Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur Padi Beras Merah pada Tiga Lingkungan Tumbuh

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : beras merah, korelasi, sidik lintas Key words: red rice, correlation, path analysis. Agroteksos Vol. 21 No.

AKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO

KORELASI FENOTIPIK, GENOTIPIK DAN SIDIK LINTAS SERTA IMPLIKASINYA PADA SELEKSI PADI BERAS MERAH

I Gusti Putu Muliarta Aryana PS Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Mataram

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

DAYA HASIL DAN PENAMPILAN FENOTIFIK KARAKTER KUANTITATIF GALUR-GALUR F2BC4 PADI GOGO BERAS MERAH

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

UJI KESERAGAMAN, HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK GALUR PADI BERAS MERAH HASIL SELEKSI SILANG BALIK DI LINGKUNGAN GOGO

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

Agroteksos Vol. 18 No. 1-3, Desember 2008

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk pangan pokok saja, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

IDENTIFIKASI GALUR-GALUR PADI GOGO TOLERAN TERHADAP KERACUNAN ALUMINIUM

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN. Ir. Wayan Sudarka, M.P.

ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE FIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

Agrivet (2015) 19: 30-35

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN DAN SELEKSI KETAHANAN GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG UNIBRAW TERHADAP CABMV

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

ISBN: PROSIDING SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR. MALANG, 9 10 Juli 2002

SELEKSI GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) UNIBRAW

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI)

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK

EVALUATION OF YIELD ABILITY OF SOYBEAN IN MULTIPLE CROPPING WITH MAYZE ON FOUR TYPES OF DRY LAND AGROECOSYSTEM IN LOMBOK. WEST NUSA TENGGARA.

KERAGAAN STABILITAS HASIL BAWANG MERAH THE PERFORMANCE OF YIELD STABILITY OF SHALLOT. Erlina Ambarwati 1 dan Prapto Yudono 1

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

PENAMPILAN DELAPAN GALUR KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) PADA DUA MUSIM TANAM

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

HAKIM: HERIBILITAS DAN HARAPAN KEMAJUAN GENETIK KACANG HIJAU

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

Uji Ketahanan Galur Padi Baru Terhadap Cekaman Tanah Asam. Resistance Test of New Strain Rice on Acid Soil Stress

Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : (2016) ISSN :

STABILITAS KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU BERDASARKAN HASIL PATI

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR MUTAN KACANG TANAH HASIL IRADIASI SINAR GAMMA

Variabiltas Genetik, Fenotipik dan Heritabilitas Galur Elite Kedelai pada Cekaman Genangan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN STRATEGIS UNRAM TEMA KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

Varietas unggul merupakan komponen teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P

Uji Stabilitas Hasil Umbi 7 Genotip Kentang di Dataran Tinggi Pulau Jawa

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

UJI ADAPTASI KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) GALUR UNIBRAW

KERAGAAN DAYA HASIL GALUR-GALUR KACANG TANAH HASIL PERSILANGAN VARIETAS GAJAH DENGAN GALUR GPNC-WS4 1)

UJI KESERAGAMAN DAN ANALISIS SIDIK LINTAS ANTARA KARAKTER AGRONOMIS DENGAN HASIL PADA TUJUH GENOTIP PADI HIBRIDA JAPONICA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

Teknik pemuliaan kedelai pada umumnya

VARIASI GENETIK, HERITABILITAS, DAN KORELASI GENOTIPIK SIFAT-SIFAT PENTING TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.)

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

Fadjry Djufry 1 ) dan Martina S. Lestari 2 ) ABSTRAK. G1009 berpeluang diusulkan sebagai varietas unggul jagung hibrida berdaya hasil tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescent L.) DI LAHAN GAMBUT

IDENTIFIKASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI GOGO DI ACEH BESAR. The Identification Some Upland Rice Superior Varieties in Aceh Besar

Kendali Genetik Toleransi Kekeringan pada Padi Sawah (Oryza sativa L.) Genetic Control of Drought Tolerance in Rice (Oryza sativa L.

