspositori pada kelas kontrol d. Pemberian tes akhir kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa setelah dilakukan pembelajaran 3. Tahap Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Pengolahan data hasil penelitian Data yang diperoleh yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistics 17. b. Analisis data hasil penelitian Data yang telah diolah kemudian dianalisis. Analisis dilakukan dengan melihat apakah hipotesis awal diterima atau ditolak c. Penyimpulan hasil penelitian d. Penulisan laporan hasil penelitian. Berikut ini disajikan diagram prosedur penelitian:

27 Studi Pendahuluan Identifikasi masalah, rumusan, tujuan penelitian, studi literatur. Penyusunan Instrumen Bahan ajar dan lembar tes Analisis Hasil Uji Coba instrumen Perbaikan Instrumen Pemilihan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pretes Pembelajaran Ekspositori Problem Based Learning Postes Pengumpulan Data Analisis Data Kesimpulan Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

28 F. Teknik Analisis Data Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis berupa tes kemampuan koneksi matematis. Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan koneksi matematis yang sebelumnya dilakukan penskoran menggunakan Analytic Scoring Scale (Anen, 2012: 37) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Analytic Scoring Scale Aspek Skor Uraian Pemahaman Soal Penyelesaian Soal Menjawab Soal 0 Tidak ada usaha memahami soal 1 Salah interpretasi soal secara keseluruhan 2 Salah interpretasi soal pada sebagain besar soal 3 Salah interpretasi soal pada sebagain kecil soal 4 Interpretasi soal benar seluruhnya 0 Tidak ada usaha 1 Perencanaan penyelesaian yang tidak sesuai 2 Sebagian prosedur benar, tetapi kebanyakan salah 3 Prosedur subtansial benar, tetapi masih terdapat kesalahan 4 Prosedur penyelesaian tepat, tanpa ada kesalahan aritmetika 0 Tanpa jawaban atau jawaban salah akibat prosedur penyelesaian yang tidak tepat 1 Salah komputasi, tidak ada pernyataan jawaban, pelabelan salah 2 Penyelesaian benar Analisis data menggunakan uji statistik perbedaan dua rata-rata. Analisis data tes dilakukan terhadap skor pretes, skor postes, dan indeks gain. Analisis data-data tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa awal, kemampuan koneksi matematis siswa setelah perlakukan pembelajaran, dan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kedua kelas. Kemudian, data analisis diperlukan untuk menentukan apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik atau tidak daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan metode ekspositori.

29 Analisis data hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 17. Langkahlangkah uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut: a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan sebagai syarat uji-uji statistik berikutnya, dalam hal ini untuk menentukan pengujian perbedaan dua rata-rata yang akan diselidiki. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% jika sampel lebih dari 30 siswa. Hipotesis yang diuji adalah: H 0 : Data berdistribusi normal H 1 : Data berdistribusi tidak normal Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak artinya bahwa data berdistribusi tidak normal, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H 0 diterima artinya data berdistribusi normal. Apabila data berdistribusi normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas, sedangkan apabila salah satu atau keduanya berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji statistik nonparametrik, yaitu dengan uji Mann-whitney. b. Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan jika data berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah varians data homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas, digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas dilakukan terhadap skor kelas eksperimen ( ) dan skor kelas kontrol ( ). Hipotesis ujinya sebagai berikut: H 0 : Varians data kedua kelompok homogen ( ) H 1 : Varians data kedua kelompok tidak homogen ( ) Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak artinya bahwa data tidak homogen, sebaliknya jika nilai

30 signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H 0 diterima artinya data homogen. Apabila data berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan dua ratarata akan dilakukan dengan uji t (equal variances assumed), sedangkan apabila data berdistribusi normal, tetapi tidak homogen, uji perbedaan dua rata-rata akan dilakukan dengan uji t (equal variances not assumed) c. Uji perbedaan dua rata-rata Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang normal dan homogen dilakukan dengan menggunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%. Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang normal dan tidak homogen dilakukan dengan menggunakan uji dengan taraf signifikansi 5%. Sementara, untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang tidak normal dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji Mann- Whitney dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor pretes kelas eksperimen ( ) dan rata-rata skor pretes kelas kontrol ( ) sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol ( ) H 1 : Terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol ( ) Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H 0 ditolak artinya bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H 0 diterima artinya bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

31 Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor postes kelas eksperimen ( ) dan rata-rata skor postes kelas kontrol ( ) sebagai berikut: H 0 : Kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning sama dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori ( ). H 1 : Kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori ( ). Kriteria pengambilan keputusan adalah jika, maka H 0 ditolak artinya kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori. Sebaliknya, jika, maka H 0 diterima artinya kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning sama dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori. Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata indeks gain kelas eksperimen ( ) dan rata-rata indeks gain kelas kontrol ( ) sebagai berikut: H 0 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning sama dengan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori ( ). H 1 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori ( ).

32 Kriteria pengambilan keputusan adalah jika, maka H 0 ditolak artinya peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori, sebaliknya jika, maka H 0 diterima artinya peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya melalui Problem-Based Learning sama dengan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori. Adapun skor peningkatan kemampuan koneksi matematis (indeks gain) diperoleh dengan rumusan menurut Meltzer (Anen, 2012: 41) sebagai berikut: Kategori menurut Hake (Anen, 2012 : 42) sebagai berikut: g < 0,3 Rendah 0,30 g < 0,7 Sedang g 0,7 Tinggi Visualisasi resume pengolahan data pretes, postes, dan juga indeks gain disajikan dalam bagan 3.2.

33 DATA Uji Normalitas Tidak normal Uji Mann Whitney Normal Uji Homogenitas Tidak homogen Uji Homogen Uji t Nilai signifikansi Nilai signifikansi Terdapat perbedaan rata-rata. Tidak terdapat perbedaan rata-rata. Bagan 3.2 Alur Analisis Data