BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN KULTUR SEKOLAH DI SD NEGERI 1 PAPAHAN TASIKMADU KARANGANYAR TAHUN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Asean (MEA) memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan. aspek yang sangat penting dalam pembentukan generasi bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada sisi lain, arus. (SDM) yang berkualitas. Dalam suatu organisasi untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BUDAYA SEKOLAH EFEKTIF (Studi Etnografi Di SMA Negeri 1 Surakarta) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. matematika sehingga berpengaruh dengan prestasi belajar siswa.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

PENGELOLAAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

terdahulu, maka kesimpulan peneliti sebagai berikut: semaka makin tinggi motivasi berprestasi guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Dari berbagai jenis faktor produksi, tenaga kerja merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berakhlak mulia dan mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Karakter

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. dilakukan melalui perannya menjadi aktor penggerak dalam kegiatan-kegiatan di

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk memberikan, pengetahuan, ketrampilan tertentu pada setiap individu guna

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan (sekolah) adalah tempat transfer ilmu. dalamnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertujuan mendidik siswanya

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat meningkatkan kecakapan dan kemampuan yang diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan adalah usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling memiliki semangat kompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah. Semua kegiatan di sekolah dapat terlaksana dengan baik berkat adanya kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan seorang tenaga fungsional guru yang bertugas memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah dikatakan sebagai pemimpin di satuan pendidikan yang bertugas menjalankan manajemen satuan pendidikan yang dipimpin. Kepala sekolah yang baik adalah yang mampu mengelola program dan tujuan sekolah dengan baik, visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan yang utuh dan berpusat kepada mutu, semua dapat terlaksana jika terdapat kerjasama semua warga sekolah (stakeholder) (Mulyasa, 2013: 25). Sutrisno (2007: 2) menjelaskan tujuan sekolah dalam visi dan misi sekolah harus dapat menjawab permasalahan yang ada di sekolah, terdiri dari kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Sehingga sekolah harus mengetahui dengan jelas kemampuan dan kelemahan yang dimiliki, agar dapat menyusun strategi kegiatan yang sesuai dengan tujuan sekolah. Menurut Kurnia dan Bambang Qomaruzzaman (2012: 24) budaya sekolah merupakan jaringan kompleks dari berbagai interaksi aktor dalam sekolah yang diaplikasikan dalam tradisi dan ritual yang dibangun di antara guru, murid, orang tua, serta administrator untuk menghadapi berbagai tantangan dan mencapai tujuan. Budaya sekolah dimaknai seperti bagaimana seseorang berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah ada serta mencerminkan tujuan dari sekolah itu sendiri. Setiap sekolah memiliki budaya berbeda-beda meliputi aturan moral, 1

2 ritual dan berbagai bentuk hubungan antar aktor yang berada di dalamnya. Perubahan positif di sekolah akan terjadi jika seluruh subjek sekolah memahami sifat budaya sekolahnya sendiri dengan baik, baik yang tampak maupun tidak gampak atau yang formal maupun informal, selain itu perlu adanya kerjasama dari semua warga sekolah. Realita di masyarakat, kegiatan pendidikan melalui jalur formal dan nonformal sudah dirancang serta dilaksanakan dengan kesadaran penuh dalam mempersiapkan generasi muda agar dapat menghadapi tantangan hidup di masa depan. Lembaga pendidikan, terutama sekolah, selama ini dianggap sebagai salah satu lembaga sosial yang paling konservatif dan statis dalam masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sering kurang mampu mengikuti dan menanggapi arus perubahan cepat yang terjadi di masyarakat. Sehingga budaya dan kebiasaan yang seharusnya dimiliki generasi muda mulai ditinggalkan dan beralih kepada perkembangan zaman yang tidak terkendali. Pengelolaan pendidikan yang mengabaikan unsur budaya akan mengakibatkan sekolah sebagai identitas yang terpisahkan dari masyarakat, sementara warga sekolah adalah warga masyarakat, dan output pendidikan akan kembali ke masyarakat. Dengan memperhatikan budaya masyarakat sekitar sekolah, di lingkungan sekolah perlu diperhatikan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah (Sutrisno, 2007: 3). Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadi (Mulyasa, 2013: 25) bahwa : Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

