BAB II KAJIAN TEORI dan PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Mendidik dan pendidikan adalah 2 hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik ialah kata kerja, pendidikan kata benda. Mendidik, kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Kegiatan mendidik menunjukan adanya yang mendidik di satu pihak dan yang dididik di lain pihak. Dengan kata lain, mendidik adalah suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara 2 orang atau lebih. Menurut S.A. Branata dkk, pendidikan adalah usaha yang sengaja dilakukan/diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya. Menurut Umar Tirtaharja dan S. L. La Sulo (2008 : 33-36), pendidikan didefinisikan fungsinya, yaitu : 1. Pendidikan sebagai Proses Tranformasi Budaya Pendidikan sebagai proses transformasi budaya diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pewarisan budaya ini meliputi kebiasaan- 7
kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran, dan ajakan supaya generasi penerus dapat bersikap sesuai dengan nilainilai yang dikehendaki oleh masyarakat. 2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistematik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi ini bertujuan untuk membentuk pribadi yang dewasa dan bagi peserta didik yang belum dewasa dan bagi peserta didik yang sudah dewasa dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian menjadi meningkat. 3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara Pendidikan sebagai penyiapan warga Negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga yang baik. Warga Negara yang baik dapat diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajibannya sebagai warga Negara. 4. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja Pedidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagi kegiatan membimbing peserta didik sehingga mempunyai bekal dalam bekerja. Pembekalan ini berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pendidikan merupakan sarana yang sangat 8
penting untuk membawa kehidupan individu yang tidak berdaya pada saat permulaan hidupanya menjadi suatu pribadi yang mampu berdiri sendiri dan berinteraksi dalam kehidupan bersama orang lain secara konstruktif (Drs. B. Suryosubroto, 2010 : 15-16). Dalam GBHN, pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. b. Sistem Pendidikan Sistem diartikan sebagai kesatuan elemen-elemen yang saling berkaitan dalam mencapai suatu tujuan meliputi input (masukan), proses, dan output (keluaran). Sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangakan bakat yang dimiliki peserta didik dengan memperhatikan isi pendidikan, kualitas pendidik, sistem pengawasan dan ukuran evaluasinya (Suparlan Suhartono, 2008 : 125-126). Pelaksanaan berbagai jenis pendidikan mana pun memerlukan hal-hal atau faktor-faktor agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik (Drs. B. Suryosubroto, 2010 : 16-24). Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu : 9
1. Tujuan pendidikan Tujuan pendidikan adalah membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri) di dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. 2. Pendidik Pendidik yang di maksud adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik yang perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, maupun berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan sebagai individu (pribadi) yang mandiri. Pendidik bertugas sebagai medium agar anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirumuskan. Tanpa pendidik, tujuan pendidikan mana pun yang telah di rumuskan tidak akan dapat dicapai oleh anak didik. 3. Anak Didik Yang dimaksud anak didik disini adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan dari orang lain yan sudah dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu yang mandiri. 10
Setiap peserta didik mempunyai pembawaan yang berlainan. Karena itu, pendidik wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan masing-masing anak didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan keadaan pembawaan masing-masing anak didiknya. 4. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan pendidik dalam usahanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Sarana pendidikan meliputi : ruangan, peralatan untuk kegiatan belajar, dan media pendidikan. Dewasa ini semakin pentingnya peranan sarana pendidikan ini dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. 5. Lingkungan Lingkungan dalam pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak dalam alam semesta ini. Lingkungan memberikan pengaruh yang besar kepada perkembangan anak didik, dan hal ini tidak sulit bagi kita untuk mencari contoh-contohnya. Lingkungan dapat dikatakan sebagai pendidik yang tersembunyi, karena pengaruh lingkungan yang tidak sengaja tersebut besar juga kepada perkembangan anak didik. 11
