FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatancase control, yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang

Kata Kunci :Riwayat Keluarga, Konsumsi Alkohol, Kadar Asam Urat Darah

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA WANITA POSTMENOPAUSE DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS Dr.

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PETRI KURNIAWAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat di dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Hill (2003),

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

PENGARUH RENDAM AIR GARAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PENDERITA GOUT DI DESA KAUMAN KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI PURIN TERHADAP KEJADIAN HIPERURISEMIA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TASIK MEDIKA CITRATAMA TASIKMALAYA TAHUN 2014

CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DI DESA MALANGGATEN KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

PENGETAHUAN LANSIA TENTANG GOUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Tentang Lansia yang Diberikan Perlakuan

Miftahul Mualimah, Pengaruh Pemberian Air Beluntas (Pluchea Indica Less) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Wanita Menopause

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan lansia di seluruh dunia (Joern, 2010).OA juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET PURIN DENGAN KADAR ASAM URAT PASIEN GOUT ARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma

PENGETAHUAN PENDERITA GOUT ARTRITIS TENTANG TERAPI OLAHRAGA GOUT ARTRITIS

Keywords: Eating pattern, Gout, The elderly.

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado

POLA MAKAN DAN KADAR ASAM URATPADA WANITA MENOPAUSE YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS DIPUSKESMAS TIKALA BARUMANADO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

Fajarina Lathu INTISARI

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah. ada tindak lanjut (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN KEMANGI TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH PADA PENDERITA HIPERURISEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI Sukarmin STIKES Muhammadiyah Kudus Email: maskarmin@yahoo.com Abstrak Di Indonesia, asam urat menduduki urutan kedua setelah osteoartritis. Namun, di Indonesia prevalensi penyakit asam urat belum diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara satu daerah. Survei pendahuluan pada tanggal 2-4 Juni 2014, melalui Klinik DesaDi Desa Kedungwinong Kecamatan Sukolilo Pati dalam satu bulan rata-rata ada 35 orang yang mengalami penyakit gout. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhungan dengan kadar asam urat dalam darah pasien gout di Desa Kedungwinong Sukolilo Pati. Jenis penelitian ini adalah korelasi. Sampel penelitian ini adalah pasien gout di Desa Kedungwinong yang menurut data Puskesmas Pembantu Sukolilo berjumlah 35. Hasil Penelitian. Rata-rata usia responden 52.6 tahun, mayoritas responden berjenis kelamin wanita (24 orang / 68,8%), mayoritas pekerjaan petani (26 orang / 74,3%), mayoritas reponden mempunyai riwayat keturunan asam urat (25 orang / 71,4%), mayoritas mengkonsumsi obat-obatan beresiko asam urat (29 orang / 82,9%), mayoritas mengkonsumsi diet tinggi purin (29 orang / 82,9%). Analisa chi square menunjukkan hasil adanya hubungan antara adanya hubungan antara faktor keturunan dengan kadar asam urat (p : 0.03. α : 0.05), tidak adanya hubungan antara konsumsi obat beresiko asam urat dengan kadar asam urat (p:0,63), adanya hubungan antara diet dengan kadar asam urat (0,012). Kata kunci : Gout, Keturunan, Konsumsi Obat Resiko Asam, Diet, Kadar Asam Pendahuluan Penyakit gout (asam urat) adalah penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Seseorang akan di katakan menderita asam urat jika kadar asam urat dalam darahnya di atas 7 mg/dl pada laki- laki dan di atas 6 mg/dl pada wanita. Penyakit gout terjadi jika timbunan kristal asam urat yang mengendap dalam persendian, meningkat. Peningkatan tersebut, dapat di sebabkan ginjal yang mengalami gangguan membuang asam urat dalam jumlah yang banyak (Wijayakusuma, 2008). Umumnya, gout ini menyerang lutut, tumit dan jempol kaki. Sendi yang terserang tampak bengkak, merah, panas, nyeri di kulit, sakit kepala, dan tidak nafsu makan. Penyebabnya adalah naiknya kadar asam urat dalam darah (Hariana, 2005). Serangan asam urat timbul secara mendadak dan sering terjadi pada malam hari (Wijayakusuma, 2008). Ini di karenakan, asam urat cenderung akan mengkristal pada suhu dingin (Utami, 2003). Prevalensi penyakit gout pada populasi di USA diperkirakan 13,6/100.000 penduduk. Sedangkan, di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Tjokroprawiro, 2007). Perlu diketahui pula di Indonesia gout diderita pada usia lebih awal dibandingkan dengan negara barat. 32% serangan gout terjadi pada usia dibawah 34 tahun. Sementara diluar negeri rata-rata diderita oleh kaum pria diatas usia tersebut. Di Indonesia, asam urat menduduki urutan kedua setelah osteoartritis. Namun, di Indonesia prevalensi penyakit asam urat belum diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara satu daerah (Dalimarta, 2008). Penelitian Darmawan (2009), di Bandungan, Jawa tengah, terhadap 4.683 orang berusia 15-45 tahun yang diteliti, 0,8% menderita asam urat tinggi (1,7% pria dan 0,05% wanita ). Sementara itu, berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 2-4 Juni 2014, melalui Puskesmas Pembantu Di Desa Kedungwinong Kecamatan Sukolilo Pati 95

