BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyalurkannya kembali kepada masyarakat, pengusaha (enterpreneur) untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan pada Kantor Pelayanan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

SYARAT DAN KETENTUAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi sebagai dampak krisis ekonomi global. tahun 2008 mencapai (dua belas ribu) per dollar Amerika 1).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana resiko suatu bisnis, kredit bermasalah merupakan bagian

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

Menimbang : a. Mengingat : Peraturan...

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

Puji Lestari Penanganan Kredit Macet Pada PT.Bank Pengkreditan Rakyat Nusantara Bona Pasogit 19 Depok

EVALUASI PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALKAN NON PERFORMING LOAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

KERANGKA PEMIKIRAN III.

g. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. h. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukm normatife-terapan, karena didalam pelaksanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan bank dan semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fdusia di PT Bank Perkreditan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 57 TAHUN 2015

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Pelelangan Jaminan atas pembiayaan bermasalah pada Bank. Syariah Mandiri Kantor Cabang Pasar Aur Kuning Bukittinggi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

Transkripsi:

41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Mlati Kredit bermasalah adalah semua kredit yang memiliki resiko tinggi karena debitur telah gagal atau menghadapi masalah dalam memenuhi kewajiban yang telah ditentukan. Kredit bermasalah dapat diartikan suatu keadaan kredit dimana debitur sudah tidak sanggup membayar sebagian atau keseluruhan kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan, atau telah ada suatu indikasi potensial bahwa sebagian maupun keseluruhan kewajibannya tidak akan mampu dilunasi debitur. Berdasarkan tingkat risiko, Kredit Dalam Pengawasan Khusus (KDPK) dibedakan menjadi: (1) Kredit dengan kolektibilitas dalam perhatian khusus (special mention), dan (2) Kredit bermasalah dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet (non-performing loan). Deteksi atas kredit bermasalah, khususnya KUR dapat dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan sistem pengenalan dini yaitu berupa daftar kejadian atau gejala yang diperkirakan dapat menyebabkan suatu pinjaman berkembang menjadi kredit bermasalah. Karena setelah pelaksanaan realisasi kredit dan berjalannya waktu, kualitas suatu kredit dapat berubah dari 41

42 kolektibilitas lancar menjadi kredit yang perlu perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, atau bahkan kredit macet. Pendekatan praktis yang dilakukan oleh pihak BRI Kantor Cabang Mlati dalam melakukan pengelolaan kredit bermasalah adalah dengan secara dini mendeteksi potensi timbulnya kredit bermasalah sehingga makin banyak peluang alternatif koreksi bagi pihak BRI Kantor Cabang Mlati dalam mencegah timbulnya kerugian sebagai akibat pemberian kredit yang akan mempengaruhi kualitas dari Aktiva Produktif. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan berikut ini adalah contoh kasus kredit bermasalah di bank BRI kantor Cabang Mlati: Nasabah 1 Bahwa pada tanggal 2 April 2014 telah terjadi Perjanjian Kredit antara Rudianto beralamat beralamat di Sinduadi Mlati Sleman, jenis usaha pekerjaan pedagang PKL Lapak Malioboro berjualan baju dengan BRI Cabang Mlati. Isi perjajian bahwa BRI Cabang Mlati memberikan pinjaman kredit sebesar 100.000,000,- yang akan diangsur selama 2 tahun sebesar Rp. 5.166.700,-/bulan dengan jatuh tempo tanggal 2 April 2016. Angunan yang dijaminkan: BPKB Mobil Masda, dan 2 BPKB Motor Honda Vario, minerva. Dalam prosesnya Sdr Rudianto mengalami kredit macet sebesar : Rp. 10.333.000,-. Faktor yang menyebabkan kredit macet adalah Cas Flow menurun, persaingan usaha menyebabkan keuntungan menurun dan pemindahan lahan parkir malioboro yang mempengaruhi pendapatan dari

43 kreditur. Usaha dari pihak bank: Pihak bank menagih kreditur, diberi janji akan melunasi pada 2 minggu kedepan Nasabah 2 Bahwa pada tanggal 27 Juni 2014 telah terjadi Perjanjian Kredit antara Fajar Prastowo beralamat beralamat di Sinduadi Mlati Sleman, jenis usaha pedagang brambang dengan BRI Cabang Mlati. Isi perjajian bahwa BRI Cabang Mlati memberikan pinjaman kredit sebesar 100.000,000,- yang akan diangsur selama 3 tahun sebesar Rp. 3,777,800,-/bulan dengan jatuh tempo tanggal 27 Juni 2016. Angunan yang dijaminkan: Sertifikat Tanah. Dalam prosesnya Sdr Rudianto mengalami kredit macet sebesar : Rp. 52.889.200,-. Sehingga digolongkan sebagai kredit diragukan. Faktor yang menyebabkan kredit macet adalah Cas Flow menurun dan debitur ingin menganti usahanya, dikarenakan jenis usaha perdagangan hasil bumi kurang menguntungkan bagi nasabah. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Rusminy Deviyanti selaku AMP Bidang Kredit upaya-upaya untuk penyelamatan dan/ atau penyelesaian kredit bermasalah tersebut di atas khususnya KUR di BRI Kantor Cabang Mlati melakukan upaya restrukturisasi dan penyelesaian, pola-pola restrukturisasi kredit adalah sebagai berikut:

