PEDOMAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI

dokumen-dokumen yang mirip
29 Oktober Pertemuan

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mengandung makna kerjasama. Definisi koperasi Indonesia

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

2012, No.755 LAMPIRAN

Akuntansi Keuangan Koperasi

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset

BAB AKUNTANSI KOPERASI. orang-orang bukan kumpulan modal sehingga peranan anggota sama menentukan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian dari Usaha

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian UMKM menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2008, yaitu :

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

BAB 5. SISA HASIL USAHA PENGERTIAN SHU INFORMASI DASAR RUMUS PEMBAGIAN SHU PRINSIP-PRINSIP PEMBAGIAN SHU KOPERASI PEMBAGIAN SHU PER ANGGOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISA HASIL USAHA. Evan Purnama Ramdan

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah Koperasi Berasal dari bahasa asing co-operation ( co artinya

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

PENERAPAN SAK ETAP DALAM LAPORAN KEUANGA N PADA KOPERASI KARYAWAN PT. TATA BUSANA JAKARTA. Dwiyatmoko Pujiwidodo

Bab 1 Ruang Lingkup UKM.1. Hak Cipta 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Penyusunan Laporan Keuangan Pada Stars Auto Care 99 Periode Januari 2014

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Contoh laporan keuangan koperasi

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

ANALISIS KEPATUHAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI BERDASARKAN SAK ETAP

ANALISIS PENERAPAN SAK-ETAP PADA KOPERASI DI UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 13/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan transportasi pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang

SISA HASIL USAHA KOPERASI (SHU KOPERASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Edward, Tanujaya (2012)

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Koperasi Karyawan PT. ADIS PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012

LAMPIRAN A. 1.1 Data Responden. : Irwan Syafrudin. : Tax Accounting Manager. 1.2 Hasil Wawancara

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

PSAK 45. Dwi Martani Ketua Departemen Akuntansi FEUI Anggota Tim Implementasi IFRS

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) pada bulan Juli 2009.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

STRUKTUR DASAR AKUNTANSI BAB 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

merupakan KDPPLK (Kerangka Dasar Penyajian dan Pengukuran LK) untuk ETAP

Pelaporan Keuangan Organisasi Nir Laba (Pelaporan Keuangan Perguruan Tinggi) Oleh: Yanto,M.Acc.,Ak.

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk komunikasi bisnis sesuai dengan kebutuhan setiap pihak. Untuk

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN ANALISIS STATEMENT OF CASHFLOW UNTUK MENGEVALUASI KEMAMPUAN KOPERASI DALAM MENGHASILKAN KAS DAN SETARA KAS

f 2010 Debet Kredit April 2 Kas Simpanan Pokok

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

BAB 1 PENDAHULUAN. (2009), unit (2010) dan unit (2011). Di antaranya sekitar 26-27

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri

1. Entitas signifikan Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

SUMBER DANA KOPERASI. koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Transkripsi:

Salah satu indikator pengelolaan koperasi yang menjalankan prinsip akuntabilitas yang dilandasi transparansi dan kepatuhan sesuai dengan Pilar Pengelolaan Koperasi yang telah diuraikan dalam pertemuan sebelumnya, sekaligus upaya mewujudkan suatu keunggulan kompetitif organisasi secara berkelanjutan yang akan memperlancar jalan masa depan koperasi adalah melalui penyusunan laporan keuangan secara jujur, tertib dan wajar. Penyusunan laporan keuangan ini haruslah mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) agar terjadi keseragaman dalam penyajiannya. Di Indonesia, SAK disusun dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang secara garis besar akan konvergen dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari 2014. Standar akuntansi merupakan masalah utama akuntan dan semua pengguna laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, metode dan penyusunan standar harus diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kepuasan kepada semua pihak. Dalam materi pembelajaran kali akan diungkap Akuntansi Koperasi sebagai lanjutan dari penerapan prinsip-prinsip pengelolaan koperasi sebelumnya. Ini merupakan salah satu upaya dalam membangun, mengembangkan dan mewujudkan koperasi yang dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya, baik oleh anggota maupun masyarakat luas. PEDOMAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum dengan beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi haruslah dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya, baik oleh anggota pada khususnya maupun oleh masyarakat pada umumnya. Penyusunan laporan keuangan secara jujur, tertib dan wajar merupakan perwujudan dari penerapan prinsip tersebut.

