Hubungan Kecemasan Dan Agresivitas Atlet Terhadap Prestasi Olahraga Kabupaten Buleleng Dalam PORPROV Bali 2011.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

PERBEDAAN TINGKAT KONSENTRASI ATLET DAN NON ATLET TERHADAP KECEPATAN REAKSI PADA KELOMPOK LATIHAN SILAT MERPATI PUTIH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN ATLET TENIS MEJA. A.M. Bandi Utama, M,Pd. FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 15 (1), Januari Juni 2016: 77-84

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Aguslamar Berisigep, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

Kata kunci : kepercayaan diri, kecemasan menghadapi pertandingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SAMPING (CECHUITUI) PADA ATLET WUSHU KATEGORI SANSHOU FIK UNP

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan olahraga beregu yang terdiri atas satu tim yang beranggotakan lima

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

TINGKAT KECEMASAN ATLET BOLA PON ACEH TAHUN 2016 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE

BAB II LANDASAN TEORI

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

DAMPAK KECEMASAN DAN AGRESIFITAS TERHADAP PRESTASI OLAHRAGA BELA DIRI

DAMPAK KECEMASAN PADA ATLET BOLA BASKET SEBELUM BERTANDING

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

ANALISIS ANXIETY ATLET PORDA KOTA BEKASI. Mia Kusumawati 1, Apta Mylsidayu 2 Universitas Islam 45 Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

Reny Yuniasanti Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PJKR OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

Hubungan Kecemasan Dan Agresivitas Atlet Terhadap Prestasi Olahraga Kabupaten Buleleng Dalam PORPROV Bali 2011. Oleh: I Ketut lwan Swadesi Fakultas llmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha A3STRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara kecemasan atlet dengan prestasi olahraga, (2) hubungan antara agresivitas atlet dengan prestasi olahraga, dan (3) r~ubungan antara kecemasan dan agresivitas atlet dengan prestasi olahraga. Atlet diberikan instrumen pengukuran kecemasan dengan mengunakan The Taylor.~.~c:st Anxiety Scale (TMAS), dan instrumen pengukuran agresivitas dengan menggunakan The /:.g~r2ssion Questionnaire. Berdasarkan hasil pertimbangan untuk analisis menunjukkan adanya hubungan positif ; s ;; signifikan antara kecemasan dan agresivitas secara bersama-sama dengan prestasi olahraga Bali 2011. Kata kunci: kecemasan, agresitas, prestasi olahraga.the Correlation of ~- ~'-,::.::?STRACT The research aimed at finding out: (1) the correlation between athletes' level of anxiety and t!:eir sport performance, (2) the correlation between athletes'level aggressiveness and their sport ;:: wi-ormance, and (3) the effects of athletes'level of anxiety and aggressiveness on their sport pc~rformance. Those athletes were given a questionnaire from The Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) to measure their level of anxiety, and a questionnaire from The Aggression Questionnaire to measure their level of aggressiveness. In consideration with the hypothetical analysis, it was obtained that correlation between atheletes'level of anxiety and aggressiveness simultaneously and sport performance of Buleleng regency on PORPROV Bali 2011. "\j. Od.:...:..-.,.~ il '. ~:. ::":,~_.1 -!<2ywords: anxiety, aggressiveness, sport performance 1

