BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran, Hamalik (2008: 3) Pembelajaran adalah proses interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sudah diatur dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah secara bertahap mulai tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

2015 PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN MELALUI MOD EL D ISCOVERY LEARNING BERBASIS NILAI - NILAI KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tulisan. Pada semua jenjang pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu tujuan kurikulum (Rahmat, 2011:51). Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan. bahasa Indonesia (Permendikbud, No 60 tahun 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya-akademis. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

Berbahasa dan Bersastr

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Perkembangan tersebut pada satu sisi berdampak positif, tetapi di sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. yakni menulis karya sastra dan melisankan karya sastra. proses belajar mengajar, sehingga dapat mencapai hasil yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial kehidupan. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001:59) mengemukakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

Pembelajaran Sastra yang Integratif Berbasis Kompetensi. Dra. Elfia Sukma, M.Pd. Dosen PGSD FIP UNP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berpengaruh

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Pendidikan memang memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan peristiwa dan kegiatan yang berisi kegiatan memahami,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

Secara umum, pembelajaran bahasaindonesia terbagi menjadi empat. aspek keterampilan yang harus dikuasai siswa. Keempat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kurikulum 2013 tercatat sebagai perubahan ketiga selama era politik

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Pendekatan berbasis teks ini jelas teridentifikasi dalam bahan ajar berbentuk buku sekolah elektronik (BSE) Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan (edisi revisi) untuk kelas VII (Kemendikbud, 2014). Buku ini dirancang agar siswa aktif melakukan kegiatan belajar melalui tugas-tugas, baik secara kelompok maupun mandiri. Untuk mengajarkan bahasa Indonesia dengan menggunakan buku ini, pengajar hendaknya menempuh empat tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pembangunan konteks, (2) tahap pemodelan teks, (3) tahap pembuatan teks secara bersama-sama (berkelompok), dan (4) tahap pembuatan teks secara mandiri. Sekaitan buku ajar tersebut dengan karya sastra, tampaknya kurikulum 2013 mengintegrasikan pembelajaran sastra ke dalam pembelajaran bahasa atau pembelajaran bahasa bisa juga dimulai dengan pembelajaran sastra. Hal ini tampak pada penempatan karya sastra dalam susunan buku sekolah elektronik (BSE) tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar, guru dapat memilih puisi yang secara keseluruhan memiliki intensitas tinggi dalam menyiratkan nilai-nilai yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dalam Kompetensi Dasar di kelas 7. Terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang melibatkan karya sastra puisi dalam kompetensi dasar yang teridentifikasi dalam tabel berikut. Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII

Judul Bab Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Bab I: Cinta Lingkungan Hidup Pengenalan struktur teks hasil observasi Bab III : Remaja dan Pendidikan Karakter Bab V: Peristiwa Alam 3.1 Memahami teks hasil observasi melalui lisan maupun tulisan. 3.1 Memahami teks eksposisi melalui lisan maupun tulisan 3.1 Memahami teks eksplanasi melalui lisan maupun tulisan Pemahaman isi teks eksposisi Pengenalan struktur eksplanasi observasi Pembangunan konteks: Memahami keadaan alam melalui sajian puisi, gambar, nyanyian dan atau tayangan. Memahami pendidikan karakter melalui puisi Memahami peristiwa melalui puisi alam Berdasarkan identifikasi di atas, keberadaan teks puisi terdapat dalam kompetensi dasar yang sama namun dengan pembelajaran jenis teks yang berbeda. Kenyataan tersebut mengindikasikan keberadaan teks puisi lebih banyak berfungsi sebagai penunjang untuk memahami sebuah jenis teks dalam hal ini berbentuk pembangun konteks tematik. Selain itu, di dalam buku BSE ini, teks puisi-puisi pilihan digunakan sebagai lampiran pendukung materi pokok. Hal ini menunjukkan penggunaan teks-teks sastra berupa puisi berfungsi sebagai bahan ajar penunjang pembelajaran berbasis teks. Model pengintegrasian ini sebenarnya cukup baik jika pemahaman guru terhadap bahasa dan sastra berimbang. Jika tidak, maka pembelajaran sastra akan kurang mendapatkan porsi yang optimal. Sarjono (dalam Topo, 2004, hlm. 2) mengungkapkan kelemahan materi sastra dalam buku teks antara lain: (1) tidak setiap bab atau tema mengandung materi sastra; 2) materi sastra merupakan bagian kecil dalam satu babak atau tema; 3) sebagaian karya satra yang tercantum dalam buku teks hanya berupa cuplikan atau sinopsis atau hanya menunjuk judul dan pengarang sebagai tugas yang harus dikerjakan siswa. Pandangan lain mengenai masalah materi sastra khususnya puisi dikemukakan Rahmanto (dalam Hariningtyas, 2011, hlm. 1). Ia mengemukakan