Pada awalnya standar akuntansi yang digunakan mengacu pada standar akuntansi yang diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 27 (PSAK 27): Akuntansi Perkoperasian. Akan tetapi, pedoman ini kemudian dicabut pada 8 April 2011 melalui Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan 8 (PPSAK) tentang Pencabutan PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian. Alasan dari pencabutan tersebut karena dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional (International Financial Reporting Standard atau IFRS) yang mengakibatkan perlunya pencabutan SAK untuk suatu industri tertentu, dikarenanakan pengaturan akuntansi secara prinsip sudah ada dalam SAK yang mengacu ke IFRS. Pemerintah, melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, yang berperan dalam membangun dan mengembangkan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, telah mengatur suatu pedoman akuntansi koperasi, yaitu: 1. PermenKopUKM No. 12/Per/M.KUKM/ IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil 2. PermenKopUKM No. 13/Per/M.KUKM/ IX/2015 tentang Pedoman Akuntansi Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi 3. PermenKopUKM No. 14/Per/M.KUKM/ IX/2015 tentang Pedoman Akuntansi Usaha Simpan Pinjam dan Pembuataan Syariah oleh Koperasi Dalam materi ini akan dipaparkan pedoman umum untuk akuntansi koperasi sektor riil sebagai bahan pembelajaran memahami standar akuntansi koperais yang berlaku saat ini. PEDOMAN AKUNTANSI KOPERASI SEKTOR RIIL Koperasi sektor riil merupakan koperasi yang mempunyai kegiatan usaha di bidang jasa, usaha perdagangan dan usaha produksi. Ini memiliki karakteristik utama dimana: 1. Koperasi dibentuk oleh anggota atas dasar kepentingan ekonomi yang sama; 2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai kemandirian, kesetiakawanan, keadilan, persamaan dan demokrasi, tanggung jawab sosial serta kepedulian terhadap orang lain; 3. Koperasi didirikan, diatur, dikelola, diawasi serta dimanfaatkan oleh anggotanya; 4. Tugas pokok koperasi adalah melayani kebutuhan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota; 5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan kepada anggotanya maka kelebihan kemampuan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Yang harus dipahami, dalam keaktifan memanfaatkan pelayanan koperasinya, partisipasi anggota koperasi konsumen dalam bentuk aktif membeli barang/jasa kebutuhan konsumsi; anggota koperasi jasa dalam bentuk aktif memberikan jasa yang bukan merupakan barang jadi tidak untuk diperjualbelikan; anggota koperasi produsen dalam bentuk aktif membeli barang/jasa untuk kebutuhan input produksinya; dan anggota koperasi pemasaran dalam bentuk aktif menjual hasil produknya kepada koperasi untuk dipasarkan secara bersamasama dan atau melalui koperasi. Untuk itulah diatur Akuntansi Koperasi Sektor Riil sebagai suatu sistem pencatatan yang sistematis yang mencerminkan pengelolaan

