KESINAMBuNGAN BUDAYA

dokumen-dokumen yang mirip
MASALAH KONTINUITAS BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN

Etos Hijrah. Oleh Nurcholish Madjid

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

TIGA GELOMBANG ALVIN TOFFLER

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB II GAMBARAN UMUM

HUMANISME ISLAM Oleh Nurcholish Madjid

Prestasi, bukan Prestise

SEKOLAH AGAMA Oleh Nurcholish Madjid

DALAM PERUBAHAN GLOBAL

KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM

PLURALISME DAN TOLERANSI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat diambil. kesimpulan yang merupakan akhir dari penulisan skripsi ini tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

Menjadi Oposisi Itu. Oleh Nurcholish Madjid

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI (ERA KOMUNIKASI TULISAN)

Seminar Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

KEADILAN SEBAGAI HUKUM ALAM

DIALOG INTEGRAL DALAM PERADABAN DAN PEMIKIRAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

Membaca Sebagai Sumber Kemajuan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Sejarah dan Pengertian Masyarakat Madani. Konsep masyarakat madani, tidak terlepas dengan konsep civil society.

UMAT Tengah. Oleh Nurcholish Madjid

Albania Negeri Muslim di Benua Biru?

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

SEJARAH ISLAM AHMADIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

ISLAM DAN BIROKRASI Oleh Nurcholish Madjid

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan untaian kata-kata yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2014 SAJARAH CIJULANG

PERMASALAHAN UMUM YANG DIHADAPI PESANTREN

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method)

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

KEDUDUKAN AGAMA DALAM MASYARAKAT INDUSTRIAL

Learning Intelligence for Innovative Business, oleh Ikbal Maulana Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

ILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

AYAT ASAS Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hardiknas dan Harkitnas, Jakarta, 20 Mei 2011 Jumat, 20 Mei 2011

ETIKA. Membangun Masyarakat Islam Modern. Informatika. Dr. Rais Hidayat.

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

APATISME PEMBICARAAN NEGARA ISLAM 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1960 TENTANG PEMBERIAN HADIAH SENI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1960 TENTANG PEMBERIAN HADIAH SENI. Pemberian Republik Indonesia,

Transkripsi:

c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBuNGAN BUDAYA Oleh Nurcholish Madjid Ketika Kaisar Hirohito meninggal, banyak orang membicarakan kedudukannya selaku lambang kontinuitas budaya Jepang selama ribuan tahun. Kontinuitas itu dianggap penting, karena memberi rasa keabsahan dan keontentikan kepada bangsa Jepang dalam menghadapi perkembangan zaman. Rasa keabsahan dan keotentikan itu juga menjadi sumber kemantapan dan kepercayaan diri yang sangat penting bagi munculnya kreativitas dan daya cipta. Sebenarnya keunggulan bangsa Jepang dalam segi-segi tertentu sekarang ini atas bangsa-bangsa lain, termasuk atas bangsa-bangsa Barat, dapat diterangkan sebagai keberhasilan mereka menerjemahkan modernitas. Ilustrasi tentang hal ini ialah kesuksesan bangsa Jepang mengubah dan mengembangkan temuan-temuan teknologi Barat seperti transistor dan microchips menjadi dasar bagi pembuatan berbagai komoditas yang sangat laku di dunia, seperti jam tangan, radio, televisi, dan komputer laptop dan notebook. Jika kita ambil komputer itu saja sebagai misal, kita akan mendapati bahwa mesin kecerdasan buatan (artificial intelligence) itu ditemukan dan dibuat orang Barat (Amerika) sebagai barang yang amat berguna namun dalam bentuk dan ukuran yang sangat canggung (komputer yang mula pertama berukuran sebesar kamar tidur). Adalah bangsa Jepang yang kemudian mengembangkan komputer itu sedemikian rupa sehingga dari segi pemakaian dan

c Nurcholish Madjid d ukurannya menjadi sangat praktis dan dapat dibawa ke manamana (portable). Jelas sekali, bahwa kebiasaan membuat barang-barang kecil dan praktis pada bangsa Jepang telah menjadi modal bagi keberhasilan mereka mengadopsi teknologi Barat modern dan membuatnya sesuai dengan selera kejepangan, yang kemudian ternyata juga sangat laku di pasaran dunia. Sikap kejiwaan (mind set) bangsa Jepang sebagai hasil garis kelanjutan budaya mereka itu telah melengkapi mereka dengan kemampuan mencerna modernitas dari Barat sehingga menyatu dengan sistem budaya mereka sendiri secara otentik dan absah. Ini juga terjadi dengan perangkatperangkat lunak seperti teknik organisasi dan manajemen, sehingga pernah terkenal apa yang dinamakan organisasi atau manajemen a la Jepang. Kasus Jepang ini sangat menarik jika kita bandingkan dengan kasus Turki. Dibanding dengan Turki, Jepang sebagai bangsa bukan Eropa Barat Laut secara nisbi lebih kemudian dalam usahanya membangun menjadi bangsa modern. Turki, disebabkan oleh pengalamannya yang bersifat langsung menghadapi ancaman bangsa-bangsa modern Eropa Barat Laut, dapat dikatakan sebagai yang paling dini di kalangan bangsa-bangsa bukan-barat yang berusaha menjadi modern melalui kegiatan-kegiatan pembangunan. Namun semua orang tahu bahwa sementara Jepang berhasil menjadi bangsa modern yang bahkan dalam beberapa segi melampaui negara-negara Barat, Turki sampai sekarang masih menunjukkan ciri-ciri Dunia Ketiga, sekalipun secara nisbi lebih maju daripada bangsa-bangsa lain di kawasan Timur Tengah. Keadaan itu lebih-lebih lagi menarik, mengingat bahwa Turki, dari berbagai segi, sesungguhnya memiliki unsur-unsur yang lebih menguntungkan daripada yang ada pada bangsa Jepang. Pertama, secara geografis Turki merupakan bagian dari kawasan yang oleh orang Yunani disebut Oikoumene (Arab: al-dā irah al-ma mūrah, daerah berperadaban [kuna], yang intinya ialah lingkungan antara Nil di barat dan Amudarya atau Oksus di timur. Ini berarti bahwa