,:-., ~ A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah. Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seseorang mempunyai maksud dan tujuan Tujuan tersebut dapat berupa peningkatan kesehatan, kebugaran jasmani, aktivitas sosial, serta ada juga yang bertujuan untuk peningkatkan prestasi. Untuk tujuan peningkatan prestasi bisa dilakukan oleh seorang atlet, seperti seorang pelari, pemanah, basket, bola voli, tenis lapangan, bulutangkis. Olahraga bukanlah semata-mata berolahraga, tetapi kegiatan itu melibatkan pula aspek lain. yaitu mental atau aspek psikis. Memang kenyataan yang terlibat dalam aktivitas olahraga adalah gerakan bagian-bagian tubuh manusia, namun gerakan-gerakan tersebut dipandang sebagai proses pengolahan tubuh menuju kualitas y'ang diinginkan. Yang terjadi dalam olahraga Dada dasarnya adalah man in movement" yang berarti bahwa yang bergerak dalam aktivitas olahraga bukanlah semata-mata bagian-bagian tubuh manusia melainkan merupakan wujud proses psikologis manusia sebagai kebulatan (totalitas) Sebab sebagaimana diketahui bahwa manusia berdiri dari jiwa raga dalam susunan yang unik dan saling mempengaruhi. Hubungan jiwa raga itu timbal balik, masing-masing saling mempengaruhi. Kedua aspek tersebut tak terpisahkan satu dari yang lain. Hubungan timbal balik psiko-fisik itu demikian erat, sehingga bila ada gangguan pada salah satu aspek, maka aspek yang lain akan terganggu juga termasuk emosi. Reaksi emosional antara lain ditandai oleh adanya ketegangan (stress), dan ketegangan merupakan sesuatu yang paling ditakuti oleh para olahragawan selama bertanding. Sebab akan meng-ganggu keseimbangan kondisi psiko-fisiologis olahragawan yang antara lain ditandai oleh gemetar, lemas, detak jantung lebih cepat, kejang otot, dan konsentrasi terganggu, yang akan ber-dampak negatif terhadap penampilan selama bertanding. Situasi reaksi emo-sional dapat muncul pada saat sebelum, selama, dan sesudah pertandingan berlangsung. Untuk itu keberadaan pelatih saat pertandingan diharapkan mampu memantau kondisi emosi olahragawan agar selalu dalam kondisi emosi yang normal (Sukadiyanto, 2). Singer mangatakan (1986) bahwa kecemasan sangat lazim di dalam olahraga, bahkan di antara atlet-atlet yang terbaik dan biasanya yang dicemaskan adalah takut berpenampilan buruk, mengecewakan dirinya, takut gaga!, mengecewakan pelatihnya, keluarga dan ternan, takut terhadap lawannya, dan takut terluka. Pada umumnya penampilan tingkat laku yang tidak tenang, suasana perasaan yang mudah tersinggung, proses berpikir yang diwarnai kebingungan termasuk di dalamnya sukar berkonsentrasi dan sukar mengambil keputusan Yul Iskandar (1984) membagi kecemasan menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat kecemasan ringan, tingkat kecemasan sedang, tingkat kecemasan berat. Pada atlet yang kecemasannya berat maka penampilan 2

~.:-.- 1>. -, menurun, sedangkan atlet yang kecemasannya ringan penampilan akan meningkat (Sudibyo Setyobroto, 1989). Sudibyo Setyobroto (1989) bahwa penelitian Craty 1973 telah membuktikan kalau kecemasan berpengaruh besar pada kemungkinan penampilan atlet, maka dengan sendirinya juga akan berpengaruh pada prestasi. Dalam beberapa cabang olahraga tertentu, seperti olahraga yang dipertandingkan/dilombakan dalam Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Bali 2011, diperlukan agresivitas, yang menunjukkan :-;ikap dan usaha yang aktif, menyusun berbagai strategi untuk menguasai pertandingan/perlombaan dan mencapai kemenangan Sikap agresif itu belum berarti bahwa atlet dalam pertandingan/perlombaan ''lelakukan pola laku khusus untuk ;!lencelakakan pihak lawan agar tidak c::anggup meneruskan }Jertandingan/perlombaan atau cukup cedera sehingga mengurang1 mutu pertandingan/perlombaan Ia wan. Agresivitas berhubungan erat dengan kekerasan yang bertujuan mengurangi :<;ondisi fisik pihak lawannya agar dapat memastikan kemenangannya Pada umumnya pada tingkat pertandingan/perlombaan yang lebih tinggi, perilaku agresif yang lebih ekstrim justru diperlakukan dan dianggap wajar, karena agresivitas merupakan suatu pola laku usaha ditandai keberanian dan samangat tinggi untuk mengejar suatu tujuan. Sehubungan dengan itu semua, jelaslah bahwa faktor psikis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi bidang olahraga, prestasi atlet dari cabang olahraga. Begitu pula pada prestasi olahraga PORPROV Bali 2011. Karena masingmasing cabang olahraga memiliki ciri dan karakter, tentu sangat memerlukan keseimbangan emosional yang baik. 2. Perumusan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Adakah hubungan yang signifikan antara kecemasan atlet dengan prestasi olahraga Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011. b. Adakah hubungan yang signifikan antara agresivitas atlet dengan prestasi olahraga Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011. c. Adakah hubungan yang signifikan antara kecemasan dan agresivitas atlet dengan prestasi olahraga Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011. B. Kajian Teoritik. 1. Prestasi Prestasi bisa diartikan sebagai suatu kualitas yang dicapai melalui belajar atau berlatih (Sugiyanto, 1993). Prestasi yang tinggi merupakan perwujudan dari bakat, proses latihan pembinaan dan lingkungan. Bakat merupakan penentu awal dari keberhasilan seorang atlet. Karena bakat 3