koperasi sektor riil yang transparan dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai, norma dan prinsip koperasi dan tata kelola manajemen yang baik. Pedoman akuntansi ini mengatur perlakuan yang timbul dari hubungan pelayanan antara koperasi dengan anggotanya, transaksi antara koperasi dengan non anggota dan transaksi lain yang spesifik yang terjadi pada koperasi sektor riil. Transaksi koperasi dengan anggota merupakan hubungan khusus yang disebut hubungan pelayanan, sementara transaksi dengan non anggota disebut hubungan bisnis. Perlakuan akuntansi dari hubungan ini harus dipisahkan, karena harus mencerminkan implementasi prinsip, tujuan, dan fungsi koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat umum. Untuk itulah dalam laporan keuangannya perlu dikonsolidasikan sedemikian rupa, sehingga mencerminkan kondisi dan prestasi koperasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota dan berbisnis dengan non anggota. Yang harus dipahami, standar akuntansi yang dipakai bagi koperasi sektor riil yang tidak memiliki akuntabilitas publik, mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), sedangkan koperasi riil yang memiliki akuntabilitas publik, seperti yang telah menerbitkan surat utang koperasi, obligsi koperasi, menerima modal penyertaan dan koperasi yang membentuk badan hukum lain (Perseroan Terbatas), wajib menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Umum (SAK-Umum). Yang dimaksud Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) adalah entitas yang: 1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan 2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purposes financial statement) bagi pengguna eksternal -misalnya pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit. Sedangkan Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika: 1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau 2. Entitas menguasau aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Laporan keuangan merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus selama satu periode akuntansi, yang dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai hasil kerja pengelolaan koperasi. Ini merupakan bagian dari sistem pelaporan koperasi yang ditujukan untuk pihak internal maupun eksternal koperasi sektor riil. Untuk itu laporan keuangan harus dapat menyajikan: 1. Prestasi unit kegiatan koperasi sektor riil yang secara khusus bertugas memberikan pelayanan kepada para anggotanya selama satu periode akuntansi tertentu. 2. Prestasi unit kegiatan koperasi sektor riil yang secara khusus ditujukan untuk tujuan bisnis dengan non anggota selama satu periode akuntansi tertentu. 3. Informasi penting lain yang mempengaruhi keadaan keuangan koperasi jangka pendek dan jangka panjang.

Laporan keuangan yang diterbitkan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelum Rapat Anggota Tahunan (RAT) diselenggarakan, berupa: 1. Neraca 2. Perhitungan Hasil Usaha 3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Dalam penyajian laporan keuangan koperasi harus memperhatikan ketentuan karakteristik kualitatif SAK-ETAP sebagai berikut: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk dipahami oleh pengguna. 2. Relevan Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan dan membantu dalam melakukan evaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan. 3. Materialitas Informasi yang disajikan dalam jumlah yang cukup material. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan. Sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki sifat atau fungsi sejenis. Informasi dianggap material jika kelalaian untuk mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement) mempengaruhi keputusan yang diambil. 4. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias (jika dimaksudkan untuk mempengaruhi suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu). 5. Substansi mengungguli bentuk Transaksi dan peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. 6. Pertimbangan Sehat Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan asset atau penghasilan lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban lebih tinggi. 7. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan, karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukup jika ditinjau dari segi relevansi. 8. Dapat Dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar koperasi atau koperasi dengan badan usaha lain, untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 9. Tepat Waktu Informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan.

. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal. Contoh Laporan Keuangan Neraca Koperasi Sektor Riil KOPERASI NERACA posisi ASET 20XX 20XX KEWAJIBAN & EKUITAS 20XX 20XX I.1 ASET LANCAR II.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK I.1.1 Kas II.1.1 Simpanan Anggota I.1.2 Bank Simpanan Sukarela I.1.3 Surat Berharga Simpanan Berjangka I.1.4 Piutang Usaha II.1.2 Dana-dana SHU I.1.5 Persediaan II.1.3 Utang Usaha I.1.6 Biaya Dibayar Di Muka II.1.4 Utang Bank I.1.7 Pendapatan Yang Masih II.1.5 Utang Jangka Pendek Lain Harus Diterima II.1.6 Beban yang masih harus I.1.8 Uang Muka dibayar I.1.9 PPh Dibayar Di Muka II.1.7 Pendapatan Diterima Di I.1. Aset Lancar Lain Muka JUMLAH ASET LANCAR JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK I.2 ASET TIDAK LANCAR II.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG I.2.1 Investasi Jangka Panjang II.2.1 Utang Bank I.2.2 Properti Investasi II.2.2 Kewajiban Imbalan Pasca I.2.3 Akumulasi Penyusutan Kerja Properti Investasi II.2.3 Kewajiban Jangka Panjang I.2.4 Aset Tetap Lain I.2.4.1 Tanah Modal Penyertaan!.2.4.2 Bangunan I.2.4.3 Mesin, Kendaraan & Peralatan Pabrik JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG III.1 EKUITAS I.2.4.4 Inventaris & Peralatan III.1.1 Simpanan Pokok Kantor III.1.2 Simpanan Wajib I.2.4.5 Akumulasi Penyusutan Aset III.1.3 Hibah Tetap III.1.4 Cadangan I.2.5 Aset Tidak Berwujud III.1.5 SHU Tahun Berjalan I.2.5.1 Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud I.2.6 Aset Tidak Lancar Lain JUMLAH ASET TIDAK LANCAR JUMLAH EKUITAS JUMLAH ASET JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS

SISA HASIL USAHA UU No 25 Tahun 1992 Pasal 45 telah mengatur Sisa Hasil Usaha (SHU) dimana: 1. Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 2. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. 3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota. Lebih detail dalam PermenKopUKM No. 12/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil menjelaskan bahwa SHU adalah penjualan barang/jasa sebagai pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu periode akuntansi dikurangi dengan biaya operasional, penyusutan dan biaya-biaya lain, termasuk pajak dalam satu periode akuntansi bersangkutan. SHU setelah dikurangi dengan cadangan pengembangan usaha dibagikan kepada anggota, pengurus, pengawas, karyawan dan pembagian lainnya sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga seperti dana pendidikan anggota dan dana pembangunan daerah. Dalam hal jumlah pembagian SHU telah diatur dengan jelas, maka bagian SHU yang bukan menjadi hak koperasi, diakui sebagai kewajiban lancar setelah mendapat persetujuan rapat anggota tahunan. Bagian SHU yang merupakan hak koperasi diakui sebagai cadangan dan merupakan ekuitas koperasi. Apabila jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas, maka SHU dicatat sebagai SHU tahun berjalan serta harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Perhitungan Hasil Usaha adalah laporan yang menggambarkan hasil usaha koperasi dalam satu periode akuntansi. Penyajian akhir dari perhitungan hasil usaha disebut SHU. Ini bukan semata-mata mengukur besaran laba melainkan juga menggambarkan pelayanan kepada anggota dan transaksi bisnis dengan non anggota. Terkait dengan pembagian SHU, Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001) memberikan beberapa prinsip-prinsip pembagian SHU sebagai berikut: 1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota. Pada hakikatnya, SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota, melainkan dijadikan sebagai cadangan koperasi. Dalam kasus koperasi tertentu, bila SHI yang bersumber dari non anggota cukup besar, maka rapat anggota dapat menetapkannya untuk dibagi secara merata sepanjang tidak membebani likuiditas koperasi. Oleh karena itu, langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memilahkan yang bersumber dari hasil transaksi usaha dengan anggota dan yang bersumber dari non anggota.

