PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

Volume 3 No. 1 April 2017 ISSN :

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

ANALISIS KESELAMATAN PESAWAT SINAR-X DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang


EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dasar Proteksi Radiasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

ANALISIS PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN RUANG RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT DENGAN PROGRAM DELPHI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

Bab 2. Nilai Batas Dosis

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

RADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. Booklet. Pedoman layanan perizinan. BAPETEN Direktorat Perizinan FasilitasKesehatan dan zat Radioaktif

ANALISIS MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASIPADA INSTA LASI RADIOLOGI RSUD DR. H. M. RABAIN MUARA ENIM TAHUN 2009

EVALUASI METODE PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI PADA RUANG DIGITAL RADIOGRAFI

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : WELL LOGGING

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : IMPOR ZAT RADIOAKTIF UNTUK KEPERLUAN SELAIN MEDIK

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

ABSTRAK

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu

Unnes Journal of Public Health

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

2 Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMANTAUAN PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA DAN INTERNA DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN DAMPAK PENERAPAN BSS-115 DI FASILITAS RADIOTERAPI DAN INDUSTRI DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866 novitarosyida@ub.ac.id Diterima: 16 Desember 2015 Layak terbit: 22 Januari 2016 Abstract: Measurement of Radiation Dose in CT Scan and Fluoroscopy Area at dr. Saiful Anwar General Hospital Malang. Radiation dose measurement in diagnostic radiology is considered to be a critical factor for optimizing radiation protection to the healthcare practitioners, the patients and the public. This paper presents an overview of average radiation dose measurement in public area around CT Scan and Fluoroscopy area. The recommendation of critical radiation dose from BAPETEN is bellow 50 msv/ year for healthcare practitioners and below 5 msv/year for public area. The measurement of radiation dose has been done outside the CT Scan and fluoroscopy room using surveymeter. Keywords: radiation dose, scaterring, radiation Abstrak: Pengukuran Dosis Paparan Radiasi di Sekitar Area Ruang CT Scan dan Fluoroskopi RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Pengukuran paparan radiasi merupakan salah satu upaya pemantauan untuk perlindungan kepada masyarakat umum terhadap dampak yang merugikan dalam pemanfaatan radiasi pengion pada area publik di suatu instalasi radiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata pada area publik di luar ruang tindakan yang ada di area CT Scan dan Fluoroskopi instalasi radiologi RSSA Malang. Nilai Batas ddsis (NBD) yang di persyaratkan oleh BAPETEN yaitu 50 msv/thn bagi pekerja radiasi dan di bawah 5 msv/thn untuk masyarakat umum. Pengukuran dosis paparan radiasi dilakukan pada area publik di luar ruang tindakan pemeriksaan yang ada di instalasi radiologi menggunakan surveymeter. Kata Kunci: dosis radiasi, hamburan, paparan radiasi

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan menyediakan berbagai pelayanan medik. Salah satu jenis pelayanan penunjang medik di rumah sakit adalah pelayanan radiologi. Unit Pelayanan Radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik yang menggunakan sumber radiasi pengion untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit dalam bentuk gambaran anatomi tubuh yang ditampilkan dalam film radiografi. Beberapa tugas dari unit radiologi adalah memberikan pelayanan mammografi, Dental, CT Scan, pelayanan pemeriksaan khusus (pemeriksaan dengan menggunakan bahan kontras media) serta pemeriksaan konvensional biasa (Endang, 2006). Secara umum instalasi radiologi yang terdapat di rumah sakit membutuhkan beberapa ruang utama yaitu: ruang pemeriksaan, ruang operator, kamar gelap, ruang sanitasi, ruang baca film dan ruang perencanaan dosis. Ruang pemeriksaan yang baik adalah yang memenuhi syarat proteksi radiasi dengan ukuran ruang pemeriksaan yang sesuai dengan ketentuan, untuk peralatan rontgen dengan dinding ruang yang harus dapat dipertanggung jawabkan untuk menjamin keamanan pasien, karyawan, dan masyarakat pada umumnya (Rassad, 2000). Pemanfaatan radiasi pengion dalam bidang Radiodiagnostik untuk berbagai keperluan medik perlu memperhatikan dua aspek, yaitu resiko dan manfaat yang dicapai. Salah satu resiko yang dihasilkan oleh radiasi pengion adalah menimbulkan efek biologis pada bahan yang dilaluinya. Efek-efek tersebut dapat berupa efek stokastik, deterministik, maupun genetik yang mampu merusak sel-sel hidup (Zubaidah, 2005). Persyaratan teknis di suatu instalasi telah menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Hal tersebut meliputi sumber radiasi, peralatan penunjang radiasi dan bangunan fasilitas. Dinding pada masing-masing ruang pemeriksaan untuk sinar X ataupun CT scan harus berupa bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 atau beton dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam (Pb), sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan Pesawat sinar X ataupun CT Scan tidak melampaui nilai batas dosis (Anonim, 2003). Dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya, sedangkan nilai batas dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN. Untuk area publik, nilai batas dosis yang diperkenankan oleh BAPETEN adalah sebesar 5 msv pertahun (Anonim, 2003). Pelayanan Radiologi untuk radiodiagnstik utamanya di unit CT Scan dan Floroskopi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja radiasi. Dalam upaya pengendalian, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. Surat Keputusan Kepala BAPETEN nomor 01/Ka- BAPETEN/V-99 tentang Kesehatan terhadap Radiasi Pengion memuat nilai batas dosis yaitu untuk pekerja radiasi < 50mSv/tahun dan masyarakat umum < 5mSv/tahun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion, maka perlu