c Demokrasi Kesinambungan Lewat Budaya Bacaan d Turki berada dalam garis kontinuum dengan Eropa Barat Laut yang modern, lebih daripada Jepang. Apalagi Turki bahkan pernah menguasai daerah-daerah bekas Bizantium, malah beribukotakan Istanbul, bekas Konstantinopel yang dahulu dapat dikatakan merupakan ibukota Eropa. Kedua, Turki melalui agama Islam adalah penganut budaya dan peradaban Irano-Semitik c seperti terwujud dalam budaya dan peradaban Islam pada puncak kejayaannya. Ini berarti bahwa Turki lagi-lagi memiliki kesinambungan yang baik sekali dengan budaya modern, khususnya dalam artian ilmu pengetahuan dan teknologi, lebih daripada Jepang. Sebab, sekalipun budaya modern Eropa Barat Laut memiliki akar-akar tertentu dalam budaya Yunani kuna, namun dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi lebih merupakan kelanjutan dari budaya Irano-Semitik yang diwadahi oleh peradaban Islam. Dan peradaban Irano-Semitik itu sendiri merupakan kelanjutan dari budaya Nil-Oksus dan sekitarnya, yang digabungkan secara kreatif oleh kaum Muslim. Tetapi kenyataannya Turki kalah berhasil dalam mengejar ketertinggalannya dari Eropa Barat daripada Jepang. Hal ini mungkin dapat ditemukan keterangannya dalam masalah kesinambungan dan keterputusan. Ketika Turki memulai pembangunan dirinya untuk mengejar Barat dengan melakukan modernisasi, para pemimpin Turki, khususnya Mustafa Kemal, agaknya salah memahami kemodernan itu. Ia tidak melihatnya sebagai sesuatu yang universal dan merupakan kelanjutan logis dari warisan budaya umat manusia. Mustafa Kemal melihatnya lebih sebagai produk budaya Barat, yang cara penglihatan itu membimbingnya ke arah pandangan bahwa menjadi modern berarti menjadi Barat dan harus menjadi Barat. Karena itu ia melancarkan beberapa program pembaratan atau westernisasi, sejak dari usaha penggantian pakaian nasional Turki (Utsmani) dengan pakaian (Eropa) Barat, sampai kepada penggantian huruf Arab untuk menuliskan bahasa Turki ke huruf Latin.

c Nurcholish Madjid d Terutama tindakannya menukar huruf itu mempunyai akibat yang cukup fatal bagi Turki dilihat dari segi kesinambungan dan kelestarian budayanya: berbeda dari Jepang yang tetap memelihara dan memiliki rasa kesinambungan dan kelestarian budaya yang amat kuat, Turki justru terputus sama sekali dari masa lampaunya, bahkan tampaknya berusaha untuk mengingkari masa lampau itu. Karena bangsa Jepang tidak pernah berpikir menggantikan huruf Kanji dengan huruf Latin bagi penulisan bahasa mereka, maka semua khazanah budaya dan sastra klasik Jepang tetap dapat dibaca oleh generasi demi generasi, dan terus-menerus mereka pupuk dan kembangkan sehingga menjadi unsur yang memperkaya peradaban modern mereka. Maka Jepang menjadi bangsa timur yang modern dan tetap otentik. Sebaliknya, karena huruf Arab Turki Utsmani digantikan oleh huruf Latin, maka generasi baru Turki tidak lagi dapat membaca warisan budaya dan sastra mereka sendiri. Akibatnya, semuanya harus dimulai dari titik nol, sementara mereka terus ditantang untuk mengejar ketertinggalan. Dan jika di Jepang kemodernan telah berhasil dicerna menjadi kejepangan sehingga tidak dirasakan sebagai barang asing yang tertolak oleh sistem budaya asli, di Turki kemodernan sampai sekarang, menurut banyak ahli, masih tetap dirasakan sebagai barang asing yang dirasakan tidak cocok dengan sistem budaya sendiri, karena itu tetap ada dorongan untuk menolaknya atau menerimanya dengan keengganan, analog dengan tubuh yang alergi dengan benda asing. Belajar dari Jepang dan Turki, tampaknya memang kita perlu menyadari pentingnya kesinambungan budaya. Jika di Indonesia, umat Islam ingin menyumbangkan nilai-nilai budayanya yang relevan dengan keindonesiaan modern, maka salah satu segi yang penting sekali disadari adalah kesinambungan budaya keislaman itu dengan peradaban masa lalunya yang besar. Inilah tantangan umat Islam dewasa ini. Mampukah kita menjadi bangsa modern, tetapi dengan mempertahankan kesinambungan budaya Islam yang mengakar pada kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia.

c Demokrasi Kesinambungan Lewat Budaya Bacaan d Budaya Islam adalah budaya yang mengunggulkan ikatan-ikatan keadaban (bond of civility), seperti hormat pada hukum, hormat pada toleransi dan pluralisme, mempertahankan egalitarianisme dan hak-hak asasi sebagai bagian dari paham kemanusiaan universal, penghargaan orang kepada prestasi bukan prestise, keterbukaan partisipasi seluruh masyarakat, dan seterusnya, yang biasa kita sebut masyarakat madani. Adalah tugas kaum Muslim untuk mampu memberdayakan masyarakat Indonesia menuju negeri yang adil, terbuka dan demokratis. [v]