BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah hasil yang dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Selain itu pengawasan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan yang bisa terjadi agar dapat dihindari dikemudian hari. Pengawasan adalah memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan (Siagian, 2003:30) Pengawasan secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau ada penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar standar perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat pelaksanaan. B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan
tindakan- tindakan keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit jangka pendek maupun jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut. Istilah keselamatan dan kesehatan saling terkait erat. Istilah yang lebih luas dan lebih tersamar adalah istilah kesehatan yang merujuk pada kondisi fisik, mental, dan stabilitas emosi secara umum. Individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit, cedera serta masalah mental dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas manusia normal pada umumnya. Umumya, keselamatan merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang. Tujuan utama program keselamatan kerja yang efektif di perusahaan adalah mencegah kecelakaan atau cedera yang terkait dengan pekerjaan. (Mathis dan Jackson, 2002: 245) Menurut Sculler dan Jackson (Yuli, 2005: 214), apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas yang lebih komitmen. c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan hakim. e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan. f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.
g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial. Menurut Husni (2005:132) Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus diterapkan dan dilaksanakan disetiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu: 1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha sosial. 2. Adanya sumber bahaya. 3. Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya, baik secara terusmenerus maupun hanya sewaktu-waktu. Pelaksanaan K3 di perusahaan dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas K3 dari perusahaan yang bersangkutan. Petugas K3 adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian dibidang K3 dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Depatemen Tenaga Kerja. Menurut Flippo (Mutiara, 2004: 116), tujuan penanganan program K3 karyawan dapat dicapai jika ada unsur-unsur yang mendukung, antara lain: a. Adanya dukungan dari manajemen puncak. b. Ditunjuknya direktur keselamatan. a. Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman. b. Diberikannya pendidikan dan kegiatan bagi semua karyawan untuk bertindak aman. c. Terpeliharanya catatan-catatan tentang kecelakaan. d. Menganalisis penyebab kecelakaan.
e. Melaksanakan peraturan. 1. Keselamatan Kerja Menurut Husni (2005: 136), keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Ada 4 (empat) faktor penyebabnya yaitu: 1) Faktor manusia. 2) Faktor material/bahan/peralatan. 3) Faktor bahaya/sumber bahaya. 4) Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/perawatan mesin-mesin). Menurut Husni (2005:137) bahwa disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan kerja ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: a. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain: 1. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan. 2. Biaya pengobatan dan perawatan korban. 3. Tunjangan kecelakaan. 4. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi.
b. Kerugian yang bersifat non ekonomis Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan baik itu merupakan kematian, luka/cedera berat maupun luka ringan. 2. Kesehatan Kerja Menurut Husni (2005:140), kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Tujuan kesehatan kerja menurut Husni (2005:140) adalah: a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial. b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja. c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja. d. Meningkatkan produktivitas kerja. Menurut Flippo (Mutiara, 2004:113), program kesehatan kerja dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Kesehatan Fisik a. Pemeriksaan jasmani pra penempatan. b. Pemeriksaan jasmani secara berkala untuk personalia. c. Pemeriksaan jasmani berkala secara sukarela untuk semua personalia.