~~: J : ~-~,, if, '' merupakan sumbangan yang besar bagi tercapainya suatu prestasi. Adanya bakat yang besar didukung dengan proses pembinaan yang baik dengan pelatih yang profesional. Maka untuk mencapai prestasi tinggi bukan hanya impian. Adanya bakat, proses pembinaan yang baik, adanya pelatih yang professional dengan program latihan yang baik juga belum menjamin tercapainya prestasi. Faktor lain yang juga sangat penting adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang pertama kali akan mempengaruhi prestasi awal anak adalah lingkungan keluarga dengan faktor sosialnya. Lingkungan lain yang juga mempengaruhi prestasi adalah lingkungan masyarakat, teman sebaya dan teman bermain. Lingkungan lain yang tidak kalah penting adalah lingkungan organisasi atau klub. Adanya perhatian dari klub tempat atlet berlatih sangat diperlukan dan dengan adanya pelatih yang professional dan program latihan yang sistematis. Perhatian dari pihak yang terkait dengan cabang olahraga yang ditekuni, dalam hal ini adalah organisasi olahraga. Dukungan dari organisasi yaitu klub, pengurus cabang pengurus daerah, pengurus besar hingga organisasi dunia diperlukan oleh atlet sehingga perestasinya akan terus berkembang. Prestasi maksimal bukanlah hal yag mudah dicapai Prestasi maksimal dapat dihasilkan melalui proses panjang. Latihan sejak dini atau usia muda merupakan salah satu proses mencapai prestasi maksimal. Karena usia muda dimungkinkan dapat dilakukan pembinaan dalam rentang waktu yang relatif panjang, dan sekaligus merupakan ajang pencarian bibit-bibit atlet berbakat yang merupakan salah satu syarat mutlak dalam pengembangan prestasi maksimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyanto (1993) bahwa pembibitan adalah upaya yang diterapkan untuk menjaring atlet berbakat dalam olahraga prestasi, yang diteliti secara terarah dan intensif melalui orang tua, guru, dan pelatih pada salah satu cabang olahraga. 2. Kecemasan dalam Bertanding. Kecemasan sebagai suatu ketegangan mental yang biasanya disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu yang besangkutan merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan karena senantiasa harus berada dalam keadaan waspada terhadap ancaman bahaya yang tidak jelas Juga dikatakan bahwa pada batas waktu tertentu seseorang atlet wajar memiliki rasa khawatir akan kalah menghadapi lawannya, karena kekawatiran ini justru dapat meningkatkan kewaspadaan atlet dalam menghadapi lawan. Atlet akan bertindak lebih berhati-hati tidak terburu-buru (tidak gegabah), dan bersikap waspada untuk mengantisipasi serangan lawan. Tetapi apabila atlet mengalami kekhawatiran secara berlebihan, ia dapat menjadi ekstra hati-hati, takut berbuat salah, tidak berani membuat keputusan dan terlalu bersifat menunggu. Kecemasan yang berlebihan pada atlet menimbulkan gangguan perasaan yang tidak menyenangkan. Sehingga kondisi psikologis 4