2. SHU Anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota. Dari SHU bagian anggota harus ditetapkan berapa persentase untuk jasa modal misalkan 30% dan sisanya sebesar 70% untuk jasa transaksi usaha. Sebenarnya belum ada formula baku mengenai penentuan proporsi jasa modal dan jasa transaksi usaha, tetapi hal ini dapat dilihat dari struktur permodalan koperasi itu sendiri. Apabila total modal koperasi sebagian besar bersumber dari simpanan anggota (bukan donasi ataupun dana cadangan) maka disarankan agar proporsinya terhadap pembagian SHU bagian anggota diperbesar, tetapi tidak akan melebihi 50%. Hal ini perlu diperhatikan untuk tetap menjaga agar karakter koperasi itu sendiri, dimana partisipasi usaha masih lebih diutamakan. 3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, dan pendidikan dalam proses demokrasi. 4. SHU anggota dibayar secara tunai. SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya. SHU yang diterima oleh anggota bersumber dari 2 (dua) kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu: 1. SHU Atas Jasa Modal Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik maupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan. 2. SHU Atas Jasa Usaha Jasa ini menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan. SHU Koperasi dibagi sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi itu sendiri, umumnya dapat terdiri dari: 1. Cadangan Koperasi 2. Jasa Anggota 3. Alokasi Pengurus 4. Alokasi Pendidikan Anggota 5. Alokasi Sosial 6. Alokasi Pembangunan Lingkungan/Daerah Komponen di atas bukanlah aturan baku yang harus diikuti. Setiap koperasi dapat menentukan sendiri komponen untuk ditetapkan dalam Anggaran Dasar yang disepakati oleh Rapat Anggota, termasuk alokasi proporsi kuantitatif masing-masing komponen. Untuk menghitung pembagian SHU per Anggota dapat digunakan rumus (Sitio & Tamba, 2011):

SHU pa = SHU Jasa Usaha Anggota + SHU Jasa Modal Anggota SHU pa = Va VUK x JUA + Sa TMS x JMA SHU Usaha per anggota = Va VUK x JUA SHU Modal per anggota = Sa TMS x JMA Keterangan: SHU pa = SHU per Anggota Va = Volume [Usaha] Anggota VUK = Volume Usaha Koperasi JUA = Jasa Usaha Anggota Sa = Simpanan Anggota TMS = Total Modal Simpanan JMA = Jasa Modal Anggota Contoh Laporan Keuangan Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Sektor Riil KOPERASI PERHITUNGAN HASIL USAHA posisi URAIAN 20XX 20XX PENDAPATAN Pelayanan Bruto Anggota Beban Pokok Pelayanan Anggota PELAYANAN NETO ANGGOTA (a) PENDAPATAN DARI NON ANGGOTA Penjualan pada Non Anggota Beban Pokok Penjualan Non Anggota LABA RUGI NON ANGGOTA (b) SHU KOTOR (a+b) BEBAN OPERASIONAL Beban Usaha Beban Administrasi & Umum Beban Perkoperasian TOTAL BEBAN OPERASIONAL (c) SHU OPERASIONAL ([a+b]-c)

PENDAPATAN & BEBAN LAIN Pendapatan Lain Beban Lain SHU SEBELUM BUNGA & PAJAK Beban Bunga SHU SEBELUM PAJAK Pajak Penghasilan SHU SETELAH PAJAK DAFTAR BACAAN Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan 8. Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta, 8 April 2011 Mahkamah Konstitusi. Risalah Sidang Perihal Pengujian UU No. 17 Tahun 1992, dan Pengujian UU No. 28 Tahun 2009 tentang Perkoperasian. Acara Pengucapan Putusan. Mahkamah Konstitusi Indonesia. Jakarta, 28 Mei 2014 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 12/Per/M. KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor Riil Sitio, Arifin & Tamba, Halomoan (2001). Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Erlangga. ISBN 979-688-174-8