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

Ilmu Pertanian Vol. 17 No.1, 2014 : Penampilan Agro-Morfologi dan Parameter Genetik 12 Genotip Padi di Sawah Berpengairan Teknis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

INTERAKSI GENOTIP LINGKUNGAN PADA EMPAT GENOTIP PAKCHOY (Brassica rapa L.) DI TIGA LOKASI

Komponen Hasil dan Karakter Morfologi Penentu Hasil Kedelai pada Lahan Sawah Tadah Hujan

Transkripsi:

Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur Padi Beras Merah pada Tiga Lingkungan Tumbuh Adaptation and Yield Stability of Red Rice Lines in Three Growing Environments I Gusti Putu Muliarta Aryana 1 Program Studi Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, NTB, Indonesia Diterima 27 Oktober 2008/Disetujui 6 Maret 2009 ABSTRACT The aim of this research was to study the adaptation and yield stability of red rice genotype obtained from back cross selection in three different growing environments. Twenty genotypes of red rice obtained from back cross selection and three parents (Piong, Angka, Kenya) were tested for their potential yield in three different growing environments in the rainy season 2006/2007 and dry season 2007. The experiment used randomized completely block design with three replications in each environment. Each genotype was grown on 5.5 m x 1.25 m plot with plant spacing of 25 cm x 25 cm and only 1 plant per clump. Irrigation in upland was based on the availability of rain water, water management in paddy s field followed a normal lowland rice irrigation technique, and in drought environment, soil water content was maintained at 25 30% of soil available water. To analysis the adaptation and the yield stability, analysis of variant AMMI model and Biplot were used. The results indicated that the genotype showing the most stable yield was G5(A4), and this genotype produced 3.60 grain yield ton/ha. Genotype having special adaptation in drought stressed environment were G2(A1) and G3(A2) with average grain yield of 2.93 and 2.11 ton/ha, respectively. Genotype having special adaptation in upland environment were G1(A0) and G4(A3) with average grain yield of 4.43 and 4.44 ton/ha, respectively. Genotype having special adaptation in technical irrigation area was G17(P15) with an average grain yield of 4.92 ton/ha. Key words: Adaptation, stability, red rice PENDAHULUAN Di Indonesia perbaikan varietas padi beras merah belum mendapatkan perhatian yang memadai, terbukti Balai Besar Penelitian Tanaman Padi baru melepas satu varietas unggul beras merah yang diberi nama Aek Sibundong. Memperhatikan potensi genetik padi beras merah dan nilai ekonomi yang tinggi, Muliarta dan Kantun (2002); Sumarjan (2001), memprakarsai dan mengawali kegiatan koleksi dan evaluasi varietas padi lokal beras merah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Di daerah ini kultivar padi lokal padi beras merah Me e Doro, Kala Isi Tolo dan Donggo yang tergolong ras bulu (Javanica) berumur dalam dan berdaya hasil rendah sekitar 2 ton/ha, merupakan kultivar lokal yang toleran kekeringan dan ditanam sebagai padi gogo di lahan sawah tadah hujan dan di tegalan. Dari hasil kegiatan yang sama Muliarta et al. (2003), telah mengoleksi 19 genotipe padi yang berasal dari Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores. Dari hasil koleksi dan evaluasi di atas teridentifikasi bahwa : toleransi terhadap kekeringan, umur genjah dan daya hasil tinggi merupakan karakter penting pada padi beras merah yang harus diperbaiki. Perbaikan karakter tersebut diawali dengan melakukan seleksi untuk menentukan tetua donor dan tetua berulang. Tetua donor (tahan kering) yang diperoleh adalah kultivar Kenya berupa padi beras putih tergolong sub spesies Japonica. Tetua berulang (umur genjah, hasil tinggi) adalah kultivar Piong, Angka, Sri dan Pujut yang keseluruhannya merupakan padi beras merah dan tergolong sub spesies indica. Dari hasil persilangan antara tetua donor dengan tetua berulang, yang kemudian dilanjutkan dengan seleksi silang balik hingga 4 kali, diperoleh 20 genotipe padi beras merah toleran kekeringan (Muliarta et al., 2005). Ke 20 genotipe tersebut masih memiliki karakteristik yang beragam antar genotipenya terutama pada sifat hasil dan komponen hasilnya. Kisaran hasil yang di peroleh dari genotipe-genotipe tersebut adalah 2.08 ton/ha hingga 3.77 ton/ha (Muliarta et al., 2006). Untuk memenuhi persyaratan pelepasan sebagai varietas unggul baru, maka genotipe tersebut harus diuji adaptasi dan stabilitas hasilnya pada beberapa lingkungan tumbuh dan musim. 1 E-mail: muliarta1@yahoo.co.id, Telp. 0370-625013, Fax. 0370-640744, HP 0818366319. Jl. Pendidikan No 37 Mataram, Nusa Tenggara Barat, Lombok. Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur... 95

Subandi et al. (1979) menegaskan bahwa dalam pembentukan varietas unggul perlu diperhatikan stabilitas hasil secara sistematis dan kontinyu mulai dari pembentukan populasi dasar sampai pengujian varietas. Dalam hal ini hasil merupakan kriteria penting dalam mengevaluasi daya adaptasi dan stabilitas hasil suatu genotipe. Pengukuran stabilitas relatif dari suatu genotipe pada rentang wilayah yang luas penting untuk menentukan efisiensi pemuliaan (Nor dan Cady, 1979). Pengujian pada berbagai lingkungan perlu dilakukan karena di Indonesia lingkungan tumbuh padi sangat beragam baik dari tipe lahan yang digunakan, jenis tanah, cara budidaya, pola tanam maupun musim tanam. Keragaman lingkungan tumbuh tersebut akan berpengaruh terhadap hasil gabah persatuan luas. Dengan adanya fenomena interaksi genotipe dengan lingkungan, dengan hasil suatu genotipe sering tidak konsisten dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Hal ini menyulitkan pemulia dalam memilih genotipe terbaik. Besarnya interaksi genotipe dengan lingkungan perlu diperhatikan untuk menghindari kehilangan genotipe unggul (Subandi, 1981; Baihaiki et al. 1976). Suatu genotipe yang stabil dan berdaya hasil tinggi sangat diperlukan oleh para petani yang berlahan sempit untuk mengurangi resiko kegagalan panen akibat perubahan faktor lingkungan yang tidak dapat diperkirakan (Kasno, 1994; Syafrudin dan Saenong, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi dan stabilitas hasil genotipe padi beras merah hasil seleksi metode silang balik pada tiga lingkungan tumbuh berbeda. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di tiga lingkungan berbeda yaitu gogo, tercekam kekeringan dan sawah irigasi teknis. Lingkungan gogo dilakukan pada lahan tegalan Desa Prian Kecamatan Montong Betok Kabupaten Lombok Timur, dengan jenis tanah Inseptisol. Waktu kegiatan MH Desember 2006 - Maret 2007. Percobaan pada lingkungan tercekam kekeringan dan sawah irigasi teknis dilakukan di Desa Grisak Kecamatan Ampenan Kota Mataram Lombok dengan jenis tanah Entisol, pada MK April - Agustus 2007. Rancangan percobaan yang digunakan di setiap lingkungan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 23 perlakuan (20 genotipe hasil seleksi back cross, 3 tetua [Piong, Angka dan Kenya]) yang diulang 3 kali. Penanaman setiap perlakuan genotipe pada petak dengan ukuran 5.5 m x 1.25 m, jarak tanam 25 cm x 25 cm, dengan 1 tanaman per rumpun. Pengairan di lingkungan gogo berdasarkan air hujan, sedangkan pengairan di lingkungan sawah sesuai budidaya padi sawah pengairan teknis dan pengairan di lingkungan tercekam kekeringan pada kondisi tercekam 25-30% air tersedia setelah tanaman berumur 30 hari hingga saat panen. Data hasil pengukuran hasil gabah per ha dianalisis ragam mengikuti metode Singh dan Chaudari (1979). Bila dalam analisis ragam gabungan interaksi genotipe dan lingkungan (GxE) nyata diteruskan dengan analisis Additive Main Effect and Multiplicative Interactions (AMMI) dan Biplot untuk memilih genotipe adaptif dan stabil. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis ragam gabungan untuk perubahan hasil gabah per ha menunjukan bahwa pengaruh genotipe, lingkungan, dan interaksi genotipe x lingkungan berbeda sangat nyata (Tabel 1). Artinya bahwa peringkat keunggulan suatu genotipe yang diujikan tidak akan sama pada semua lingkungan tumbuh. Hal ini disebabkan tanggap yang berbeda dari genotipe terhadap satu atau lebih peubah lingkungan fisik (Nugrahaeni et al., 1993). Bos dan Caligari (1995) menambahkan besar kecilnya pengaruh interaksi genotipe x lingkungan sangat tergantung pada susunan genetik suatu genotipe dan kompleksitas lingkungan yang mempengaruhinya. Tabel 1. Analisis ragam gabungan pengaruh lingkungan, genotipe, dan interaksi lingkungan x genotipe hasil gabah per ha padi beras merah pada tiga lingkungan tumbuh Sumber Keragaman D B Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Lingkungan (L) 002 199.41 99.08 02.47 ** Ulangan (Lingkungan.) 006 001.07 00.20 02.65 ** Genotipe (G) 022 035.99 01.62 23.24 ** Lingkungan x Genotipe 044 024.48 00.56 08.24 ** Galat 132 008.92 00.07 00.07 ** Total 206 268.85 Keterangan : * = Nyata pada taraf uji 5%; ** = Sangat nyata pada taraf uji 1% 96 I Gusti Putu Muliarta Aryana

Adanya pengaruh genotipe x lingkungan yang nyata memungkinkan untuk dilakukannya analisis AMMI dan mempolakan interaksi genotipe x lingkungan dengan biplot. Dari hasil analisis AMMI tampak pengaruh interaksi genotipe x lingkungan menghasilkan dua komponen AIKU (Analisis Interaksi Komponen Utama) yaitu AIKU1 dan AIKU2. AIKU1 menunjukkan pengaruh nyata terhadap hasil. Sedangkan untuk AIKU2 menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap hasil. Hal ini berarti karakter hasil diterangkan dengan menggunakan model AIKU1. Menurut Endang (2003) AIKU yang tidak menunjukkan perbedaan nyata dimasukkan dalam sisaan sehingga berdasarkan analisis AMMI (Tabel 2) maka untuk karakter hasil gabah AIKU1 dapat menerangkan pengaruh interaksi sebesar 68% sedangkan AIKU2 sebesar 32%. Nilai rerata genotipe lingkungan dan nilai AIKU1 model AMMI terhadap hasil dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis ragam model AMMI untuk hasil gabah per ha padi beras merah di tiga lingkungan tumbuh berbeda Sumber keragaman DB Hasil gabah Jumlah kuadrat % % Genotipe (G) 22 11.87 014 Lingkungan (L) 02 66.05 077 Interaksi genotipe x lingkungan 44 08.27 009 AIKU1 23 5.62* 68 AIKU2 21 2.65ns 32 Total 68 86.18 100 Keterangan : * = Nyata pada taraf uji 5%; ns = tidak nyata Untuk menentukan suatu genotipe tergolong stabil dan spesifik lingkungan dapat dilihat pada biplot AMMI2 yaitu biplot antara skor AIKU1 dengan skor AIKU2. Dari hasil biplot AMMI2 terhadap hasil gabah (Gambar 1) dapat dilihat bahwa ada 8 genotipe memberikan indikasi stabil terhadap tiga lingkungan. Genotipe yang memberikan indikasi stabil adalah genotipe yang berada di dalam elips. Genotipe G5(A4) merupakan genotipe yang berindikasi paling stabil dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe lain yang mempunyai indikasi respon stabil adalah G10(P1), G11(P2), G12(P3), G15(P13), G16(P14), G18(P16) dan G20(P19). dengan hasil gabah per ha secara berturutturut 3.60, 2.95, 3.19, 3.34, 3.95, 3.52, 3.62 dan 3.11 ton/ha (Tabel 3). Tabel 3. Rerata hasil gabah (ton/ha) pada genotipe padi di tiga lingkungan No Genotipe Lingkungan Kering Gogo Sawah Rata-rata 1 G1(A0) 2.68 4.43 4.71 3.94 2 G2(A1) 2.93 3.62 4.67 3.74 3 G3(A2) 2.11 2.87 3.86 2.94 4 G4(A3) 2.52 4.44 4.54 3.83 5 G5(A4). 2.40 3.66 4.75 3.60 6 G6(A5). 2.32 4.15 5.53 4.00 7 G7(A6). 2.61 4.46 4.28 3.78 8 G8(A7). 2.26 2.80 4.37 3.14 9 G9(A8). 2.51 4.69 5.12 4.10 10 G10(P1). 2.04 2.87 3.96 2.95 11 G11(P2). 2.02 3.45 4.11 3.19 12 G12(P3). 1.95 3.46 4.60 3.34 13 G13(P4) 1.96 3.28 3.56 2.93 14 G14(P5) 2.46 3.25 5.42 3.71 15 G15(P13). 2.55 4.32 4.91 3.93 16 G16(P14). 2.41 3.60 4.54 3.52 17 G17(P15). 1.79 3.09 4.92 3.27 18 G18(P16). 2.35 3.45 5.05 3.62 19 G19(P18). 1.89 2.83 4.83 3.18 20 G20 (P19). 2.01 2.93 4.39 3.11 21 G21(PIONG) 1.99 4.07 5.67 3.91 22 G22(ANGKA) 2.11 4.09 5.71 3.97 23 G23(KENYA) 1.67 3.24 2.97 2.63 Rerata 2.24 3.62 4.63 3.50 Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur... 97

BIPLOT AMMI2 HASIL GABAH 1.0 0.8 LGOGO AIKU2 0.6 0.4 0.2 0.0-0.2-0.4 LSAWAH G21 G22 G9 G6 G4 G15 G1 G7 G12 G17 G11 G23 G5 G18 G16 G13 G19 G14 G20 G10 G2 G3 G8-0.6-0.8-1.0 LKERING -1.3-0.8-0.3 0.2 0.7 AIKU1 Gambar 1. Biplot AMMI2 untuk hasil gabah (G-genotipe) Hal ini sesuai dengan pernyataan Gauch (1992) yang menyatakan genotipe yang tumbuh di lintas lingkungan pengujian dan memberikan nilai AIKU yang mendekati nol. memberikan indikasi bahwa genotipe tersebut bersifat stabil. Jika nilai AIKU sangat jauh dari nol menunjukkan bahwa genotipe memiliki daya adaptasi yang spesifik. Genotipe yang tidak stabil menunjukkan respon yang positif jika ditanam di suatu lingkungan yang menguntungkan dan berespon negatif jika ditanam di tempat yang berbeda. Genotipe yang berindikasi beradaptasi spesifik terhadap lingkungan tercekam kekeringan adalah G2(A1) dan G3(A2) yang secara berurutan menghasilkan gabah sebanyak 2.93 dan 2.11 ton/ha. Genotipe yang memberikan indikasi beradaptasi spesifik terhadap lingkungan gogo adalah G1(A0) dan G4(A3), dengan hasil gabah secara berurutan 4.43 dan 4.44 ton/ha, sedangkan genotipe G17(P15) dengan hasil gabah 4.92 ton/ha merupakan genotipe yang memberikan indikasi beradaptasi spesifik di lingkungan sawah irigasi teknis (Gambar 1 dan Tabel 3). Hasil di atas sejalan dengan pernyataan Endang (2003) di mana pada biplot AMM2, jika suatu genotipe dan lingkungan jaraknya berdekatan maka hal ini menunjukkan bahwa genotip tersebut dapat tumbuh dengan baik dilingkungan terkait. Kesesuaian tempat tumbuh dapat juga diinterpretasikan dari besarnya sudut yang dibentuk oleh garis genotip dan lingkungan yaitu menginformasikan adanya korelasi antara genotipe dan lingkungan tersebut. Semakin kecil sudut yang terbentuk menginformasikan semakin besarnya korelasi yang terjadi di antara genotip dan lingkungan, dan ini memberikan indikasi adaptasi galur semakin bersifat spesifik lingkungan. Dari uraian di atas diperoleh gambaran bahwa tidak semua genotipe yang diklasifikasikan stabil atau beradaptasi spesifik lingkungan, memiliki nilai hasil gabah di atas nilai reratanya. Untuk genotipe yang stabil dan memiliki hasil gabah di atas nilai reratanya ditunjukkan oleh genotipe G5(A4), G15(P13), G16(P14) dan G18(P16) (Tabel 3 Gambar 1). Genotipe stabil tersebut akan memberikan hasil relatif sama baik ditanam pada lingkungan tercekam kekeringan gogo maupun lingkungan sawah irigasi teknis. Sehingga genotipe tersebut dapat direkombinasikan sebagai bahan pemuliaan untuk membentuk varietas unggul padi beras merah gogo dan atau sawah (amfibi). Genotipe yang memberikan indikasi beradaptasi spesifik terhadap lingkungan tercekam kekeringan yang memiliki hasil gabah di atas nilai reratanya adalah G2(A1). Genotipe yang memberikan indikasi beradaptasi spesifik lingkungan gogo dan memiliki hasil gabah di atas nilai reratanya adalah G1(A0) dan G4(A3). Sedangkan genotipe yang memberikan indikasi beradaptasi spesifik terhadap lingkungan sawah irigasi teknis dengan hasil gabah di atas nilai reratanya adalah G17(P15). Faktor penyebab stabilitas hasil suatu genotipe belum diketahui dengan jelas. namun demikian Allard dan Bradshaw (1964) dalam Ni amullah (2003) menduga bahwa mekanisme penyangga individu dan 98 I Gusti Putu Muliarta Aryana

populasi adalah faktor penyebabnya. Mekanisme stabilitas secara umum dapat dikelompokkan ke dalam empat hal yaitu heterogenitas genetik, kompensasi komponen hasil. ketegaran terhadap deraan (stres tolerance) dan daya pemulihan yang cepat terhadap penderaan. Dalam hal ini stabilitas didefinisikan sebagai suatu genotipe yang memiliki heterogenitas genetik untuk menghindari perubahan hasil yang besar di berbagai tipe lingkungan. Mekanisme ini muncul sebagai akibat dari hasil kerja sama gen-gen yang berlainan (heterogen) yang terdapat di dalam susunan genetik suatu genotipe. Hal ini dapat dimengerti karena hasil gabah per satuan luas merupakan produk dari berbagai komponen hasil, sedangkan komponen hasil itu sendiri merupakan produk dari banyak gen. Bervariasinya komposisi gen dalam suatu genotipe dapat menyebabkan ketidak optimalan ekspresi fenotipe suatu komponen hasil akan atau berpeluang digantikan (disubstitusi) oleh penampilan optimum dari komponen hasil lainnya sehingga kestabilan hasil dapat tercapai. KESIMPULAN Genotipe yang memberikan indikasi paling stabil adalah G5(A4). Genotipe ini mampu menghasilkan gabah 3.60 ton/ha. Genotipe yang memiliki daya adaptasi khusus di lingkungan tercekam kekeringan adalah G2(A1) dan G3(A2) yang memiliki rerata hasil gabah berturut-turut 2.93 dan 2.11 ton/ha. Genotipe yang memiliki daya adaptasi khusus di lingkungan gogo adalah G1(A0) dan G4(A3) yang memiliki rerata hasil gabah berturut-turut 4.43; 4.44 ton/ha. Genotipe yang memiliki daya adaptasi khusus di lingkungan sawah irigasi teknis adalah G17(P15) yang memiliki rerata hasil gabah 4.92 ton/ha. UCAPATAN TERIMA KASIH Terima kasih yang sedalamnya penulis sampaikan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan dana penelitian Hibah Bersaing ini. DAFTAR PUSTAKA Baihaki, A., R.E. Stucker, J.W. Lambert. 1976. Association of Genotype x Environment Interactions with Performance Level of Soybean Line in Preliminary Yield Test. Crop Sci. 16:718 721. Bos, I., P. Caligari. 1995. Selection Methods in Plant Breeding. Chapman and Hall London. Endang, W. 2003. Interpretasi Analisis AMMI dengan Biplot (Kasus Analisis Interaksi Genotip Tanaman Padi dengan Lingkungan pada Percobaan Lokasi Ganda). Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi 4(2):67-75. Gauch, Jr. 1992. Faktorial Designs for Yeild Rial. Additve Main-effects and Multiplicative Interactions. AMMI Model. Elsevier Publ.Co. Kasno, A., M. Jusuf. 1994. Evaluasi Plasma Nutfah Kedelai untuk Daya Adaptasi Terhadap Kekeringan. J. Ilmu Pert. Indonesia 4(1):12-15. Muliarta, Kantun. 2002. Koleksi Plasma Nutfah Padi Beras Merah dari Berbagai Daerah (Bali Lombok dan Sumbawa) Penelitian Dosen Muda (tidak dipublikasikan). Muliarta, N. Kantun, Sanisah, Kisman, N. Soemenaboedhy. 2003. Upaya Mendapatkan Padi Beras Merah Tahan Kekeringan Melalui Metode Seleksi Back Cross. Penelitian Hibah Bersaing XI/I (tidak dipublikasikan). Muliarta, N., Kantun, Sanisah, N. Soemenaboedhy. 2005. Upaya Mendapatkan Padi Beras Merah Tahan Kekeringan Melalui Metode Seleksi Back Cross. Penelitian Hibah Bersaing XI/3 (tidak dipublikasikan). Muliarta, N. Kantun, Sanisah, N. Soemenaboedhy. 2006. Upaya Mendapatkan Padi Beras Merah Tahan Kekeringan Melalui Metode Seleksi Back Cross. Penelitian Hibah Bersaing XI/4 (tidak dipublikasikan). Ni amullah. 2003. Stabilitas dan Adaptabilitas Galurgalur Harapan Kapas Genjah (Gossypium hirsutum L.) (Publikasi Ilmiah). Program Studi Ilmu Tanaman. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Nor, K.M., F.B. Cady. 1979. Methodology for Identifying Wide Adaptability in Crops. Agron.J. 71:556-559 Nugrahaeni, N., A. Bahri, E. Sjamsudin, A. Kasno. 1993. Analisis ragam dan pendugaan heritabilitas hasil dan komponen hasil kacang tanah di lingkungan optimal dan lingkungan berkendala. Penelitian Palawija 8(1&2):68-79. Singh, R.K., B.D. Chaudary. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers. New Delhi. Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur... 99

Subandi.M.R., Hakim. A. Sudjana, M.M. Dahan, A. Rifin. 1979. Mean and Stability for Yield of Early and Late Varieties of Corn in Varying Environments. Cont.CRIA. 51:24 p. Subandi, 1981. Genotype x environment interactions in corn variety test. Food Crop 65:1-9. Sumarjan. 2001. Klasifikasi padi lokal (Oryza sativa. L.) di Lombok berdasarkan sifat dan ciri morfologi-anatomi. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Syafrudin, S. Saenong. 1996. Stabilitas Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea (L.) Merrill). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 15(1):35-37. 100 I Gusti Putu Muliarta Aryana