dalam satu bulan rata-rata terdapat 35 orang yang mengalami penyakit gout. Penyakit gout ini pada umumnya dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya. Penderita penyakit gout tingkat lanjut akan mengalami radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Penderita tidur tanpa ada gejala apapun, namun ketika bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat hebat hingga tidak bisa berjalan. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku (Tehupeiory, 2006). Penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperurisemia ada beberapa yaitu: adanya gangguan metabolisme purin bawaan, kelainan pembawa sifat atau gen, kebiasaan pola makan berkadar purin tinggi ( seperti: daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis), penyakit seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, radioterapi (Misnadiarly, 2008). Peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) disebabkan oleh peningkatan produksi (overproduction), penurunan pengeluaran (underexcretion) asam urat melalui ginjal, atau kombinasi keduanya (Wachjudi, 2006). Seperti dikutip DetikHealth.com, edisi Selasa (8/02/2011) menerangkan bahwa pria dianggapan lebih berisiko daripada wanita, sebab wanita lebih banyak memproduksi hormon esterogen yang mampu mencegah pembentukan asam urat. Sekitar 98 persen serangan asam urat pada wanita hanya terjadi pada usia menopause. Hal ini diperkuat oleh pernyataan (Tjokroprawiro, 2007) bahwa penyakit Asam merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada laki-laki usia antara 30-40 tahun, sedangkan pada wanita umur 55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali setelah menopause (Sustrani, 2007). Pola makan juga ikut andil dalam serangan asam urat. Terutama orang yang sering mengkonsumsi seafood, jeroan dan alkohol, ketiganya adalah makan dan minuman yang mengandung tinggi purin. Mereka yang memiliki keluarga penderita asam urat merupakan salah satu faktor risiko serangan asam urat. Sekitar 18 persen penderita asam urat memiliki riwayat penyakit yang sama pada salah satu anggota keluarganya, entah dari orang tua maupun kakek-neneknya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi arthritis pirai (asam urat) adalah makanan yang dikonsumsi, umumnya makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu tinggi) (Utami, 2009). Penelitian yang di lakukan oleh Andry (2009),mendapati bahwa konsumsi purin tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar asam urat pada pekerja kantor dii desa Karang Turi kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Sementara itu, penelitian yang di lakukan oleh Festy,et.al (2010) mendapati responden yang kesemuanya adalah wanita posmenapause yang terbiasa makan makanan tinggi purin, memiliki kadar asam urat lebih tinggi. Dari 29 responden, 19 orang hiperurisemia (asam urat). Hal ini menegaskan bahwa pola makan berkaitan erat dengan kadar asam urat pada wanita postmenapause. Survei pendahuluan pada tanggal 3-4 Juni 2014, pada pasien rawat jalan di Puskesmas Pembantu Sukolilo di Desa Kedungwinong Sukolilo Pati dari 10 responden yang memiliki kadar asam urat tinggi disertai dengan adanya keluhan nyeri sendi dan tulang, setelah dilakukan wawancara yang mengarah ke penyebab penyakit gout seperti umur, masih berfungsinya reproduksi dan pola makan. Dari hasil wawancara di dapatkan 6 orang berjenis kelamin wanita, 7 orang umur di atas 45 tahun dan 6 orang menyatakan mengkonsumsi makanan yang tinggi asam urat seperti melinjo, jeroan, bayam, kacangkacangan, serta 6 dari 10 responden mengatakan keluarganya juga mengalami asam urat. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua populasi (total sampling) sejumlah 35 orang di desa Kedungwinong Sukolilo Pati. Waktu pelaksanaan penelitian bulan Pebruari 2015. Tehnik pengolahan data univariat menggunakan distribusi frekwensi dan prosentase, sedangkan analisa bivariat menggunakan uji chi square. 96