CONTOH SOAL PERHITUNGAN 1. Diketahui data-data akun dari Koperasi WEPE MANDIRI berikut ini: URAIAN 30 Sept 2015 30 Sept 2014 Pelayanan Bruto Anggota 24.568.2 20.875.174 Beban Pokok Pelayanan Anggota (6.192.014) (3.017.843) Penjualan pada non anggota.397.301 4.075.963 Beban Pokok Penjualan (2.016.835) (982.650) Beban Usaha 1.067.034 1.527.561 Beban Administrasi dan Umum 367.094 1.678.230 Beban Perkoperasian 9.023.185 15.783.900 Pendapatan Lain 182.089 12.530.891 Beban Lain (762.012) (9.567.083) Beban Bunga (3.674) (730.821) Pajak Penghasilan (924.519) (251.636) Buatlah laporan PERHITUNGAN HASIL USAHA berdasarkan data-data tersebut! JAWABAN PERHITUNGAN HASIL USAHA KOPERASI WEPE MANDIRI Posisi 30 Sept 2015 & 2014 URAIAN 30 Sept 2015 30 Sept 2014 PENDAPATAN Pelayanan Bruto Anggota 24.568.2 20.875.174 Beban Pokok Pelayanan Anggota (6.192.014) (3.017.843) Pelayanan Neto Anggota (a) 18.376.088 17.857.331 Pendapatan dari Non Anggota Penjualan pada non anggota.397.301 4.075.963 Beban Pokok Penjualan (2.016.835) (982.650) Laba/Rugi Non Anggota (b) 8.380.466 3.093.313 SHU KOTOR (a+b) 26.756.554 20.950.644 BEBAN OPERASIONAL Beban Usaha 1.067.034 1.527.561 Beban Administrasi dan Umum 367.094 1.678.230 Beban Perkoperasian 9.023.185 15.783.900 Total Beban Operasional (c).457.313 18.989.691 SHU OPERASIONAL ((a+b)-c) 16.299.241 1.960.953

PENDAPATAN & BEBAN LAIN Pendapatan Lain 182.089 12.530.891 Beban Lain (762.012) (9.567.083) SHU Sebelum Bunga & Pajak 15.719.318 4.924.761 Beban Bunga (3.674) (730.821) SHU SEBELUM PAJAK 15.408.644 4.193.940 Pajak Penghasilan (924.519) (251.636) SHU SETELAH PAJAK 14.484.125 3.942.304 2. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, Rapat Anggota Tahunan sepakat membagi SHU 2015 tersebut dengan komposisi pembagian sebagai berikut: Cadangan Koperasi 30% Jasa Pelayanan Anggota 25% Jasa Modal Anggota 20% Alokasi Pendidikan Anggota % Alokasi Sosial % Alokasi Pengurus 5% Hitunglah alokasi SHU-nya berdasarkan data dari no. 1! JAWABAN Komposisi SHU sesuai AD Koperasi WEPE MANDIRI: Cadangan Koperasi 30% 4.345.238 Jasa Pelayanan Anggota 25% 3.621.031 Jasa Modal Anggota 20% 2.896.825 Alokasi Pendidikan Anggota % 1.448.413 Alokasi Sosial % 1.448.413 Alokasi Pengurus 5% 724.206 14.484.125 3. Dalam Anggaran Dasar Koperasi ditetapkan bahwa Cadangan Koperasi, selain diambil dari komposisi SHU, juga diambil dari hasil transaksi non anggota. Hitunglah berapa total Cadangan Koperasi WEPE MANDIRI berdasarkan hasil dari no. 1 & 2! JAWABAN Cadangan Koperasi = Transaksi Non Anggota + Alokasi SHU = 8.380.466 + 4.345.238 = 12.275.704

4. Berikut ini adalah perincian transaksi dari para anggota koperasi WEPE MANDIRI: Nama Anggota Total Simpanan Pelayanan Usaha Tuan Pewe 1.0.000 5.512.826 Nona Wupi 8.850.000 4.594.022 Nyonya Powi 800.000 3.675.218 Tuan Piwe 500.000 1.837.609 Nona Wapo 700.000 1.837.609 Nyonya Piwe 19.350.000 918.804 Hitunglah berapa SHU yang diterima oleh tiap-tiap anggota, berdasarkan komposisi SHU pada soal no. 1 dan 2! JAWABAN SHU yang diterima oleh tiap-tiap anggota sebagai berikut: Tuan Pewe SHU Modal Tuan Wepe = 1.0.000 31.300.000 = 1.805 x 2.896.825 SHU Usaha Tuan Wepe = 5.512.826 18.376.088 x 3.621.031 = 1.086.309 Total SHU Tuan Wepe = 1.805 + 1.086.309 = 1.188.115 Untuk anggota lainnya, ayo silakan dihitung sendiri ya... A