l ~~ ~",.,, <' i "i J atlet berada dalam keadaan tidak seimbang" Sehingga konsentrasi atlet untuk menghadapi lawan akan menjadi berkurang, berarti kinerja menurun, maka kecermatan juga akan menurun menyebabkan prestasi menurun (Singgih D. Gunarsa: 1989). Kecemasan merupakan reaksi normal pada situasi tertentu. Keadaan cemas ada hubungannya dengan rasa takut atau keadaan tertekan. Rasa cemas bisa menurunkan efisiensi perseptual, tetapi pada tingkat yang rendah justru menimbulkan kesiagaan, dan organisme dapat membedakan stimulus lingkungan dengan lebih baik. Dalam menghadapi suatu pertandingan olahraga, keadaan cemas ini sering timbul. Bagi atlet yang sudah berpengalaman kecemasan yang timbul bisa dikontrol sehingga tidak mengganggu konsentrasi, tetapi bagi atlet yang belum berpengalaman, kecemasan yang timbul bisa berlebihan sehingga berakibat tidak baik terhadap penampilannya (Sugiyanto 1990) (Singer: 1986) mengatakan bahwa kemungkinan yang paling lazim pada atlet adalah terlalu tegang atau terlalu cemas sebelum pertandingan, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan mengenai hal itu" Singer mengidenfikasikan kecemasan adalah reaksi takut pada atau didalam suatu situasi. Kecemasan adalah kecendrungan memahami situasi itu sebagai yang menakutkan dan menekan, kadang-kadang alasannya dapat dimengerti oleh atlet, tetapi kadang-kadang tidak. Bila kompetisi itu berati bagi atlet, maka penampilannya dan hasil pertandingannya dinilai tinggi, meski dalam konteks tak pasti, satu tingkat kecemasan dipastikan ada. Meskipun beberapa atlet sangat tenang dalam pertandingan apa saja, mereka atlet yang Juar biasa yang beruntung mempunyai kemampuan mengendalikan dan mengarahkan emosinya. Kadang-kadang atlet memberitahukan kecemasannya pada tingkat tertentu dan ini adalah normal, tetapi ada juga atlet yang tidak suka mengaku bahwa mereka takut, karena olahraga berhubungan erat dengan ketegangan mental. Jadi jelaslah bahwa kecemasan adalah sangat lazim di dalam olahraga, bahkan di antara atlet-atlet yang terbaik. Kecemasan adalah reaksi emosi terhadap suatu kondisi yang dipersepsi mengancam seperti yang dikutip oleh (Monty P: 2000), juga dijelaskan bahwa di dalam olahraga, kecemasan mengambarkan perasaan atlet bahwa sesuatu yang tidak dikehendaki akan terjadi. Hal yang tidak di kehendaki misalnya, atlet tampil buruk, lawannya dipandang sedemikian superior, atlet akan mengalami kekalahan, dan kekalahan menyebabkan atlet dicemooh oleh teman-teman atau penonton dan seterusnya sehingga membentuk kecemasan berantai. 3. Agresivitas Keagresifan berasal dari kata agresi yang diartikan sebagai perilaku melukai atau maksud seseorang untuk meluka seseorang. Pendapatan ini sejalan dengan Berkowitz (1995) yang menyatakan bahwa agresi sebagai tingkalaku yang dimaksudkan untuk 5

~ l :' menyakiti seseorang baik secara fisik maupun secara mental. Baron (1977:7) menyatakan bahwa agresi adalah tingakah dan laku individu yang ditunjukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Defenisi dari Baron ini mencangkup empat faktor tingkah laku yaitu, tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidak inginan si korban menerima tingkah laku si pelaku. Cox (1985) mendefenisikan agresi sebagai serangkaian perilaku yang tujuannya untuk melakui orang lain. Agresi sebagai perilaku yang diarahkann terhadap sasaran makhluk hidup kemungkinan dapat memberikan setimulus yang berbahaya. Dalam teori psiko analitik, Freud memandang agresi sebagai suatu dorongan yang dihasilkan oleh frustrasi, sedangkan dalam teori belajar sosial memandang agresi sebagai respons yang dipelajari. Teori belajar sosial difokuskan kepada pola perilaku yang dikembangkan oleh manusia sebagai respons dari kontak dengan lingkungannya. Beberapa perilaku sosial mungkin dihargai sedangkan perilaku yang lain membuahkan hasil yang tidak diharapkan melalui sesuatu proses penguatan differensial. Perlu diketahui bahwa agresi merupakan bentuk perilaku yang secara sengaja bermaksud melukai orang lain (secara fisik atau verbal) atau menghancurkan harta benda. Selain itu, agresi hanya salah satu dari beberapa reaksi terhadap pengalaman frustasi yang tidak disukai. Dan agresi adalah respons yang tidak memiliki sipat dorongan yang dipengaruhi oleh konsekuensi yang diharapkan dari perilaku. Pada sebagian besar individu frekuensi ekspresi prilaku agresip ditentukan oleh pengalaman dan pengaruh sosial. Agresi dapat dipelajari melalui pengamatan dan peniruan. Semakin sering diperkuat maka semakin sering akan terjadi. C. METODE 1. Tempat dan waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan PORPROV Bali 2011 di Jembarana. Waktu penelitian penelitian ini dilaksanakan di Jembrana. bulan September 2011. 2. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Korelarional dengan pendekatan study survey, ciri khas penelitian survey adalah data yang dikumpulkan dari responden yang telah ditentukan jumlahnya dengan menggunakan angket (questionnaire) 3. Variabel. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; a) Variabel independen pertama (X1) yaitu: kecemasan. b) Variabel independen kedua (X2) yaitu: ag resivitas. c) Variabel dependen (Y) yaitu; prestasi olahraga. 4. Definisi operasional variabel. a) Kecemasan. 6

