28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

dokumen-dokumen yang mirip
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

BAB IV GAMBARAN LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KARAKTERISTIK WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

PROFIL SANITASI SAAT INI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB IV GAMBARAN UMUM

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

Transkripsi:

BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. 3.1 Kabupaten Banjar Kabupaten Banjar memiliki luas 4.668 km 2 yang merupakan kabupaten terluas ketiga di Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah ini dilintasi oleh sebuah sungai besar yaitu sungai Martapura yang dapat menghubungkan kota Martapura (Ibukota Kabupaten Banjar) dengan Ibukota Kalimantan Selatan, Banjarmasin dan muaranya bersatu dengan Sungai Barito. Kabupaten Banjar berada di antara 2 49 55-3 43 38 Lintang Selatan dan diantara 114 30 20-115 35 37 Bujur Timur. Kabupaten Banjar memiliki batas-batas wilayah yaitu sebelah Utara dengan Kabupaten Tapin, Selatan dengan Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut, Timur dengan Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu, serta sebelah Barat dengan Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala. Kondisi topografi di wilayah Kabupaten Banjar beraneka ragam dan tidak sepenuhnya dataran. Perbukitan dan pegunungan terdapat di sebelah Utara dan Timur Kabupaten Banjar. Selain itu juga terdapat dataran rendah berupa tanah biasa dan tanah rawa di bagian sebelah Barat dan Selatan dari Kabupaten Banjar. Selain ditutupi oleh batu-batuan sedimen dan terdiri dari dataran tinggi, sebagian dari daerah Kabupaten Banjar juga merupakan daerah dataran rendah yang dilewati sungai besar yaitu sungai Martapura, sungai Riam Kanan dan sungai Riam Kiwa serta beberapa sungai-sungai kecil dengan keadaan hidrografi yang sangat dipengaruhi oleh curah hujan, terlebih lagi daerah rawa. Wilayah Kabupaten Banjar sebagian besar didominasi oleh tipe iklim B, dengan curah hujan tahunan berkisar 2.000 2.500 mm. Curah hujan perhari berkisar antara 9,5 18,6 mm/hari dan hari hujan perbulan rata-rata berkisar antara 12,3 15,6 hari/bulan. Tekanan udara berkisar 1.007,3 1.014,3 milibar dan kelembaban udara berkisar 48 % - 100 %. Sedangkan suhu udara berkisar

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tecatat pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, jumlah rumah tangga pada pertengahan tahun 2006 mencapai 30.390 rumah tangga, dengan jumlah penduduk 464.148 orang yang terdiri dari 238.162 laki-laki dan 225.986 perempuan, dengan sex ratio 105 yang berarti hampir tidak ada perbedaan jumlah menurut jenis kelamin. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Martapura dengan kepadatan 2.042 penduduk per kilometer persegi. Dibanding tahun sebelumnya, kecamatan Martapura mengalami kenaikan jumlah penduduk. Hal ini ditandai dengan meningkatnya angka kepadatan penduduk, dimana pada tahun 2005 kepadatannya tercatat sebesar 2.019 penduduk per kilometer persegi. Kecamatan Peramasan hanya 6 penduduk per kilometer persegi yang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan rendah. Rata-rata kepadatan penduduk secara umum yaitu sebesar 99 jiwa per kilometer persegi. Berdasarkan data Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Banjar tercatat 2.118 pencari kerja, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah tingkat SMU/SMK. Dari jumlah tersebut 1.136 orang diantaranya telah ditempatkan. Penetapan tingkat upah/gaji bagi pekerja merupakan kebijakan yang sangat penting karena hal ini berkaitan langsung dengan kebijaksanaan peningkatan taraf hidup pekerja dan keluarganya. Berdasarkan data dari Disnaker Kab. Banjar tahun 2006 rata-rata kebutuhan hidup layak seorang pekerja lajang adalah sebesar Rp 771.133. 3.2 Kabupaten Barito Kuala Kabupaten Barito Kuala merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Marbahan yang berdiri pada tanggal 4 Januari 1960 dan di bentuk dengan UU No. 27 Tahun 1959. Luas wilayahnya mencapai 2.996,96 km 2 (sekitar 8,80 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan), dengan posisi geografis antara 2 o 29 50 3 o 30 18 LS dan 114 o 20 50 114 o 50 18 BT. Adapun batas wilayahnya meliputi Kabupaten Hulu Sungai Utara di sebelah