44 1. Penjadwalan Ulang (PUL) Penjadwalan Ulang (untuk selanjutnya disingkat PUL) adalah penetapan kembali jangka waktu kredit dan jumlah angsuran bulanan atas sisa kredit dan/atau penetapan pembayaran angsuran atas tunggakan yang ada dari kredit bermasalah dan/atau mempunyai potensi bermasalah yang meliputi Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman (PUSP) dan Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan (PUST). Biasanya diberikan kepada debitur yang bermasalah dan menunjukkan itikad baik untuk menyelesaikan kredit. Kebijakan : a. Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman (PUSP) Jumlah sisa pokok kredit dijadwalkan kembali masa angsurannya. PUSP I = masa angsuran tetap sama dengan ketentuan pada Perjanjian Kredit (sehingga nilai angsurannya menjadi lebih besar). PUSP II= masa angsuran ditambah sehingga menjadi lebih panjang dari ketentuan sebelumnya (untuk menekan nilai angsuran agar tidak terlalu besar). b. Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan (PUST) Sisa tunggakan kewajiban (tunggakan pokok dan tunggakan bunga) yang ada dijadwalkan kembali dan dibayar secara angsuran, sedangkan sisa saldo pinjaman pokok kredit tetap berjalan sesuai Perjanjian Kredit, sehingga debitur mempunyai 2 macam angsuran : angsuran regular dan angsuran tunggakan.

45 Untuk PUSP, tunggakan bunga dan denda harus dilunasi oleh debitur, sedangkan untuk PUST, denda harus dilunasi oleh debitur. Dimungkinkan dapat diberikan keringanan/diskon tunggakan bunga dan/atau denda sesuai ketentuan yang berlaku, sepanjang debitur melunasi seluruh tunggakan dan/atau denda setelah diperhitungkan dengan keringanan/diskon yang diberikan. 2. Penundaan Pembayaran Kewajiban Kredit ( Grace Periode ) Merupakan keringanan yang diberikan kepada debitur dengan cara menunda pembayaran atas sejumlah kewajiban kredit untuk jangka waktu tertentu, sesuai hasil analisa kemampuan debitur. Biasanya diberikan kepada debitur yang masih mempunyai itikad baik, namun mengalami penurunan kemampuan membayar kewajiban kredit karena adanya musibah, misal: pemutusan hubungan kerja, bencana alam, kerusuhan, dan atau sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh bank. Kebijakan: a. Grace Periode Angsuran Adalah penundaan pembayaran angsuran dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan hasil analisa kemampuan debitur. Pada saat berakhirnya masa Grace Periode (jatuh tempo), terhadap akumulasi angsuran yang ditunda dimungkinkan dilakukan pembayaran dengan alternative sebagai berikut: 1) Dibayar sekaligus oleh debitur pada saat jatuh tempo masa Grace Periode.

46 2) Dilakukan penjadwalan ulang terhadap sisa pokok kredit (PUSP), sedangkan akumulasi bunga dilunasi pada saat jatuh tempo masa Grace Periode. 3) Dilakukan penjadwalan ulang terhadap angsuran yang ditunda, seperti PUST. b. Grace Periode Pokok Kredit Adalah penundaan pembayaran angsuran pokok kredit dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan hasil analisa kemampuan debitur, sedangkan bunga berjalan tetap dibayar. Pada saat berakhirnya masa Grace Periode (jatuh tempo), akumulasi pokok kredit yang ditunda dimungkinkan dilakukan pembayaran dengan alternative sebagai berikut : 1) Dilakukan pembayaran tunai sekaligus oleh Debitur. 2) ilakukan penjadwalan pembayaran terhadap sisa pokok (PUSP). c. Grace Periode Bunga Kredit Adalah penundaan pembayaran bunga kredit dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan hasil analisa kemampuan debitur, sedangkan pokok kredit jatuh tempo tetap dibayar tepat waktu setiap bulannya. Pada saat jatuh tempo masa Grace Periode, akumulasi bunga kredit yang ditunda dilakukan pembayaran dengan alternative sebagai berikut:

47 1. Dilakukan pembayaran tunai oleh debitur. 2. Dilakukan penjadwalan ulang terhadap bunga kredit yang ditunda seperti halnya PUST, sesuai dengan hasil analisa kemampuan debitur. 3. Grace Periode dapat diberikan dengan syarat tidak ada tunggakan bunga atau denda. 4. Apabila terdapat tunggakan bunga atau denda, maka harus dilunasi terlebih dahulu. 5. Dalam hal debitur tidak mampu melunasi tunggakan bunga dan denda dapat diberikan diskon tunggakan bunga dan denda sesuai ketentuan yang berlaku, dan atas sisa tunggakan bunga dan denda setelah diberikan diskon harus dilunasi. 3. Pengambil Alihan Aset Debitur (Set Off) Adalah pengalihan/konversi kredit (aktiva produktif) menjadi aktiva agunan yang diambil alih atau aktiva lain-lain. Biasanya diberikan kepada debitur yang sudah tidak ada tetapi nilai agunan/asset masih dapat melunasi seluruh kewajiban kredit. Kebijakan : 1. Penjualan agunan yang di set off sesuai Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 (Pasal 12A) serta Perubahannya, harus dicairkan selamba-lambatnya dalam

48 jangka waktu 1 (satu) tahun, sehingga terhadap agunan tersebut harus diyakini prospek pasarnya. 2. Set Off harus dilengkapi dengan akta penyerahan dan surat kuasa menjual dari debitur kepada bank. 3. Pemberian kebijakan ini merupakan wewenang direksi, untuk itu Kantor Cabang agar menyampaikan usulan/rekomendasinya kepada kantor Pusat C.q. DRPK. 4. Penjualan Agunan Adalah kesepakatan antara pihak Bank BRI dengan debitur bahwa untuk pelunasan kredit ditempuh dengan cara penjualan tunai atas agunan kredit. Kebijakan : a. Apabila debitur masih dapat dihubungi maka penetapan Harga Jual diserahkan kepada debitur sepanjang nilai seluruh kewajibannya dapat dipenuhi. b. Debitur di dalam memenuhi kewajibannya sehubungan dengan adanya penjualan tunai dimungkinkan untuk diberikan keringanan tunggakan bunga dan denda dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku. c. Penyelesaian Kredit Melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Sebelum proses Lelang Hak Tanggungan dilakukan oleh KPKNL, terlebih dahulu Kreditur memenuhi beberapa Persyaratan yang telah di atur

49 dalam Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (5) PERDIRJEN 03/2010, yaitu : 1) Salinan Perjanjian Kredit 2) Salinan Sertifikat Hak Tanggungan (SHT) dan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) 3) Fotocopy Sertifikat Hak Atas Tanah yang dibebani Hak Tanggungan 4) Foto copy perincian hutang Debitur 5) Foto copy Surat peringatan / Penyataan dari Kreditur yang menyatakan bahwa debitur wanprestasi 6) Foto copy surat pemberitahuan rencana pelaksanaan Lelang kepada Debitur 7) Daftar barang yang akan di Lelang 8) Surat permohonan Lelang dari kreditur kepada KPKNL 9) Surat keputusan penunjukan penjual Persyaratan diatas wajib dipenuhi oleh Kreditur sebelum pelaksanaan Lelang dilaksanakan, jika salah satu syarat tidak dipenuhi maka Lelang dianggap batal demi Hukum. Setelah persyaratan Lelang dipenuhi oleh Kreditur, maka selanjutnya KPKNL akan menetapkan hari dan waktu Lelang. Adapun proses penyelesaian debitur wanprestasi secara Lelang adalah sebagai berikut : a. Kreditur mengumumkan objek yang kan di Lelang kepada masyarakat umum sebanyak dua kali melalui selebaran dan media cetak dengan selang waktu 15 hari.

50 b. Dalam pengumuman tersebut dicantumkan harga limit Lelang dan uang jaminan penawaran Lelang. c. Uang jaminan penawaran Lelang ditetapkan minimal 20% atau sama dengan harga limit Lelang (Vide pasal 32 PMK 93/2010) d. Uang jaminan penawaran Lelang paling lambat disetor peserta Lelang ke rekening KPKNL 1 hari sebelum pelaksanaan Lelang e. Kreditur / Penjual dapat melakukan pembatalan Lelang terhadap objek Lelang sebelum pelaksanaan Lelang dilakukan jika debitur menyelesaikan tunggakan kredit dan atau melakukan pelunasan kredit (Vide pasal 24-28 PMK 93/2010) f. Penjual, Pejabat Lelang dan Peserta harus hadir di tempat Lelang pada saat pelaksanaan Lelang. g. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi di sahkan sebagai pemenang Lelang/Pembeli h. Pemenang Lelang harus melunasi harga Lelang paling lambat 3 hari kerja setelah ditetapkan sebagai pemenang Lelang i. KPKNL wajib menyerahkan risalah Lelang sebagai bukti kepada pemenang Lelang setelah harga Lelang dilunasi j. KPKNL menyetor hasil bersih Lelang kepada Kreditur untuk penyelesaian kredit atas Agunan yang telah terjual / laku Lelang k. Debitur yang Agunannya telah terjual wajib secara suka rela melakukan pengosongan dan meninggalkan Agunan tersebut

51 l. Bagi debitur yang tidak beritikad baik mengosongkan Agunan maka kreditur bersama KPKNL dan pemenang Lelang dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan Negeri Setempat Semua proses diatas hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 hari sehingga sangat efektif aman dan Legal secara hukum diterapkan di Bank BRI Kantor Cabang Mlati dalam rangka penyelesaian debitur Wanprestasi (debitur macet). Jika dibandingkan dengan metode penjualan Agunan debitur macet dengan surat kuasa menjual dan metode buy back. Pihak BRI Kantor Cabang Mlati selalu mengupayakan suatu kredit macet dapat diselesaikan dengan terlebih dahulu melakukan penyelamatan kredit melalui restrukturisasi karena hal ini dinilai lebih menguntungkan pihak bank daripada bentuk penyelesaian yang lainnya. Dengan dilakukannya restrukturisasi dan berhasil, maka akan mampu membuat kolektibilitas suatu kredit menjadi membaik dan itu berarti akan mengurangi persentase NPL di BRI Kantor Cabang Mlati yang secara otomatis akan menurunkan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). Pada saat NPL (Non-performing Loan) terbentuk bank harus menagihkan biaya cadangan khusus yang dibentuk berupa PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) untuk mengantisipasi potensi kerugian bank dan pada saat NPL (Non-performing Loan) berubah menjadi kredit dengan kolektibilitas yang lebih baik, biaya PPAP menjadi berkurang dan keuntungan bank menjadi bertambah. Biaya Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif setelah dikurangi nilai agunan sebagaimana ditentukan oleh Bank Indonesia dengan SK Direksi

52 Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 Nopember 1998 adalah sebagai berikut : a. 1% dari aktiva produktif dengan kolektibilitas kredit Lancar. b. 5% dari aktiva produktif dengan kolektibilitas kredit Dalam Perhatian Khusus. c. 15% dari aktiva produktif dengan kolektibilitas Kurang Lancar. d. 50% dari aktiva produktif dengan kolektibilitas Diragukan. e. 100% dari aktiva produktif dengan kolektibilitas Macet. Sedangkan penyelesaian kredit yang dilakukan melalui Parate Eksekusi yang dilaksanakan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) adalah merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh pihak BRI Kantor Cabang Mlati apabila kredit bermasalah tidak dapat diselesaikan dengan penyelamatan kredit melalui restrukturisasi. Dari hasil pembahasan di atas dapat kita lihat penyelesaian terhadap kredit bermasalah yang dilakukan oleh pihak BRI Kantor Cabang Mlati adalah bersifat non litigasi yaitu penyelesaian melalui organisasi intern bank (restrukturisasi) dan penyelesaian melalui saluran hukum (dilakukan oleh KPKNL). Penyelesaian melalui jalur litigasi jarang bahkan tidak pernah dipergunakan karena dinilai tidak menguntungkan baik pihak bank maupun pihak debitur oleh sebab biaya untuk proses litigasi cukup tinggi, membutuhkan waktu cukup lama, dan preventif untuk kelengkapan berkas.

53 B. Kendala dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada bank BRI Cabang Mlati Berdasarkan keterangan Bapak Dani Wira Raharja bagian AO Program BRI Kantor Cabang Mlati menyatakan bahwa Kendala dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat yang Macet Pada bank BRI Cabang Mlati adalah adanya kendala di Lapangan yaitu: 1. Persepsi/ pemahaman yang salah dari masyarakat terhadap KUR, dianggap dana dari pemerintah dan dijamin oleh pemerintah bukan merupakan kredit dari Bank. Hal ini mempengaruhi tingkat pengembalian (angsuran) dan kualitas KUR 2. Keharusan adanya Bank Indonesia Checking (SID) menghambat / memperlambat proses pelayanan KUR, mengingat masih banyak jaringan BRI yang ada dipelosok belum menggunakan sistem teknologi secara on line diusulkan untuk unit kerja tertentu BI Cheking digantikan dengan Surat Keterangan Lunas untuk dapat mempercepat pelayanan. 3. Adanya pemahaman / anggapan sebagian masyarakat bahwa KUR merupakan Kredit Tanpa Agunan atau bahkan bantuan / hibah 4. Moral Hazard calon debitur untuk memanfaatkan Program Penjaminan melalui KUR 5. Adanya panggapan KUR merupakan Kredit masal sehingga banyak dimanfaatkan oleh pihak tertentu.