Kecemasan adalah suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan ditandai oleh perasaan subyektif seperti ketegangan, ketakutan dan kekhawatiran yang terjadi karena individu sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik). Untuk tingkat kecemasan diukur dengan menggunakan The Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS). dalam penelitian ini adalah seluruh atlet Kabupaten Buleleng yang mengikuti PORPROV Bali tahun 2011 di Jembrana. b) Sampel. Dalam penelitian ini menggunakan pola Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel pada populasi yang memenuhi syarat untuk sampel penelitian/memilih sampel penelitian berdasarkan kreteria yang telah ditentukan sebelumnya. b). Agresivitas. Dalam penelitian ini yang dijadikan Agresivitas merupakan suatu tingkah sampel yaitu atlet yang memperoleh laku yang bertujuan untuk melukai, prestasi (mendapatkan medali) dalam menyerang, menyakiti, dan merusak fisik cabang olahraga PORPROV Bali 2011 di ataupun mental yang dilakukan secara Jembrana. verbal atau fisik serta merusak obyek 6. Teknik Pengumpulan Data. yang lain. Dalam penelitian ini bentuk Data dalam penelitian ini diperoleh dari agresif dijadikan instrumen untuk hasil pengisian quesioner Metode quesioner mengukur komponen perilaku agresif adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan ~~ atlet PORPROV Bali 2011. untuk memperoleh informasi dari responden c). Prestasi. dalam arti laporan atau hal-hal yang diketahui ) Prestasi bisa diartikan sebagai suatu kualitas yang dicapai melelui belajar atau responden (Suharsimi Arikunto, 1998). 7. Teknik Analisis Data.. ~ berlatih. Untuk mengetahui tingkat prestasi olahraga Kabupaten Buleleng Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis stastistik dalam PORPROV Bali, dengan melihat korelasional dengan teknik regresi linier perolehan medali yang diperoleh. ganda, untuk mengetahui hubungan antara '~ Kabupaten Buleleng dikatakan kecemasan dan agresivitas dengan prestasi berprestasi dapat dilihat dari peningkatan olahraga Kabupaten Buleleng PORPROV perolehan medali, catatan waktu Bali 2011. semakin kecil, dan yang lain. '"' 5. Populasi dan Sampel. a) Populasi. D. HASIL a. Deskripsi Data Kesemasan. J..1 ->1 Populasi dalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Populasi Adapun distribusi frekuensi data tentang kecemasan dapat disajikan dalam tabel berikut ini: h~ 7