Hasil Penelitian Hasil analisis univariat mendapatkan rata-rata umur responden kelompok intervensi adalah 56,24 tahun. Umur terendah 31 tahun dan tertinggi 71 tahun. Sebagian besar responden dengan jenis kelamin wanita (24 orang atau 68,6%). Sebagian besar pekerjaan responden adalah petani yaitu 26 orang (74,3%). Hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan asam urat terdapat pada table di bawah ini : Tabel 1. Distribusi Frekwensi Faktor Keturunan Asam Jenis Keturunan n % Tidak ada keturunan asam urat 10 28.6 Ada keturunan asam urat 25 71.4 Jumlah 35 100 Tabel 2. Distribusi Frekwensi Faktor Obat- Obatan Resiko Asama Tabel. 3 Distribusi Frekwensi Faktor Diet Asam Dari data tabel di atas menunjukkan mayoritas responden mempunyai keturunan asam urat yaitu 25 orang (71,4%), menggunakan obat-obatan beresiko asam urat sebanyak 29 orang (82,9%), diet tinggi purin 29 orang (82,9%). Tabel 4. Distribusi Frekwensi Kadar Asam Kadar Asam n % Kadar normal 9 25.7 Kadar tinggi 26 74.3 Tabel di atas menunjukkan mayoritas responden yaitu 26 orang (74,3%) mempunyai kadar asam urat tinggi. Analisa bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan hasil sebagaimana pada tab tabel di bawah ini : Tabel 5. Analisa Bivariat Faktor Keturunan dengan Kadar Asam Keturunan Kadar Asam n p value Normal Tinggi Tidak ada 6 4 10 0.03 Ada 3 22 25 Penggunaan Obat Resiko Asam n % Tidak Menggunakan 6 17.1 Menggunakan 29 82.9 keturunan 9 26 Tabel di atas menunjukkan adanya hubungan antara faktor keturunan asam urat dengan kadar asam urat, yang di lihat dari nilai p value 0.03 (α : 0,05). Tabel 6. Analisa Bivariat Hubungan Konsumsi Obat Resiko Asam dengan Asam Konsumsi Kadar Asam n p Obat Normal Tinggi value Resiko Asam Tidak 2 7 9 0.63 Mengkonsumsi 4 22 26 6 29 Diet Tinggi Purin n % Diet rendah purin 6 17.1 Diet tinggi purin 29 82.9 Jumlah 35 100 Tabel diatas menunjukkan hasil penelitian tidak ada hubungan antara penggunaan obat yang beresiko asam uarat dengan kadar asam urat, dengan nilai p value 0,63 (α: 0,05). Tabel 7. Analisa Bivariat Faktor Diet dengan Kadar Asam Diet Kadar Asam n p value Tidak Tinggi Purin Tinggi Purin Jumlah 35 100 Normal Tinggi 4 2 6 0.012 5 24 29 9 26 Tabel di atas menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi purin dengan kadar asam urat yang ditunjukkan dengan nilai p value 0,012 (α: 0,05). 97

Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara faktor keturunan dengan kadar asam urat (p value 0.03, α : 0.05). adanya hubungan antara faktor keturunan asam urat dengan kadar asam urat juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Rao, et.al (2002) yang menunjukan nilai hasil uji hubungan p 0.04. Hubungan antara keturunan dengan kadar asam urat diduga secara teori karena adanya metabolism yang berlebihan dari purin yang merupakan salah satu hasil residu metabolisme tubuh terhadapa makanan yang mengandung purin. Kondisi ini secara teoritis dapat diturunkan dari orang tua ke anak (Indriawan, 2009). Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara konsumsi obatobatan yang beresiko asam urat dengan kadar asam urat (p value 0.06, α: 0.05). Faktor obat-obatan selama penelitian memang kurang teridentifikasi dengan baik, hal ini disebabkan karena semua responden memang tidak memahami jenis obat yang dipahami oleh responden adalah manfaat obat untuk mengurangi rasa pegal-pegal. Faktor ini yang kemungkinan besar mengakibatkan hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara faktor konsumsi obat-obatan resiko asam urat dengan kadar asam urat. Berbagai teori memang menyebutkan bahwa obat yang paling sering mengakibatkan tingginya kadar asam urat adalah aspirin (Michael, 2009). Obat jenis tersebut setelah peneliti lakukan observasi di beberapa toko di Desa Kedungwinong ternyata tidak tersedia. Menurut pengakuan beberapa pemilik toko obat yang sering dikonsumsi oleh warga desa adalah jenis pengurang nyeri non aspirin seperti obat penghilang pegal dari golongan acetamenofen. Obat jenis golongan acetamenofen kalau berdasarkan teori di bab 2 tidak termasuk obat yang berkontribusi terhadap peningkatan kadar asam urat. Pembuktian terhadap peningkatan kadar asam urat pada pasien gout di desa Kedungwinong Sukolilo Pati harus di lihat secara detail kebenaran obat yang dikonsumsi melalui contoh yang harus dibawakan saat penelitian sehingga dapat di lihat dengan seksama kandungan obat tersebut. Tindakan itu tidak bisa dilakukan karena terlalu banyak variasi obat bebas yang dikonsumsi oleh responden saat mengalami keluhan nyeri sendi dan pegal-pegal. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan terdapat hubungan antara faktor keturunan asam urat dan diet dengan kadar asam urat. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara konsumsi obat yang beresiko asam urat dengan kadar asam urat. Peneliti menyarankan adanya pelatihan kader oleh petugas kesehatan di Puskesmas Pembantu Sukolilo di desa Kedungwinong berupa deteksi dini asam urat melalui skrening keturunan, obat-obatan dan diet. Referensi Andry, S. A. (2009). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam Pada Pekerja Kantor Di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu,Brebes. The Soedirman Journal of Nursing, 1-6. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rieneka Cipta. Dalimartha, S. (2008). Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam. Depok: Penebar Swadaya. Darmawan. (2003). Riset Keperawatan Sejarah dan Metodelogi. Jakarta: EGC. Dewani, M. (2009). 33 Ramuan Penakluk Asam. Jakarta: Agro Media. Festy, P., Rosyiatul, A., & Aris, A. (2010). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Darah Pada Wanita Post Menopause. 1-7. Hariana, A. (2005). 812 Resep untuk Mengobati 236 Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya. Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. (2003). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Jateng, D. K. (2007). Profil Kesehatan provinsi Jawa tengah. Semarang: Dinkes Jateng. 98

Kertia, N. (2009). Asam. Yogjakarta: Bentang Pustaka. Kompas. (2006). Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Machfoedz. (2009). Metodelogi Penelitian (Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan dan Kedokteran). Yogyakarta: Fitramaya. Misnadiarly. (2008). Mengenal Penyakit Arthritis. Puslitbang Biomedis Dan Farmasi, Badan Litbangkes, 57. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodiologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Sustrani, L. (2007). Asam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tjokroprawiro, A. d. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University press. Utami. (2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik & Asam. Jakarta: AgroMedia. Utami, P. d. (2009). Solusi Sehat Asam dan Rematik. Jakarta.: Agromedia Pustaka. WIjayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik Dan Asam Ala Hembing. Jakarta: Puspa Suara. Wijayakusuma, H. (2008). Ramuan Lengkap Herbal Tahlukkan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda. 99

100