dilakukan pemantauan dosis paparan radiasi pengion pada area publik di luar ruang tindakan pemeriksaan konvensional ataupun di ruang terapi di Instalasi Radiologi rumah sakit. Dalam penelitian ini sampel diambil di sekitar area unit CT Scan dan Fluoroskopi. METODE Pengukuran dosis paparan radiasi dilakukan di sekitar ruang CT Scan dan floroskopi Instalasi Radiologi Rumah Sakit dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang yang dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2015. Peralatan yang dibutuhkan dalam pengukuran ini antara lain Dosimeter tipe RGD 27091, Handy Talky (HT), dan meteran. Dosimeter tipe RGD 27091 digunakan untuk mengukur dosis di sekitar instalasi radiologi RSSA Malang. Spesifikasi RGD 27091 dosimeter dapat mengukur foton yang bersumber dari sinar X dan sinar gamma. Rentang pengukuran untuk sinar X dan sinar gamma cukup lebar, yaitu dari 6 kev hingga 3.0 MeV. Mempunyai kemampuan untuk mengukur dosis ekuivalen pada 3 daerah pengukuran dan dapat mengukur laju dosis ekuivalen pada 6 daerah pengukuran. Kemudian Handy Talky (HT) digunakan untuk berkomunikasi dengan petugas radiasi saat melakukan eksposur pada pasien, sehingga pengukuran dosis di lokasi yang sudah ditentukan bisa dimulai dilakukan pada saat yang bersamaan dengan eksposur pada pasien. Selanjutnya, meteran digunakan untuk mengukur jarak posisi pengukuran dengan sumber radiasi serta mengukur luasan ruangan yang ada di instalasi radiologi RSSA. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dosis paparan radiasi dilaksanakan di ruang CT Scan fluoroskopi Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan ruang CT Scan yang ada di lantai 1 Instalasi Radiologi RSSA Malang. Ruang CT Scan dan Fluoroskopi IGD Ruang CT Scan dan Fluoroskopi IGD berada pada lantai 2 unit radiologi yang terhubung langsung dengan instalasi gawat darurat (IGD). Pada IGD ruang CT Scan dan Florokopi berseberangan sehingga sangat dimungkinkan ketika dilakukan pengukuran akan terjadi gabungan radiasi hambur yang bersumber dari kedua ruang tersebut. Posisi pengambilan data pada ruang IGD ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pada ruang CT Scan, titik A berada pada pintu yang berhubungan dengan koridor IGD, yaitu titik ini berada di barat sumber radiasi. Titik B merupakan pintu yag berada di selatan sumber radiasi yang menghubungkan dengan ruang operator. Titik D berada pada balik dinding sebelah timur sumber radiasi. Hasil pengukuran pada ruang CT Scan disajikan dalam Tabel 1.

RUANG CT-SCAN DAN FLUOROSCOPY B KANTOR A JALAN C1 D RUANG CT-SCAN C A1 B1 RUANG FLUOROSCOPY E1 D1 = Sumber Radiasi F1 = Operator = Pintu Gambar 1. Posisi Pengambilan Titik Pengukuran di Ruang CT Scan dan Fluoroskopi IGD Tabel 1.Hasil Pengukuran Laju Rata-Rata Paparan Radiasi di Area Ruang CT Scan IGD No Posisi Laju dosis ratarata µsv/h 1 A 1,77 2 B 2,21 3 C 1,65 4 D 1,53 Hasil pengukuran radiasi background pada ruang CT Scan IGD adalah 1,01 µsv/h, jika dibandingkan dengan background di area lain, pada area ini lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh ruang fluoroskopi yang berseberangan dengan ruang CT. Posisi A menunjukkan laju rata-rata radiasi yang masih bisa menembus pelindung sebesar 1,77 µsv/h, pada posisi B sebesar 2,21 µsv/h karena posisi B berada pada jarak yang lebih dekat dengan sumber. Laju radiasi pada posisi C sebesar 1,65 µsv/h dan pada posisi D sebesar 1,53 µsv/h.

Pengukuran ruang fluoroskopi dilakukan di 5 titik seperti ditunjukkan pada Gambar 1, yaitu titik A1 yang berada pada ruang operator, titik B1 yang berada pada pintu yang menghubungkan ruang operator dengan ruang fluoroskopi,titik C1 berada di bagian selatan sumber radiasi yang menghubungkan langsung dengan lorong IGD, titik D1 berada pada pintu masuk ruang fluoroskopi yang berada pada sisi pojok bagian barat sumber radiasi,titik E1 berada pada bagian barat sumber sejajar dengan sumber, dan titik F1 berada dibalik tembok sebelah utara sumber. Hasil pengukuran radiasi background di ruang floroskopi sebesar 0,56 µsv/h. Hasil pengukuran ruang fluoroskopi disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Laju Rata-Rata Paparan Radiasi di Area Ruang Fluoroskopi IGD No Posisi Laju dosis rata-rata µsv/h 1 A1 0,88 2 B1 0,61 3 C1 0,60 4 D1 0,64 5 E1 0,55 6 F1 0,58 Nilai laju dosis rata-rata di area ruang fluoroskopi IGD pada posisi A1 atau ruang operator sebesar 0,88 µsv/h dan dibalik pintu operator atau B1 sebesar 0,61 µsv/h. Laju dosis yang terukur di area C1 yang merupakan lorong penghubung antara IGD dengan ruang CT Scan IGD sebesar 0,60 µsv/h. Laju dosis pada titik D1 yang merupakan pintu masuk pasien sebesar 0,64 µsv/h, laju dosis pada titik E1 sebesar 0,55 µsv/h dan pada titik F1 sebesar 0,58 µsv/h. Pada area floroskopi ini yang sering dilalui oleh pekerja dan masyarakat adalah area A1, B1 dan C1.

Gambar 21. Posisi Pengambilan Titik Pengukuran di Ruang CT Scan Ruang CT Scan Lantai 1 Ruang CT Scan yang kedua terletak di lantai 1 Instalasi Radiologi di belakang unit pelayanan radiologi. Pada area ini dilakukan pengukuran pada 6 titik seperti yaitu titik A merupakan pintu penghubung antara ruang CT Scan dengan operator, titik B merupakan tempat dimana operator berada, titik C berada pada balik dinding bagian selatan sumber radiasi, titik D berada pada balik dinding bagian timur yang menghubungkan dengan koridor ruang radiodiagnostik, titik E berada pada sisi selatan sumber radiasi, titik F berada pada balik dinding sebelah barat. Denah posisi pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Tabel 3 didapatkan hasil pengukuran pada posisi A yang merupakan pintu penghubung antara ruang operator dengan ruang CT scan sebesar 1,85 µsv/h. Pengukuran pada titik B sebesar 1,48 µsv/h, pada titik C sebesar 1,36 µsv/h, pada titik D sebesar 1,38 µsv/h, di titik E sebesar 1,13 µsv/h dan pada titik F sebesar 1,21 µsv/h. Area yang sering dilalui oleh petugas radiologi dan masyarakat adalah titik A, B, C, D. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah di lakukan di area CT Scan dan fluoroskopi didapatkan dosis rata-rata terendah pada ruag fluoroskopi pada titik E1 yang terletak di sebelah barat sumber dan sejajar dengan sumber radiasi yaitu sebesar 0,55 µsv/h. Dan nilai tertinggi terdapat pada ruang CT Scan IGD yang terletak pada

posisi D yang merupakan pintu yang terletak di selatan sumber radiasi yang menghubungkan dengan ruang operator. Besar laju dosis rata-rata yang terukur di titik D adalah 2,21 µsv/h. Tabel 3. Hasil Pengukuran Laju Rata-Rata Paparan Radiasi di Area CT Scan No Posisi Laju dosis rata-rata µsv/h 1 A 1,85 2 B 1,48 3 C 1,36 4 D 1,38 5 E 1,13 6 F 1,21 Laju dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi dan masyarakat umum di sekitar area CT Scan dan Fluoroskopi RSSA Malang (0,55 2,21 µsv/h) jauh dari Nilai Batas Dosis (NBD) yang dipersyaratkan, artinya instalasi dapat dinyatakan aman. Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengelola rumah sakit sangat peduli dengan keselamatan masyarakat akan bahaya radiasi. Selain itu, pekerja radiasi harus selalu menggunakan peralatan proteksi radiasi agar selalu terkontrol radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Pengukuran laju dosis di area CT Scan dan Floroskopi berkisar antara 0,55 µsv/h sampai 2,21 µsv/h. Nilai terendah berada pada titik E1 ruang Fluoroskopi dan titik tertinggi berada pada titik D Ruang CT Scan IGD. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai dosis yang diterima oleh pekerja radiasi dan masyarakat jauh di bawah Nilai Batas Dosis (NDB) yang dipersyaratkan oleh BAPETEN yaitu 50 msv/thn bagi pekerja radiasi dan di bawah 5 msv/thn untuk masyarakat umum. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan variasi jarak untuk memperoleh variasi pemetaan dosis dan penggunaan multi-sensor agar mendapatkan hasil yang simultan untuk beberapa variasi jarak.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: Pusdiklat BATAN. Endang, M. R. 2006. Kajian Potensi Radiasi di Fasilitas Radiologi Intervensional. Jakarta: BAPETEN. Presiden Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. Jakarta: Sekretariat Negara Rassad, S. D. 2000. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kepala BAPETEN. 1999. Surat Keputusan Kepala BAPETEN nomor 01/Ka- BAPETEN/V-99 tentang Kesehatan terhadap Radiasi Pengion. Jakarta: BAPETEN Zubaidah, A. 2005. Efek Paparan Radiasi Pada Manusia. Jakarta: BATAN.