Tabel 01 Distribusi Frekuensi Data Kecemasan No Interval Kelas Nilai Frekuensi % Terendah Frekuensi 1. 6.0-9.7 7.85 4 4 2. 9.8-13.5 11.65 4 8 3. 13.6-17.3 15.45 5 13 4. 17.4-21.1 19.25 0 13 5. 21.2-24.9 23.05 3 16 6. 25.0-28.7 26.85 4 20 ' '""' "'!.. t ; ',j ~~ I...t~SJ Berdasarkan tabel data tentang atlet yang memiliki tingkat kecemasan kecemasan dapat diambil kesimpulan rendah sebanyak 40% orang. bahwa atlet Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011, memiliki tingkat kecemasan tinggi sebanyak 35% orang, b. Deskripsi Data Agresivitas. Adapun distribusi frekuensi data tentang agresivitas dapat disajikan dalam tabel atlet yang memiliki tingkat kecemasan berikut ini: sedang sebanyak 25% orang, sedangkan Tabel02 Distribusi Frekuensi Data Agresivitas No Interval Kelas Nilai Frekuensi % Terendah Frekuensi 1. 52.0-57.2 54.6 1 5 2. 57.3-62.5 59.9 1 5 3. 62.6-67.8 65.2 7 35 4. 67.9-73.1 70.5 4 20 5. 73.2-78.4 75.8 5 25 6. 78.5-83.7 81.1 2 10 atlet yang memiliki tingkat agresivitas Berdasarkan tabel data tentang rendah sebanyak 10% orang. agresivitas dapat diambil kesimpulan bahwa atlet Kabupaten Buleleng dalam c. Deskripsi Data Prestasi atlet PORPROV Bali 2011, memiliki tingkat agresivitas tinggi sebanyak 35% orang, Bali 2011 atlet yang memiliki tingkat agresivitas Adapun distribusi frekuensi data tentang sedang sebanyak 55% orang, sedangkan prestasi dapat disajikan dalam tabel berikut ini: 8

' -"ri. ~-.. Tabel 0.3 Distribusi Frekuensi Data Prestasi l; No Interval Kelas Nilai Frekuensi % Terendah Frekuensi 1. 4.0-5.7 4.85 2 10 2. 5.8-7.5 6.65 3 15 3. 7.6-9.3 8.45 7 35 4. 9.4-11.1 10.25 5 25 5. 11.2-12.9 12.05 1 5 6. 13.0-14.7 13.85 2 10 Berdasarkan tabel data tentang prestasi dapat diambil kesimpulan bahwa atlet Bali 2011, memiliki tingkat prestasi tinggi sebanyak 15% orang, atlet yang memiliki tingkat prestasi sedang sebanyak 60% orang, sedangkan atlet yang memiliki tingkat prestasi rendah sebanyak 25% orang. e. Pengujian persyaratan analisis data. Uji Normalitas 1) Uji Normalitas Varia bel X1 Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa; Lo < L tabel (Lo 0.1500 < L tabel 0.1900), maka dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. 2) Uji Normalitas Variabel X2 Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa; Lo < L tabel (Lo 0.0980 < L tabel 0.1900), maka dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. 3) Uji Normalitas Variabel Y Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa; Lo < L tabel (Lo 0.1000 < L tabel 0.1900), maka dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. Uji Linieritas 1) Uji Linieritas X 1 Terhadap Y Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa; F hitung < F tabel (F hitung = 2.51 < F tabel = 3.07), maka dapat disimpulkan bahwa sampel berkorelasi linier. 2) Uji Linieritas X2 Terhadap Y Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa; F hitung < F tabel (F hitung = 2.59 < F tabel = 4.00), maka dapat disimpulkan bahwa sampel berkorelasi linier. E. PEMBAHASAN. Setelah pengujian hipotesis dilakukan dan diketahui hasil-hasilnya, kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: a. Hipotesis pertama. 9. ~ ~.rl ~ jj;~.

Berdasarkan hasil pertimbangan diperoleh r xly > r tabel yaitu - 0.4941 > 0.423 dengan SE besar 21.79% dan SR agresivitas yang tinggi ditambah dengan motivasi yang besar dapat memberikan dampak yang positif terhadap penampilan = 53.82%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara (performance) pertandingan/perlombaan dalam olahraga. kecemasan dengan prestasi olahraga Berarti penampilan yang baik memerlukan kondisi psikologi Bali 2011. Jadi hipotesis yang berbunyi; ( ag resivitas) yang tinggi dan "terdapat hubungan negatif yang terkondisikan sehingga memberikan signifikan antara kecemasan atlet dengan motivasi yang tinggi. prestasi olahraga Kabupaten Buleleng c. Hipotesis ketiga. dalam PORPROV Bali 2011" diterima. Berarti dalam hal ini berarti dengan tingkat kecemasan yang rendah ditambah dengan motivasi yang besar dapat memberikan dampak yang positif terhadap penampilan (performance) Berdasarkan hasil pertimbangan diperoleh F hitung = 5.783 > F tabel = 3.59. Hal 1n1 menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kecemasan dan agresivitas secara bersama-sama dengan prestasi olahraga dalam olahraga pertandingan/perlombaan Berarti penampilan yang baik Bali 2011. Dengan demikian hipotesis 1 '":'-,. ~. ~ - ~ memerlukan kondisi psikologi yang bisa terkondisikan tanpa tekanan yang berlebihan b. Hipotesis kedua Berdasarkan hasil pertimbangan diperoleh r x2y > r tabel yaitu 0.4622 > yang berbunyi "terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecemasan dan agresivitas atlet dengan prestasi olahraga Bali 2011" diterima. Berarti dalam hal ini kondisi psikologis terutama (kecemasan " 0.423 dengan SE besar 18.70% dan SR = 46.18%. Hal ini menunjukkan adanya dan agrsivitas) serta kondisi fisik sangat diperlukan suatu kondisi yang seimbang hubungan positif yang signifikan antara dalam penampilan prima. agresivitas dengan prestasi olahraga i Bali 2011. Jadi hipotesis yang berbunyi "terdapat hubungan positif yang signifikan antara agresivitas atlet dengan prestasi olahraga Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011" diterima. Berarti dalam hal ini berarti dengan tingkat E. KESIMPULAN DAN SARAN. a. Kesimpulan. Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 10