bahwa pengajaran sastra semakin menjauhkan anak didik dari karya sastra. Pendapat tersebut mengacu terhadap penggunaan satu sumber belajar dan pemberian contoh puisi-puisi penyair lama dalam pembelajaran apresiasi puisi yang monoton. Hal tersebut dapat menjauhkan anak didik dari karya sastra dan membuatnya jenuh dari dalam mengikuti pembelajaran. Kenyataan ini juga sering dijumpai beberapa puisi maupun penyair yang sama kerap hadir sebagai bahan ajar pada tingkat pembelajar yang berbeda. Terlepas dari beberapa pandangan diatas, keberadaan puisi yang sesuai untuk mendukung ketercapaian kompetensi dan perkembangan siswa perlu diperhatikan. Selain wawasan pustaka guru mata pelajaran terhadap sastra yang memadai, wawasan puisi sebagai referensi bahan ajar sesuai dengan tahap perkembangan siswa akan mendukung proses pembelajaran. Hal tersebut ditambah banyaknya jumlah puisi dengan beragam kualitas dan karakter yang ada dalam khazanah sastra Indonesia, mustahil seluruh pengajar melakukan riset dan pengkajian secara mandiri terhadap puisi yang ada. Apalagi, selain kesesuian dengan kejiwaan siswa, aspek tematik pada teks puisi juga perlu diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan pembangun konteks dalam mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Oleh karena itu, penulis berupaya memberikan kontribusi melalui kajian stilistika terhadap puisi-puisi pilihan sebagai pembangun konteks tematik di kelas VII. Aminudin (1995, hlm. 45) yang menyatakan bahwa karya sastra sebagai sasaran kajian stilistika, dalam hal ini puisi. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa: (1) penciptaan karya sastra terkait dengan kreasi individual pengarangnya; (2) sebagai kreasi seni, penciptaannya karya sastra juga memerhatikan adanya pembaruan; dan (3) perkembangan kehidupan sosial budaya juga ikut menentukan perkembangan kehidupan karya sastra, setiap karya sastra dapat dicurigai memiliki ciri yang tidak sepenuhnya sama. Dua pandangan terakhir Aminudin mengenai pembaruan karya sastra dan perkembangan kehidupan sosial budaya tersebut merupakan acauan terhadap pemilihan puisi-puisi Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai objek penelitian.