29 Utara, Laut Jawa di sebelah Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah di sebelah Barat, serta Kabupaten Tapin, Banjar dan Kota Banjarmasin di sebelah Timur. Daerahnya diapit oleh dua buah sungai, yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas yang sangat mempengaruhi tata air yang ada. Selain itu terdapat pula 3 buah terusan (anjir) buatan yang menghubungkan Sungai Barito dan Sungai Kapuas, yaitu Anjir Talaran, Anjir Serapat, dan Anjir Tamban. Kota Marabahan sebagai ibukota kabupaten, berjarak ± 45 Km dari Kota Banjarmasin (ibukota Provinsi Kalimantan Selatan) yang dapat di tempuh rata-rata ± 1,5 jam melalui jalan darat. Kabupaten Barito Kuala yang terletak di garis khatulistiwa, termasuk daerah hujan tipe B yaitu iklim yang mempunyai 1-2 bulan kemarau dalam setahun. Temperatur rata-ratanya antara 26 o C -27 o C dengan suhu maksimum 27.50 o C (bulan Oktober) dan suhu minimum 26.50 o C (bulan Juli). Sedangkan angka rata-rata hujan setiap tahunnya adalah 2,665 mm dengan 107 hari hujan untuk daerah Marabahan. Penduduknya berjumlah 260.967 jiwa dengan tingkat kepadatan 83 jiwa/km 2 sampai dengan pertengahan Juni tahun 2003, dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,60 % per tahun. Sebagian besar penduduknya berasal dari suku Bakumpai, Banjar, Jawa, Bali dan Sunda dengan mata pencaharian utama adalah bertani. 3.3 Kabupaten Kota Banjarbaru Letak geografis Kota Banjarbaru antara 3º 25 40-3º 28 37 Lintang Selatan dan 114º 41 22-114º 54 25 Bujur Timur dengan luas wilayah 371.38 hektar. Batas-batas wilayah Kota Banjarbaru yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Luas wilayah Kota Banjarbaru merupakan kota yang paling kecil setelah Kota Banjarmasin diantara kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan. Kota Banjarbaru memiliki 5 kecamatan dan 20 kelurahan dengan masing-masing urutan kecamatan terluas sesuai proporsinya adalah Kecamatan Cempaka 39,50 %

30 (146,70 km 2 ), Kecamatan Landasan Ulin 24,89 % (92,42 km 2 ), Kecamatan Liang Anggang 23,12 % (85,86 km 2 ), Kecamatan Banjarbaru Utara 6,58 % (24,44 km 2 ) dan Kecamatan Banjarbaru Selatan 5,91 % (21,96 km 2 ). Dalam hubungan antar-wilayah, posisi geografis Kota Banjarbaru sangat strategis karena memiliki akses jalan simpang tiga liang anggang yang menghubungkan Banjarmasin-Kotabaru dan Banjarmasin-Hulu sungai hingga ke Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, juga akses pelabuhan laut Trisakti sebagai gerbang jalur transportasi laut melalui jalan lingkar selatan liang anggang dan akses Bandar Udara Syamsuddin Noor sebagai jalur transportasi udara di Kalimantan Selatan. Luas wilayah Kota Banjarbaru sesuai dengan Perda No.9 Tahun 2000 adalah seluas 371,38 Ha yang terbagi dalam alokasi peruntukan ruang kawasan lindung adalah 20,81 % dan luasan kawasan budidaya 79,19 % dari luas wilayah Kota Banjarbaru. Dibandingkan dengan wilayah kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru menempati wilayah terkecil kedua setelah Kota Banjarmasin, yakni hanya 0,88 % dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagian besar wilayah Kota Banjarbaru mempunyai ketinggian di bawah 100 meter dari permukaan laut (dpl). Daerah dengan ketinggian 0-7 m (33,49 %), 7-25 m (48 %), 25-100 m (15,15 %), 100-250 m (2,55 %) dan 250-500 m (0,35 %). Kota Banjarbaru beriklim tropis dengan temperatur udara maksimum 34,4 o C dan minimum 20,2 o C, kelembaban udara rata - rata antara 49,0 99,3 %, rata-rata curah hujan di Kota Banjarbaru dan sekitarnya tercatat 239 mm dengan rata-rata tekanan udara berkisar antara 1.005,30 mb sampai dengan 1.018,80 mb dan rata-rata kecepatan angin sekitar 3,5 knots. Perkembangan wilayah Kota Banjarbaru pada 5 tahun berjalan menunjukkan percepatan pembangunan yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Salah satu faktor pemicu dan pemacunya adalah komitmen Kepala Daerah dan Pemerintah daerah agar Kota Banjarbaru menjadi kota yang mandiri dan terdepan sesuai dengan visi kota menjadikan Kota Banjarbaru menjadi Kota Pendidikan, industri, jasa dan