~;..,. i" ' {;... ":J. ~--~~... a) Terdapat hubungan neg at if yang signifikan antara kecemasan dengan prestasi olahraga atlet Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011. b) Terdapat hubungan positif yang signifikan an tara agresivitas dengan prestasi olahraga atlet Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011. c) Terdapat hubungan posit if yang signifikan an tara kecemasan dan agresivitas secara bersama-sama dengan prestasi olahraga at let Bali 2011. d) Adapun sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) masing-masing kriterium terhadap presitor. diperhitungkan atas dasar analisis persamaan garis regresi ganda, :ehingga dapat ditentukan perbandingan masing-masing kriterium terhadap preditor. Dengan hasil ini dapat menunjukkan bahwa preditor kecemasan (X 1) lebih memberikan arti pad a prestasi olahraga Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011 dibandingkan dengan preditor agresivitas (X2). c. Saran. Berdasarkan dari analisis data dan kesimpulan penelitian, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: Kepada para pelatih Kabupaten Buleleng dalam PORPROV Bali 2011, untuk lebih meningkatkan pencapaian prestasi maksimal diharaspkan didalam melatih dan membina atlet yang merupakan tugas utamanya, tidak hanya melatih fisik, teknik dan taktik, namun juga dapat lebih memperhatikan faktor psikologis atlet yang berkaitan dengan kecemasan dan agresivitas. Sebab betapapun sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang prestasi tinggi tidak akan mungkin dicapai. Karena mental berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan pemantap bagi atlet untuk pengejawantahan kemampuan fisik dan teknik dalam pencapaian prestasi prima. F.DAFTAR PUSTAKA Berkowitz. 1995. Agresi: Sebab Dan Akibatnya Terjemahan (penerjemah: Susianti. H. W.J). Jakarta. Pustaka Psinamon Pressind Barron, R.A. 1977. Social Learning and Personal Country Development. New York. Rineheart And Winsa. Cox Ricard H. 1985. Sport Psycology, Concept And Aplication. Dubuque Iowa: Kansas State University. Wm. C. Brown Publishers Monty P Satiadarma. 2000. Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Slnar Harapan. Sudibyo Setyobroto. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: PT Anem Kosong An em. 11

)~ Sugiyanto_ 1993_ Be/ajar Gerak_ Surakarta_ Penerbit Tarsito_ Suharsimi Arikunto_ 1998_ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Sukadiyanto, jurnal. Psiko/ogi. ugm. a c. idlindex.phpl fpsi/artic/el..!perbedaan Reaksi Emosional Antara Olahragawan Body Contact dan Non Body Contac, Jurnal Psikologi, Volume 33, NO. 1, 50-62, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada ISSN: 0215-8884, pdf Download tanggal 16 Desember 2013. Singer, Robert. 1986. Peak Performance. And More. Australia: Lot 7 Strathmore Drive_ Singgih D Gunarsa. 1989. Psikologi,. 0/ahraga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Yul Iskandar. 1984. Psikiater Biologik dan Depresi dan Anxietas Diagnosa dan Terapi UntukPraktek Umum. Jakarta Yayasan Dharma Graha 12