Abdurahman Faiz adalah anak dari pasangan Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa. Penyair cilik kelahiran Jakarta pada 15 November 1995 ini mampu menciptakan puluhan puisi pada tahun 2001 di usianya yang keenam tahun. Pada tahun 2004 saat usianya baru 8 tahun, Faiz telah melahirkan dua karya fenomenal, yaitu Untuk Bunda dan Dunia dan Guru Matahari. Kedua buku tersebut mendapatkan beberapa penghargaan nasional. Prestasi tersebut membuat beberapa puisi terpilih dalam kedua buku itu dikemas secara khusus menjadi munculnya buku ketiga bejudul Aku Ini Puisi Cinta. Buku ini diterbitkan oleh Dar Mizan pada tahun 2005, yang membawanya meraih penghargaan Penulis Cilik Berprestasi dari Yayasan Taman Bacaan Indonesia pada tahun yang sama. Kumpulan puisi ini merefleksikan kehidupan sosial budaya saat ini karena dalam puisi-puisinya, Faiz bercerita mengenai ibu dan ayahnya, tentang situasi sosial maupun tokoh masyarakat. Dari awal kemunculan buku tersebut, sudah mendapat sambutan positif dari beberapa pakar sastra, diantaranya Taufik Ismail yang menyatakan bahwa puisi Abdurahman Faiz sangatlah unik dan beliau menyatakan bahwa kemampuan Faiz dalam menulis puisi, sepuluh tahun melompati umurnya. Puisi-puisi Faiz dikemas secara rapi dan sudah terbilang sangat bagus. Pendapat tersebut senada dengan Agus R. Sarjono yang mengungkapkan bahwa Faiz sebagai penyair sejati adalah orang yang bahagia ketika menulis polos dan tanpa pretensi. Caranya memandang dunia jauh dari klise dan metaforis. Beberapa penyair juga mengungkapkan kesesuaian kumpulan puisi tersebut dengan pada pembelajaran sastra jenjang SMP, diantaranya Kusprihyanto Namna (dalam Hariningtyas, 2011, hlm. 102) adalah seorang penyair yang menyatakan bahwa pada dasarnya puisi dari penyair manapun dapat digunakan sebagai materi pembelajaran, namun guru harus menyesuaikan perkembangan psikologi siswanya. Puisi-puisi Abdurahman Faiz menggunakan majas personifikasi, bahasa-bahasa yang segar dalam metafora, serta repetisi-repetisi memperindah puisi. Puisi-puisi dalam buku Aku Ini Puisi Cinta ini juga dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra karena sebagain besar puisinya

menggunakan kata-kata konkret yang langsung menuju maksud yang disampaikan dengan bahasa yang halus. Begitupun M.H. Iskan (dalam Hariningtyas, 2011, hlm. 103) yang juga seorang penyair menyatakan bahwa puisi Abdurahman Faiz dapat digunakan sebagai materi pembelajaran yang berkaitan dengan sastra pada jenjang SMP. Hal ini dikarenakan Faiz banyak sekali mengungkapkan kecintaan terhadap orangorang disekitarnya, himbauan kepada masyarakat, serta harapan-harapan yang ia inginkan. Dengan potensi yang ada dalam puisi-puisi Faiz tersebut, perlu dibuktikan terlebih dahulu kesesuaiannya dengan jenjang SMP melalui kajian fenomenologi dan stilistika. Kedua kajian tersebut dipilih agar memudahkan pemilihan karakter atau style (gaya bahasa) seorang penyair yang dipahami oleh pembaca pada jenjang SMP. Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian sejenis yang mengungkap gaya bahasa pernah dilakukan oleh Rahmayanti (2013) dengan judul Analisis Gaya Bahasa Buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Dalam penelitiannya, Astri mengungkapkan beberapa gaya bahasa yang ditemukannya dalam buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Adapun gaya bahasa yang Astri temukan dalam buku tersebut yakni: personifikasi, hiperbola, dan metonimia. Penelitian mengenai bahan ajar sastra juga pernah dilakukan oleh Amalia (2013) dengan judul skripsinya Kajian Moral Cerita Pendek Pada Majalah Bobo sebagai Upaya Pemilihan Bahan Ajar Apresiasi Sastra di Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Amalia mengungkap adanya keseuaian kurikulum terhadap cerita pendek pada majalah Bobo. Cerpen-cerpen yang dianalisis dapat digunakan sebagai bahan ajar (model) pada KD bahasa Indonesia di kelas V untuk analisis unsur-unsur cerpen dan penulisan teks narasi. Dalam penelitian lainnya sebagai rujukan penulis mengenai kajian puisi dilakukan oleh Hariningtyas (2011). Dengan judul skripsinya, Analisis Struktur Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta Karya Abdurahman Faiz dan Kesesuaiannya

sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Puisi pada Jenjang SMP Hariningtyas mengkaji puisi-puisi yang sama dengan penulis namun menggunakan teori kajiandan sasaran kurikulum yang berbeda. Dengan kajian struktur fisik dan batin terhadap teks, dia menyatakan bahwa sebagian besar puisi karya Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta dapat digunakan sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP kurikulum KTSP sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Berbagai permasalahan diatas sekaligus sebagai kelanjutan dari penelitian sebelumnya, membuat penulis tertarik mengkaji fenomenologi dan bahasa kiasan (majas) yang terdapat pada puisi pilihan dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz. Kajian terhadap puisi pilihan ini diharapkan menjadi alternatif pembangun konteks tematik untuk mencapai tujuan Kurikulum 2013 sebagaimana yang tercantum dalam Kompetensi Dasar di kelas VII. Oleh karena itu, penulis menentukan penelitian ini yang berjudul KAJIAN PUISI- PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini diterangkan sebagai berikut. (1) Bagaimana aspek tematik dalam puisi-puisi Abdurahman Faiz berdasarkan analisis fenomenologi? (2) Bagaimana puisi-puisi Abdurahman Faiz berdasarkan analisis stilistika? (3) Bagaimana kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz sebagai pembangun konteks tematik pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan aspek tematik dalam puisi-puisi Abdurahman Faiz berdasarkan analisis fenomenologi.

2) Mendeskripsikan puisi-puisi Abdurahman Faiz berdasarkan analisis stilistika. 3) Mendeskripsikan kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz sebagai pembangun konteks tematik pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat akademis dan praktis yang dijelaskan sebagai berikut. 1) Manfaat Akademis Selain memberikan kontribusi konkret dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di jenjang SMP, penelitian ini dapat dijadikan bahan pendukung untuk memperkuat, juga melakukan perkembangan pada penelitian selanjutnya. Khususnya yang berkaitan dengan keilmuan stilistika, fenomenologi (strata norma) puisi, dan pemilihan bahan ajar sastra. 2) Manfaat Praktis Manfaat praktis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut. a. Bagi Peneliti Sebagai calon tenaga pendidik, penelitian ini akan dapat menambah wawasan kesusastraan bagi peneliti dalam mengeksplorasi karya sastra di tingkat SMP. b. Bagi Guru Jika penelitian ini tercapai, para guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai alternatif karya sastra yang berbentuk puisi sebagai pembangun konteks pembelajaran tematik di kelas VII. Hal ini pun

sebagai upaya untuk menambah wawasan guru terhadap karya sastra puisi. c. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan agar siswa termotivasi dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran yang memanfaatkan teks puisi. Sehingga, siswa dapat termudahkan dalam memahami pembelajaran berbasis teks maupun sebagai referensi bacaan lainnya. d. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kesusastraan Indonesia terutama puisi-puisi Abdurahman Faiz bagi pembaca. Apalagi, penelitian ini dilakukans sebagai upaya pemilihan karya sastra puisi sebagai tahap pembangun konteks tematik pada pembelajaran berbasis teks, Kurikulum 2013. E. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini menggunakan sistematika yang digunakan oleh UPI yang tertuang dalam Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Tahun 2014. Sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab, yaitu: Pertama, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Kedua, Bab II Kajian Pustaka yang terdiri dari: hakikat puisi, analisis fenomenologi, stilistika, dan pembangun konteks tematik. Ketiga, Bab III Metode Penelitian yang terdiri dari: metode, sumber data, teknik pengumpulan dan pengelolaan data, serta instrumen penelitian.

Keempat, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari tiga hal utama, yaitu: pengolahan atau analisis data, hasil analisis untuk menghasilkan temuan, dan pembahasan hasil analisis. Terakhir, Bab V Simpulan dan Saran