31 perdagangan, pemerintahan dan permukiman. Selain itu dengan adanya pemindahan pusat perkantoran Provinsi Kalimantan Selatan ke Kota Banjarbaru. 3.4 Kabupaten Kota Banjarmasin Secara geografis wilayah Kota Banjarmasin terletak pada 3 15-3 22 LS dan 144 98-114 98 BT berada di ujung selatan Propinsi Kalimantan Selatan di dekat Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura. Kota Banjarmasin mempunyai luas 72 km 2 dan berada pada ketinggian 0,16 meter di bawah permukaan laut atau merupakan dataran rendah yang terdiri dari rawa-rawa atau sering disebut sebagai daerah dataran banjir. Terletak sekitar 50 km dari muara dan berada di pinggiran Sungai Barito, sehingga secara umum kondisi morfologi daerah didominasi oleh daerah yang relatif datar dan berada di dataran rendah. Daerah ini terletak di bawah permukaan laut rata-rata 0,16 m (dpl) dengan kemiringan lereng 0 % - 2 %. Sebagian besar formasi batuan dan tanah yang ada di wilayah Kota Banjarmasin adalah jenis Aluvium (Qa) yang dibentuk oleh kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, selain itu banyak juga dijumpai sisasisa tumbuhan serta gambut pada kedalaman tertentu. Wilayah Kota Banjarmasin secara administratif dibatasi oleh dua kabupaten, yaitu: bagian Utara dibatasi oleh Kabupaten Barito Kuala, bagian Selatan dibatasi oleh Kabupaten Banjar, bagian Barat oleh Kabupaten Barito Kuala dan bagian Timur oleh Kabupaten Banjar. Dari segi geografis dan administrasi, Kota Banjarmasin memiliki posisi dan peranan yang sangat penting. Posisinya yang strategis di bagian hilir Sungai Barito menjadikan Banjarmasin menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan yang potensial bagi wilayah Kalimantan, terutama bagian Selatan dan Tengah (sebagai daerah lalu lintas Trans Kalimantan). Kota Banjarmasin dengan luas wilayah 72 km 2 atau 0,019 % dari luas wilayah Kalimantan Selatan, memiliki batas administratif sebagai berikut: sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Barito Kuala, sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Banjar, sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Banjar, dan sebelah Utara dibatasi oleh Kabupaten Barito Kuala. Kota Banjarmasin meliputi 5 wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur,

32 Banjarmasin Barat, Banjarmasin Tengah, dan Banjarmasin Utara. Kelima kecamatan tersebut selain berfungsi sebagai pusat perkantoran juga merupakan pusat-pusat pertumbuhan di Kota Banjarmasin. 3.5 Kabupaten Tanah Laut Ditinjau dari segi topografinya, Wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh dataran rendah yang landai, yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari arah Selatan (Pantai Laut Jawa) kearah Utara (pedalaman), dan bergelombang hingga bergunung di daerah pedalaman yang berbatas dengan Kabupaten Banjar. Ditinjau dari sudut ketinggian tempat (elevasi), wilayah Kabupaten Tanah Laut dibagi 6 (enam) kelas elevasi, yaitu kelas 0-7 meter, 7-25 meter, 25-100 meter, 100-500 meter, 500 1.000 meter dan diatas 1.000 meter. Kelas ketinggian (elevasi) lahan yang paling luas di Kabupaten Tanah Laut adalah kelas elevasi 0-7 meter dpl, yaitu mencapai 58.240 Ha (15,6 % dari luas daratan). Sedangkan kelas ketinggian yang paling kecil luasnya adalah kelas elevasi di atas 1.000 meter dpl, yakni 13.661 Ha (3,7% dari luas daratan). Kelas elevasi ketinggian 0-7 meter dpl terdapat di seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Tambang Ulang sedangkan kelas elevasi ketinggian di atas 500 meter terdapat di Kecamatan Kintap, Jorong, Pelaihari dan Bati-Bati. Keadaan hidrologi sungai dan danau sebagai sumber daya air permukaan di Kabupaten Tanah Laut atas sungai-sungai besar dan kecil yang bermuara di Laut Jawa. Sungai-sungai besar antara lain Sungai Maluka (640 km 2 ), Sungai Tabanio (770 km 2 ), Sungai Sabulur (190 km 2 ), Sungai Sawarangan (580 km 2 ). Fungsi-fungsi sungai tersebut, yaitu: untuk sumber air minum, pengairan, usaha perikanan dan sebagai sarana transportasi antara daerah-daerah Timur dengan daerah-daerah Barat di Kabupaten Tanah Laut. Adapun danau-danau (rawa) yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut yaitu Rawa Benua Raya (6.600 Ha), Rawa Panjaratan (2.500 Ha) dan Rawa Sanipah (5.600 Ha). Pada musiman hujan terdapat wilayah yang terkena banjir, baik terus menerus tergenang maupun tergenang secara periodik. Wilayah yang selalu tergenang adalah daerah Benua Raya dan Panjaratan.

33 Kedalaman air tanah di suatu wilayah antara lain ditentukan oleh tinggi wilayah dari permukaan laut, jenis batuan induk dan sebagainya. Wilayah Kabupaten Tanah Laut tersusun dari batuan induk yang bervariasi dan terletak pada ketinggian 0 1.000 m dpl. Oleh sebab itu kedalaman air tanahnya akan bervariasi, dari dangkal (daerah pantai) hingga perbukitan dan pegunungan. Curah hujan sebagai faktor fisik bersifat dinamis karena di pengaruhi oleh waktu. Curah hujan dimasukkan sebagai faktor fisik karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi faktor fisik yang lain, seperti menyebabkan terjadinya erosi, adanya genangan air pada daerah-daerah tertentu. Dengan pengaruh kedua faktor fisik tersebut sekaligus akan mempengaruhi tindakan budidaya baik terhadap teknik pengolahan tanah maupun pemilihan jenis komoditi yang akan dibudidayakan dalam bidang pertanian. Kabupaten Tanah Laut termasuk daerah beriklim tropis basah karena tidak terdapat perbedaan musim yang jelas. Hujan turun merata sepanjang tahun dengan bulan-bulan relatif basah antara bulan Desember Februari dan bulan-bulan relatif kering antara bulan Juni Agustus. Berdasarkan hasil penelitian antara 1915 1941, curah hujan bagian Timur (pantai) sebesar 2.324 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun dan di bagian Barat sampai dengan perbatasan kabupaten curah hujan berkisar antara 2.500 3.000 mm/tahun, serta di wilayah Timur berkisar antara 2.000 2.500 mm/tahun. Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan dan perhitungan evapotranspirasi bulanan, maka Kabupaten Tanah Laut setiap bulannya tidak mengalami kekurangan air.