d. Klinik medis yang mempunyai staf dan perlengkapan yang baik. e. Tersedianya personalia medisdan ahli hygiene industri yang terlatih. f. Perhatian yang sistematik dan prefentif yang dicurahkan pada tekanan dan ketegangan industrial. g. Pemeriksaan-pemeriksaan berkala dan sistematis atas ketentuan untuk sanitasi yang tepat. 2. Kesehatan Mental a. Tersedianya penyuluhan kejiwaan dan psikiater. b. Kerja sama dengan spesialis dan lembaga-lembaga psikiater dari luar organisasi. c. Pendidikan personalia perusahaan sehubungan dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental. d. Pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan yang tepat. Menurut Husni (2005:140), sumber-sumber bahaya bagi kesehatan tenaga kerja adalah: 1. Faktor fisik, berupa: a. suara yang terlalu bising b. suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah c. penerangan yang kurang memadai d. ventilasi yang kurang memadai e. radiasi f. getaran mekanis
g. tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah h. bau-bauan di tempat kerja i. kelembapan udara. 2. Faktor kimia, berupa: a. gas/ uap b. cairan c. debu d. bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun. 3. Faktor biologis, berupa: a. bakteri virus b. jamur, cacing dan serangga c. tumbuh - tumbuhan dan lain - lain yang hidup/ timbul dalam lingkungan tempat kerja. 4. Faktor faal, berupa: a. sikap badan yang tidak baik pada waktu bekerja b. peralatan yang tidak sesuai / tidak cocok dengan tenaga kerja c. gerak yang senantiasa berdiri atau duduk d. proses, sikap dan cara kerja yang monoton e. beban kerja yang melampaui batas kemampuan. 5. Faktor psikologis, berupa: a. kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan b. suasana kerja yang tidak menyenangkan
c. pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang tidak sesuai d. pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan. C. Kinerja Karyawan 1. Pengertian Kinerja Karyawan Menurut Siswanto (2002:235), kinerja adalah prestasi yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kinerja juga dikenal dengan istilah karya seperti pengertian yang dikemukakan oleh Yuli (2005:114) kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan baik bersifat fisik ataupun material dan non fisik non material Definisi kinerja karyawan adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerja sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000:67) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan Menurut Mangkunegara (2000:67) faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah : a. Pengetahuan Pengetahuan yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih berorientasi pada intelejensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas
yang dimiliki karyawan. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, media dan informasi yang diterima. b. Keterampilan Kemampuan dan penguasaan teknis operasional dibidang tertentu yang dimiliki karyawan seperti ketrampilan konseptual, ketrampilan manusia dan ketrampilan teknik. c. Kemampuan Kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama dan tanggung jawab. d. Motivasi Motivasi diartikan sebagai suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi dan sebaliknya jika mereka bersifat negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. 3. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan Menurut Alwi (2001:187) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Yang bersifat evaluation harus menyelesaikan : a. hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi b. hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision c. hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan :
a. prestasi riil yang dicapai individu b. kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja c. prestasi- prestasi yang dikembangkan Kontribusi hasil-hasil penilaian menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:225) merupakan sesuatu yang bersifat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi. Kebijakan organisasi dapat menyangkut aspek individual dan aspek organisasional. Adapun secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi adalah: a. penyesuaian kompensasi b. perbaikan kinerja c. kebutuhan latihan dan pengembangan d. pengambilan keputusan dan penempatan promosi, motivasi, pemecatan dan perencanaan tenaga kerja e. membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai 2.2. Penelitian Terdahulu Mahayudin Idris (2007) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengawasan terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. ASURANSI KREDIT INDONESIA (ASKRINDO) Cabang Medan. Dan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara pengawasan terhadap efisiensi kerja dengan angka koefisien korelasi adalah 0, 522. Rijuna Dewi (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Dan hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh positif dan signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan sebesar 52,2% secara serentak maupun parsial. 2.3. Kerangka Konseptual Pengawasan yang dilaksanakan di perusahaan bertujuan agar sumber daya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Didalam pengawasan terdapat elemen-elemen, yaitu : metode dan sifat pengawasan (Siagian, 2003:114). Selain itu keselamatan dan kesehatan adalah aset yang tidak ternilai harganya yang juga merupakan bagian utama dari kesejahteraan. Kesejahteraan kerja mustahil diwujudkan dengan mengabaikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Menurut Hasibuan (2006:206), keselamatan dan kesehatan kerja akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik. Menyadari arti pentingnya keselamatan kerja akan mencegah dan menurunkan tingkat kecelakaan, terjadinya kebakaran, dan pelanggaran peraturan keselamatan. Banyaknya kecelakaan yang terjadi juga merupakan akibat dari kurangnya pengawasan dari atasan. Jika pengawasan yang dilakukan kurang baik maka tingkat kecelakaan kerja bisa meningkat. Dan akibatnya adalah kinerja karyawan juga akan menurun.
Berdasarkan teori-teori tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut : Pengawasan (X1) Keselamatan kerja (X2) Kinerja karyawan (Y) Kesehatan kerja (X3) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Siagian (2003), Husni (2005), Mangkunegara (2005) 2.4. Hipotesis Menurut Kuncoro (2003:47) menyatakan hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan maka, hipotesis dari penelitian ini adalah: Pengawasan dan jaminan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan.