Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI BOJAGI PADA PRODUK FASHION Nadia Tirensia Dra. Ratna Panggabean, M.Sn. Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: tirensianadia@yahoo.com Kata Kunci : bojagi, fashion, geometris, patchwork, tekstil Abstrak Bojagi adalah salah satu kerajinan tradisional dari Korea yang pada dasarnya merupakan sebuah kain pembungkus dan dibuat dari satu lembaran kain utuh maupun dibuat dari potongan-potongan kain atau patchwork (jogakbo). Jogakbo merupakan gaya bojagi yang paling berkarakteristik karena terbuat dari potongan-potongan kain dengan berbagai macam bentuk geometris abstrak dan harmonisasi warna yang menyusunnya. Material yang umumnya digunakan adalah sutera, rami dan linen serta kertas buatan tangan. Jahitan sambungan pada bojagi terbagi menjadi beberapa jenis dimana jahitan sambungan antar kain tersebut membentuk sebuah garis sehingga membuat bojagi cenderung dapat dilihat dari dua sisi. Eksplorasi bojagi ini akan diaplikasikan pada produk fashion. Abstract Bojagi is one of the traditional crafts from Korea which is basically a wrapping cloth and made from one piece of intact fabric as well as pieces of fabric or patchwork (jogakbo). Jogakbo is the most characteristic style of bojagi because it is made from pieces of fabric with various abstract geometric shapes and colors harmonization. Materials commonly used are silk, hemp, and linen as well as handmade paper. Connection stitch of bojagi is divided into several types of which connections between the fabrics form a line that makes bojagi tends to be viewed from two sides. This bojagi exploration will be applied on fashion product. 1. Pendahuluan Tekstil merupakan sebuah material yang bermula dari serat menjadi benang kemudian hasil jadinya berupa kain. Bidang tekstil memiliki cakupan yang luas mulai dari bahan dasar, proses pembuatan, proses pewarnaan, aplikasi dan teknik. Tekstil dapat diolah baik struktur ataupun permukaannya dengan berbagai macam teknik. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengolah permukaan tekstil adalah patchwork. Patchwork atau tambal sulam umumnya dikembangkan dengan menggunakan pola berulang dan dibangun dengan berbagai warna dan bentuk potongan geometris dari pilihan tekstil (Edwards, 2009: 148) Di negara Korea terdapat sebuah kain pembungkus tradisional yang dikenal dengan nama bojagi (pojagi). Pada dasarnya bojagi adalah kain pembungkus yang telah menjadi tradisi Korea sejak sejarah jaman dahulu. Korean Patchwork (chogakbo atau jogakbo) merupakan salah satu jenis bojagi. Hal ini dikarenakan bojagi dibuat dari potongan-potongan kain seperti halnya patchwork.. Menurut sebuah Jurnal Internasional Kostum Kultur yang dilakukan oleh Sung-Kyung Im dan Myung- Sook Han dari Departement of Clothing and Textiles, Sang Myung University, tahun 2002, kata bojagi (pojagi) atau bo (po) untuk singkatnya, mengacu pada tekstil persegi (square textile) dengan berbagai ukuran, warna, dan desain. Bojagi digunakan untuk membungkus, menutup, membawa dan menyimpan benda-benda, baik benda biasa maupun yang berharga seperti misalnya digunakan untuk menutup makanan di meja, menghiasi altar untuk ritual keagamaan, atau membungkus hadiah untuk menunjukkan penghargaan terhadap sang penerima hadiah. Berbeda dengan kebanyakan quilt ataupun patchwork pada umumnya, bojagi menggunakan kain ringan (sheer fabric) seperti misalnya sutera, rami dan linen sehingga dapat dilihat dari dua sisi. Selain itu, bojagi tidak memakai batting (isian) seperti quilt. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan pembuatan karya karena dirasa masih jarangnya produk fashion dengan teknik bojagi di Indonesia. Keunikan bojagi dapat menjadi sebuah tampilan baru pada pengolahan
permukaan tekstil dan tentunya menjadi tantangan untuk dapat mengembangkan teknik ini sebagai terobosan baru dan unik di dunia fashion dan tekstil baik di Indonesia maupun internasional. Cakupan dalam proses eksplorasi bojagi ini meliputi pemilihan material, tema, warna, rancangan produk fashion serta segmentasi pasar. Material yang digunakan adalah silk organza. Material ini dipilih karena tampilannya yang tembus pandang sehingga dapat mempertegas sambungan-sambungan jahitan pada bojagi. Tema dan warna mengacu pada fashion trend 2012/2013, hal ini dikarenakan produk yang dibuat adalah produk fashion. 1.1 Bojagi Bojagi adalah kain pembungkus yang dibuat untuk melindungi sekaligus menghiasi isi dalamnya. Kain digunakan untuk menutupi barang-barang berharga seperti tempat tidur, meja dan makanan. Hal ini sudah menjadi kelangsungan hidup mereka selama berabad-abad. Pembungkus berbentuk kotak dan persegi panjang sehingga dapat dilipat guna menyimpan barang agar lebih ringkas dikarenakan rumah-rumah di Korea memiliki ruang yang kecil. Selain itu, kain pembungkus digunakan juga sebagai dekorasi, ritual keagamaan dan sebagai simbolis. Pembungkus kain sudah digunakan secara umum oleh Keluarga Raja dan rakyat biasa sejak akhir abad ke 14. Kegiatan membuat bojagi merupakan seni rakyat (folk art) yang dipraktekkan oleh wanita dari semua kelas sosial dan merupakan kain berharga yang kerap kali dipertahankan sebagai warisan keluarga. Tradisi membuat dan menggunakan bojagi didirikan semasa Dinasti Chosun, 1392-1910. Kaum wanita Korea kelas atas jarang meninggalkan gerbang kompleks keluarga. Wanita yang telah menikah pergi untuk tinggal bersama sanak saudara dari suaminya dan jarang sekali untuk bisa bertemu kembali dengan sanak keluarganya. Anak-anak perempuan diajari menjahit sejak umur sepuluh tahun. Di masa dewasa, pekerjaan menjahit menjadi pengusir kehidupan monoton para wanita yang diasingkan dan dapat memberikan kesempatan mereka sebagai media untuk berekspresi kreatif. Walaupun merasa sendiri dan terisolasi, para ibu rumah tangga Korea melakukannya untuk menentukan kebahagiaan di masa depan melalui simbolisme yang ia letakkan pada pekerjaan menjahitnya (Lee, 2010: 2). Bojagi dibedakan kedalam dua kategori utama dari kain pembungkus. Jenis pertama adalah kungbo. Kungbo adalah kain mewah-bersulam yang dibuat untuk Keluarga Raja; kain ini biasanya bukan dibuat dari potongan-potongan melainkan dibuat dari satu kain saja menggunakan kain sutera ringan. Jenis kain kedua adalah minbo. Minbo adalah kain yang digunakan oleh rakyat biasa, seringkali dibuat dari potongan-potongan kain atau patchwork (chogakbo atau jogakbo) dan sering dihias dengan bordir, block printing maupun block painting (Lee, 2010: 4) Gambar 1. Bojagi kuno dibuat pada abad 1800-1900 (Sumber: http://media.vam.ac.uk/media/thira/collection_images/2006bf/2006bf1794_jpg_ds.jpg, 30 Mei 2012, 02:48 WIB)
Gambar 2. Potongan sisa kain yang dibentuk menjadi bojagi (Sumber: http://www.gms.pe.kr/jasu/bojagi/jokak.jpg, 30 Mei 2012, 03:02 WIB) 1.2 Jogakbo- Patchwork Bojagi Jogakbo atau chogakbo adalah bojagi yang dibuat dari potongan-potongan kain (patchwork), mengacu juga kepada mosaic cloth. Jogakbo berasal dari kata Jogak yang berarti potongan-potongan dan bo yang berarti kain. Jogakbo biasanya dibuat dari potongan-potongan sutera atau rami kecil dan dijahit tangan dengan cara triple-encased seam; tunjangan jahitan kecil pertama kali dijahit, lalu digunting, dilipat ke arah berlainan dan dijahit; lalu lipat kembali untuk dijahit ke-tigakalinya, meninggalkan punggungan yang terangkat. Punggungan ini dapat dibiarkan di dalam, atau mungkin ditinggalkan di luar sebagai elemen tekstur. Baris yang terangkat ini meningkatkan unsur-unsur warna dan tekstur desain jogakbo. Kegiatan membuat jogakbo dengan menggunakan sisa-sisa sutera dan rami dipandang sebagai tindakan simbolis untuk memperpanjang hidup. Beberapa pusaka bojagi terdiri dari sebanyak tiga ratus kepingan kecil. (Lee, 2010: 6) Jogakbo adalah jenis kain bojagi yang paling berkarakter karena terbuat dari potongan-potongan kain dengan berbagai macam bentuk geometris abstrak dan harmonisasi warna yang menyusunnya. Gambar 3. Patchwork Jogakbo, Indigo-Dyed Ramie Joseon Dynasty, L = 98 cm W =100 cm (Sumber: http://www.mingeikan.or.jp/english/assets/images/11-joseon-dynasty-korea.jpg, 08 April 2012, 14:19 WIB) I.3 Warna-warna pada Bojagi Warna adalah komponen paling utama pada pembuatan suatu karya, begitu juga pada pembuatan bojagi beserta komposisi dan simboliknya. Pada contoh sejarah, warna-warna merah, biru, netral atau hitam adalah warna yang sering digunakan pada desain atau pola yang berulang. Tidak ada desain atau pola tradisional tertentu. Material-material disusun secara bersamaan kedalam bentuk potongan-potongan. Jogakbo berwarna halus dibuat dengan kain kasar seperti rami, sedangkan jogakbo berwarna cerah dibuat dari kain kasa-seperti sutra, satin atau wol. (Lee, 2010: 8) I.4 Teknik Jahitan bojagi (jogakbo)
Patchwork bojagi (jogakbo) memilik jahitan sambungan yang beragam jenisnya. Terdapat diantaranya empat jenis teknik jahitan bojagi yaitu gamchimgil (whip-stitched jogakbo), ssamsol (flat fillet jogakbo), tongsol (french seam jogakbo) dan kekki (triple stitched jogakbo). 1. Gamchimgil (Whip-Stitched Jogakbo) Gamchimgil (whip-stitched jogakbo) merupakan jahitan lipatan sederhana diimana memiliki tepiannya terlihat kasar atau mentah. Ketika dibuat dari kain yang tipis, lipatannya akan terlihat melalui lapisan-lapisan dan menjadikannya sebuah elemen desain tersendiri. Gambar 4. Bojagi gamchimgil oleh Bokhee Lee, 20cmx20cm (Sumber: Lee, 2010: 93) 2. Ssamsol (Flat Fillet Jogakbo) Ssamsol merupakan teknik jahit patchwork bojagi (jogakbo) yang dibuat dengan tangan ataupun mesin untuk menciptakan sebuah lipatan datar yang dapat dibalik. Gambar 5. Ssamsol oleh Sora Lee (Sumber: Lee, 2010: 98) 3. Tongsol (French Seam Jogakbo) Tongsol merupakan teknik jahit patchwork bojagi (jogakbo) yang lebih kontemporer. Lipatan atau keliman dimensionalnya yang tertutup akan menambah suatu permukaan yang menarik dalam setiap karyanya. 4. Kekki (Triple Stitched Jogakbo) Gambar 6. Tongsol dua lapis oleh Chunghie Lee (Sumber: Lee, 2010: 101) Meskipun teknik jahit ini tergolong jahitan padat karya dalam teknik patchwork bojagi (jogakbo), hal ini menjadi nilai tambah dalam keterampilan membuat bojagi. Garis lipatan yang tegas dapat menjadi elemen dimensional dalam desain yang dikerjakan dimana mengarah kepada berbagai kemungkinan yang menarik.
Gambar 7. Kekki bojagi (Sumber: http://wabisabiart.blogspot.com/2009/12/pojagi.html, 25 April 2012, 07:46 WIB) 2. Proses Kreatif Pada proses kreatif dilakukan pencarian tema, warna dan bentuk yang akan diaplikasikan pada karya yang dibuat. Tema dan warna yang mengacu pada fashion trend 2012/2013 karena produk yang dibuat merupakan produk fashion berupa pakaian. Sedangkan bentuk-bentuk yang diaplikasikan pada karya ini berangkat dari bentuk geometris seperti susunan batu bata, mosaic serta lukisan karya Paul Klee dan Piet Mondrian. 2.1 Tema Tema merupakan hal yang berpengaruh pada pembuatan suatu karya. Hal ini dikarenakan sebuah tema memliki ciri khas tersendiri pada karya yang dibuat melalui olahan visual. Tema yang diangkat pada karya ini adalah Geometric Diaphanous. Geometric Diaphanous merupakan perpaduan bentuk-bentuk geometris dengan sebuah media yang ringan dan tembus pandang sehingga menampilkan kesan tenang, sederhana dan damai. Tema ini berkaitan dengan eksplorasi yang dilakukan pada karya yang dibuat yaitu potongan-potongan kain berbentuk geometris dengan menggunakan kain ringan yaitu silk organza. Berikut adalah konsep visual dengan tema Geometric Diaphanous yang ditafsirkan melalui beberapa image board yang representatif. Gambar 8. Purity white (Sumber: Tirensia,2012)
Gambar 9. Fresh Ocean (Sumber: Tirensia,2012) Gambar 10. Serene Lake (Sumber: Tirensia,2012) Gambar 11. Nostalgia with Klee and Mondrian (Sumber: Tirensia,2012) 2.2 Segmentasi Pasar Setiap karya kriya tidak hanya mengandalkan estetika saja namun juga harus memperhatikan fungsi dari karya yang dibuat. Karya ini akan dijadikan sebagai lembaran tekstil yang memiliki nilai fungsi dimana fungsi tersebut merupakan sebuah produk fashion. Produk fashion yang dibuat meliputi pakaian kasual seperti blouse, vest dan dress. Terkait dengan fungsinya, karya ini memiliki segmentasi pasar yang ditujukan kepada wanita kalangan menengah keatas berusia 20-28 tahun yang menyukai mode, memiliki gaya hidup tinggi namun masih menyukai dan membutuhkan ketenangan di sela-sela waktunya, berpendidikan, kreatif, unik, percaya diri dan berkepribadian sederhana. Pakaian yang dibuat dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam mengunjungi berbagai macam acara seperti acara musik, seni, film maupun jamuan pesta.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Pengerjaan karya ini menghasilkan berbagai macam eksplorasi desain motif, kain dan pakaian yang dilakukan selama proses eksperimen. Eksplorasi dibuat beragam guna menghasilkan karya yang unik namun tetap sesuai pada konsep. 3.1 Eksplorasi Eksplorasi yang dilakukan pada tugas akhir ini meliputi penelitian, pencarian sumber data melalui buku maupun internet dan eksperimen teknik guna menghasilkan berbagai eksplorasi bojagi yang dikehendaki. Pada proses eksperimen dilakukan beberapa teknik pendukung seperti hand-stitched, bordir dan lain-lain guna menambah aksen pada karya yang dibuat. Gambar 12. Eksperimen kain pada material silk organza dan teknik pendukung hand-stitched 3.2 Sketsa Produk Sketsa produk yang dibuat disesuaikan dengan tema pakaian yang dibuat. Pakaian yang dibuat difungsikan sebagai pakaian semi-formal untuk menghadiri berbagai acara seperti jamuan pesta, acara music, film ataupun seni. Gambar 13. Sketsa produk (Tirensia, 2012) 3.3 Hasil Produk Produk yang dihasilkan adalah produk fashion berupa pakaian. Pakaian yang dibuat berupa vest, blouse dan dress untuk acara semi- formal.
Gambar 14. Hasil Produk (Tirensia, 2012) 4. Kesimpulan Bidang tekstil memiliki perkembangan yang cukup pesat sama halnya dengan bidang fashion yang bahkan setiap saat memiliki tren baru. Dengan pesatnya perkembangan di dua bidang tersebut, tentunya membuat para pelaku atau pekerja di dunia tekstil dan fashion dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membuat karya agar karya tersebut memiliki keunggulan dan eksklusifitas sendiri dibanding karya atau produk lainnya. Bojagi pada umumnya digunakan sebagai kain pembungkus benda-benda baik benda biasa maupun benda berharga. Selain itu untuk keperluan sehari-hari, bojagi digunakan untuk acara keagamaan, acara pernikahan, kain pembungkus makanan dan dekorasi rumah. Masih jarang ditemukan fungsi bojagi yang digunakan sebagai pakaian. Dari eksplorasi bojagi ini, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Jenis bojagi yang paling berkarakteristik adalah bojagi-jogakbo karena terbuat dari potongan-potongan kain yang membentuk berbagai macam bentuk geometris abstrak dan harmonisasi warna yang menyusunnya 2. Bojagi-jogakbo memiliki tampilan yang berbeda dengan patchwork pada umumnya. Sambungan jahitan yang timbul menegaskan gabungan antar satu kain ke kain lainnya. Hal ini tentunya membuat tampilan bojagi memiliki suatu keunggulan tersendiri terlebih jika dibandingkan dengan patchwork pada umumnya 3. Eksplorasi bojagi dipilih untuk diaplikasikan pada produk fashion, mengingat fashion merupakan suatu hal yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup bahkan kebutuhan. Para penikmat fashion tentunya selalu mencari keunikan pada setiap produk yang dipakainya 4. Pakaian yang dibuat adalah pakaian yang dirancang untuk menghadiri acara-acara khusus dan disesuaikan dengan iklim tropis. Oleh karena itu bahan yang digunakan adalah silk organza agar terlihat lebih formal dan nyaman untuk dipakai 5. Silk organza dipilih karena bahannya tidak mudah bergeser ketika dijahit. Selain itu sambungan jahitan bojagi dapat terlihat lebih jelas dan tegas 6. Dibutuhkan keterampilan dan keahlian menjahit dalam pengerjaan bojagi (jogakbo). Selain itu kemampuan untuk mengatur komposisi warna dan bentuk juga perlu diperhatikan dalam mengerjakan bojagi. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya dalam Mata Kuliah Tugas Akhir Program Studi Sarjana Kriya FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh Dra. Ratna Panggabean, M.Sn.
Daftar Pustaka Edwards, Clive. 2009. How to Read Patterns- A Crash Course in Textile Design. Sussex: Page One Publishing Pte Ltd. Holland, Nina. 1978. Pictorial Quilting. London: Barnes. Im, Sung-Kyung; Myung- Sook Han. 2002. History and Design of Nineteenth-CenturyMinpos, Korean Commoner swwrapping Cloths- Focused on Supo. Korea: The International Journal of Costume Culture. Knight, Lorna. 2008. The Sewing Stitch and Textile Bible. Singapore: Page One Publishing Pte Ltd. Lee, Chunghie. 2010. Bojagi and Beyond. Providence, RI: Beyond & Above. Mackenzie. 2010. Ism- Understanding Fashion. New York: Universe Publishing.