2. Guru a. Pengertian Guru Guru menurut Sudarwan Danim (2010 : 17), diartikan sebagai pendidik professional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam jalur pendidikan formal. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru (wikipedia). b. Kompetensi Guru Guru dalam mengembangkan tugas profesinya tersebut harus mempunyai empat kompetensi utama (Sudarwan Danim, 2010 : 22-25), meliputi : 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi ini terdiri atas 5 subkompetensi, yaitu memahami peserta didik secra mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan, melaksaakan pembelajaran, merancang dan melaksanakanevaluasi pembelajaran dan 12
mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. 2. Kompetensi Kepribadian Guru sebagai seorang pendidik harus berkepribadian mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa dan berakhlak mulia. Subkompetensi tersebut akan menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi ini menunjukan kemampuan berkomunikasi guru dengan peserta didik, sesame pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik serta masyarakat. 4. Kompetensi Profesional Kompetensi ini terdiri dari dua ranah subkompetensi. Pertama, subkompetensi menguasai substansi keilmuwan yang terkait dengan bidang studi antara lain : memahami materi ajar, struktur dan konsep metode keilmuwan, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuwan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, subkompetensi menguasai langkah-langkah penelitian 13
dan kalian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. 1. Sejarah Kota Salatiga a. Salatiga Zaman Kemerdekaan Berita Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta melalui pemancar Domei Jakarta. Akan tetapi, berita tersebut tidak dapat disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia karena Jepang menduduki kantor-kantor yang penting, seperti rradio Hoosookyoku, P.T.T (an sich) dan Jawatan Kereta Api. Dengan demikian datangnya berita Proklamasi tersebut hanya dapat disampaikan dari mulut ke mulut. Berita proklamasi kemerdekaan tersebut, baru sampai di Salatiga pada tanggal 19 Agustus 1945 (MS. Handjojo, 1973 : 26). Kekuatan tentara Jepang harus di patahkan,karena Jepang dengan kenpeitainya tidak bersedia menyerah kepada pejuang kita, sehingga menimbulkan perebutan dan perlucutan senjata dimanamana seperti di Jogja, Solo, Magelang, ekalongan dan terakhir di Semarang. Setelah pertempuran lima hari di Semarang selesai, pada tanggal 20 oktober 1945 mendaratlah tentara Inggris sebagai tentara skutu di pelabuhan Semarang. Ternyata tentara Inggris yang mendarat ini di barengi oleh tentara Belanda yang diikuti oleh NICA (Nederlands Indish Civil Administration). 14
Sedangkan menurut perjanjian POSDAM tentara sekutu harus : 1. Melindungi dan mengungsikan tawanan perang dan tawanan biasa. 2. Melucuti dan mengembalikan tawanan Jepang. 3. Menjaga keamanan dan kententraman umum agar kedua maksud diatas dapat di laksanakan dengan baik. Pada tanggal 26 oktober 1945 tentara Inggris tiba di Ambarawa dan Magelang. Di kota ini timbul kekacauan karena tindakannya ternyata melanggar kedaulatan RI, dengan membebaskan interniran Belanda di Ambarawa dan Magelang. Orang-orang belanda yang dibebaskankan ini menjadi amat sombong dan berusaha untuk menduduki kembali fungsi mereka seperti sebelum perang dunia ke II. Mereka mengatakan bahwa Panglima Inggris memegang kekuasaan wilayah Indonesia atas nama Pemerintah Belanda. Di dalam kota Ambarawa sendiri sebelumnya telah terjadi pertempuran antara batalyon TKR Divisi IV Salatiga yang dipimpin oleh Mayor Soenarto. Ambarawa di kepung dari segala jurusan. Tentara sekutu untuk menghadapi pertempuran tersebut menggunakan tentara Jepang. Pada tanggal 5 desember 1945 Benteng Banyubiru di tinggalkan oleh sekutu. Pertempuran di 15
Ambarawa tersebut berlangsung selama 4 hari 4 malam, akhirnya pada tanggal 15 desember 1945, Ambarawa jatuh di tangan kita kembali, tentara sekutu terdesak menuju ke kota Semarang. Oleh karena Salatiga terletak dalam garis Medan Selatan dengan sendirinya masyarakat kota Salatiga bersama pihak tentara sehari-hari selalu sibuk dengan mengirimkan balabantuan dan makanan ke garis depan daerah Ungaran. Sebelum kota Semarang diduduki keseluruhan oleh NICA, semua pegawai RI dan rakyat yang cinta pada RI sudah meninggalkan kota Semarang mengungsi ke pedalaman. Dengan demikian kota Salatiga yang kecil itu semakin bertambah ramai penuh dengan kesibukan dalam tetap menegakkan Negara RI. Batas demarkasi sebelah selatan dari daerah NICA untuk kota Semarang ialah Srondol. Setelah NICA bercokol di Semarang, tiada lama kemudian datang bantuan dari negeri Belanda sati Divisi 7 Desember, yang terdiri dari tentara KL (Kioniklijke Leger). Dengan adanya bantuan tersebut bangsa Belanda semakin merasa dirinya kuat dan menunjukan sikap angkuh dan semena-mena. Tanggal 20 Juli 1947 Dr. Van Mook, mendapat kuasa penuh dari pemerintah Belanda untuk mengadakan Aksi Polisioneel, sehingga pada tanggal 21 Juli 1947 jam 01.00 tentara Belanda menyerang RI dari segala jurusan baik darat, laut maupun udara. 16
Pada tanggal 21 Juli 1947 ntara jam 11.00 siang dua kapal udara Mustang terkenal dengan nama Cocor Merah Belanda melayanglayang di atas kota Salatiga. Awalnya pesawat Mustang diperintahkan ntuk membuat panik dan mengacaukan kota Salatiga dengan menembakkan peluru-peluru kosong dan hanya boleh menembak jika ada serangan balik dari bawah. Dengan adanya tembakan dari bawah Mustang tersebut memuntahkan peluru tajam dari senapan mesin mengenai sepanjang jalan Solo di muka pasar Jl. Kalisombo dan sekitar Hotel Kalitaman. Akibat, dari serangan ini 2-3 orang mendapat luka-luka. Keesokan harinya tanggal 22 Juli 1947 tentara KNIL mengadakan patroli dengan jalan kaki dari arah Jl. Tuntang. Pada tanggal 23 Juli 1947 keesokan harinya tentara Belanda kembali masuk ke Salatiga dan mengadakan penyerangan, namun dalam penyerangan itu tidak ada perlawanan yang berarti dari pihak kita dan mereka mengundurkan diri di selatan di daerah Surakarta dan ke Timur di daerah Susukan untuk selanjutnya menjalankan perang gerilya. Walikota Salatiga Soemitro dengan beberapa stafnya mengungsi ke Sulusari Kabupaten Grobgan. Setelah tentara Belanda dapat menduduki kota Salatiga, maka mereka memperluas daerah pendudukan dengan batas selatanya Sungai Ketangi (Tengaran). Dengan demikian, maka seluruh Kabupaten Semarang hanya tersisa tiga desa dari Asistenan Tengaran dan 13 desa dari 17
Asistenan Susukan yang belum di kuasai NICA. Kota Salatiga tidak aman selama pendudukan NICA, seringkali terdengar letusan tembakan di malam hari dari para geriyawan maupun perampok. Ketika pendudukan NICA di Salatiga, maka kedudukan Salatiga sebagai kotapraja di hapuskan. Pada tanggal 18 Desember 1948, dikabarkan melalui radio bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh perjanjian Renville. Berita tersebut menandai agresi militer kedua yang dilakukan oleh Belanda kota Salatiga yang menjadi penghubung diantara Kota Surakarta dan Yogyakarta menjadi semakin ramai karena Belanda berhasil menduduki kedua kota tersebut. Penyerbuan Belanda ke Indonesia diakhir setelah terpenuhinya Konferensi Meja Bundar (KMB). Tanggal 4 Agustus 1949 presiden Republik Indonesia mengumumkan perhentian tembak menembak di seluruh Indonesia. 18
4. Penelitian Yang Relevan Adapun beberap tulisan yang berkaitan dengan judul penulis antara lain, skripsi yang berjudul Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matuttina di Salatiga (1970-2008) oleh Soraya Atika Ony. Penelitian ini membahas tentang sejarah perkembangan Sekolah Menengah Pertama Stella Matuttina yang dulu bernama Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri dan lepasnya Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina dengan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putra. Penelitian yang lain dengan judul Sejarah Sekolah Guru B di Salatiga (1950-1961) oleh Dian Luckitaningtyas. Penelitian ini membahas tentang tenaga guru di Salatiga, sekolah guru di Salatiga dan perkembangan Sekolah Guru B di Salatiga. 19