3 Dalam observasi dan wawancara awal dengan ibu Sri Yani, ditemukan hasil bahwa kepemimpinan kepala sekolah di SD Negeri 1 Papahan sudah berjalan cukup baik, kepala sekolah bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, kepala sekolah konsisten dalam keputusan yang diambil, bijaksana, serta sudah melaksanakan strategi yang ditetapkan oleh kepala sekolah dalam mewujudkan kultur sekolah seperti yang diharapkan. Kepala sekolah dalam peran sebagai inovator telah melakukan inovasi baru dalam kepemimpinannya, yaitu pembentukan pendidikan karakter bagi warga sekolah selain dalam pembentukan kultur sekolah. SD Negeri 1 Papahan merupakan SD Negeri namun dalam pelaksanaan sekolah menerapkan sekolah yang Islami, di mana pendidikan agama lebih ditekankan. Kultur sekolah di SD Negeri 1 Papahan terdiri dari berbagai macam, berdasarkan hasil wawancara, obserasi awal dimulai sebelum pembelajaran dimulai tampak budaya disiplin di SD Negeri 1 Papahan berjalan cukup baik di mana sebelum pukul 06.30 peserta didik dan guru sudah berada di sekolah untuk budaya salaman pagi kemudian dilanjutkan dengan budaya nasionalisme dan keagamaan, kultur kerapian, ketertiban dan keindahan tampak pada ruang kelas dan sekolah di mana semua tertata rapi, indah dan nyaman serta peserta didik dan guru tertib dalam pelaksanaan proses KBM. Kultur sekolah di SD Negeri 1 Papahan berlangsung sampai pada proses KBM selesai. Selain itu, kultur sekolah juga tampak pada kondisi fisik sekolah berupa kultur kebersihan, keindahan, kerapian dan kerindangan sekolah. sekolah tampak bersih, rapi, indah dan sejuk Slogan-slogan ditata rapi di sudut kelas dan sekolah, pohon rindang, pot-pot ditata dan digantung dengan rapi, hasil prestasi dan karya peserta didik dipajang di dinding kelas sehingga semua dapat melihat. Selain itu, yang membedakan SD Negeri 1 Papahan dengan SD lain adalah budaya nasionalisme pada atribut yang dikenakan sehari-hari berupa pin ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah Airku), bet bendera merah putih serta ciri khas lainnya adalah kartu karakter. Namun masih terdapat beberapa kekurangan khususnya dalam mewujudkan kultur sekolah, misalnya dalam kedisiplinan, masih ditemukan beberapa peserta didik dan guru yang datang terlambat, belum terlaksananya semua budaya sekolah

4 oleh warga sekolah dengan konsisten, masih ada peserta didik yang belum memakai atribut sekolah (seragam sekolah) dengan lengkap serta konsep pengembangan budaya sekolah yang belum dipahami seutuhnya oleh warga sekolah, khususnya peserta didik. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan pribadi dan sikap dari peserta didik itu sendiri, sedangkan faktor eksternal dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar/masyarakat, khususnya lingkungan keluarga. Dengan demikian, upaya mewujudkan kultur sekolah dapat dilakukan melalui revitalisasi peran kepala sekolah yaitu kegiatan yang harus dilakukan kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional. Dengan revitalisasi kepala sekolah diharapkan adanya peningkatan mutu pendidikan nasional terutama dalam mewujudkan kultur sekolah yang berkualitas. Serta agar kegiatan pendidikan mampu membekali peserta didik dalam menghadapi tantangan hidupnya di masa depan, harus diantisipasi berdasarkan kecenderungankecenderungan yang ada, apa yang menjadi tantangan hidup mereka di masa depan, oleh sebab itu kepala sekolah harus berpandangan luas dan mengikuti perkembangan di masyarakat, khususnya perkembangan budaya. Dalam rangka mewujudkan keberhasilan sekolah yang termuat pada visi, misi, tujuan dan sasaran program sekolah, maka para kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa serta bekerjasama dengan seluruh warga sekolah untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud mengangkat dalam bentuk judul penelitian: Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Kultur Sekolah di SD Negeri 1 Papahan Tasikmadu Karanganyar Tahun 2015/2016.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang, selanjutnya rumusan yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana karakteristik kepemimpinan kepala sekolah di SD Negeri 1 Papahan Tasikmadu Karanganyar tahun 2015/2016? 2. Bagaimana strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam mewujudkan kultur sekolah di SD Negeri 1 Papahan Tasikmadu Karanganyar tahun 2015/2016? 3. Bagaimana karakteristik kultur sekolah yang dibangun oleh kepala sekolah di SD Negeri 1 Papahan Tasikmadu Karanganyar tahun 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik kepemimpinan kepala sekolah di SD Negeri 1 Papahan Tasikmadu Karanganyar tahun 2015/2016. 2. Mendeskripsikan strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam mewujudkan kultur sekolah di SD Negeri 1 Papahan Tasikmadu Karanganyar tahun 2015/2016. 3. Mendeskripsikan karakteristik kultur sekolah yang dibangun oleh kepala sekolah di SD Negeri 1 Papahan Tasikmadu Karanganyar tahun 2015/2016. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Secara umum hasil penelitian diharapkan secara teoritis dapat: a. Memberikan sumbangan mengenai teori-teori dan kepemimpinan kepala sekolah dalam mewujudkan kultur sekolah. b. Menambah dan memperkaya khasanah mengenai pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dalam dunia pendidikan. c. Menumbuhkan kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6 2. Praktis Pada manfaat praktis, penelitian ini memberikan sumbangan bagi kepala sekolah, guru dan siswa. Bagi kepala sekolah dan guru, kepemimpinan kepala sekolah dapat memberi dorongan dalam melakukan tugas sehingga dapat bekerja lebih profesional, mengetahui kekurangan-kekurangan, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk langkah selanjutnya. Bagi siswa, proses perubahan ini dapat meningkatkan kultur sekolah yang ada serta lebih patuh terhadap guru dan melaksanakan tujuan sekolah dengan baik.