BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dalam bentuk deret waktu (time series) 5,5 tahun, yaitu tahun juni 2015.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dasarnya menghasilkan hasil analisis dengan numeric (angka) yang akan diolah

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

METODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (timeseries) yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi Anggaran Pertahanan di Indonesia, yaitu :

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

BAB III METODE PENELITIAN. Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode Hal-hal

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB III METODE PENELITIAN. menguji hipotesa penelitian. Bab ini mengungkap desain metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research)

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian (Sugiyono,2002). Sehingga penelitian ini mengambil obyek

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB III METODE PENILITIAN

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. merupakan data tahunan dan hanya pada sektor industri.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data time series. Kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga motif. Motif pertama adalah motif transaksi. Ada dua hal yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2010, dan Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah ekspor industri tekstil dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena berikut hubunganhubungannya

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Muamalat Indonesia. dikumpulkan dari web resmi Bank Indonesia dengan alamat situs

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. seksama untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Sedangkan penelitian yaitu,

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

BAB III METODE PENELITIAN. dari elemen-elemen populasi yang terpilih. Sampel penelitian diambil secara sensus, yaitu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BAB III METODE PENELITIAN. BRI Syariah, dan Syariah Mandiri) di Indonesia periode

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah. Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) 5,5 tahun, yaitu tahun 2010- juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Y adalah total penyaluran pembiayaan 2. X1 adalah DPK 3. X2 adalah CAR 4. X3 adalah NPF 5. X4 adalah Inflasi 6. X6 adalah SBIS 4.2 Pemilihan Model Regresi Penelitian ini menggunakan uji MWD (uji Mackinnon, White, dan Davidson). Model ini bertujuan untuk memilih antara model regresi linear dengan model regresi log linier sehingga akan mendapatkan hasil regresi yang terbaik. Tabel 4.1 Hasil uji mwd variabel t-statistik t-tabel Z1 20.40007 1.671 Z2-19.69575 1.671 38

Berdasarkan persamaan linier diketahui bahwa nilai t hitung koefisien Z1 adalah 20,40007. Nilai t kritis pada a 5% dengan df (n-k) 66-6=60 adalah 1,671. Karena t hitung > t kritis maka Z1 signifikan, sehingga menolak hipotesis nol. Model yang tepat adalah log linear berganda. Sedangkan, nilai t hitung koefisien Z2 adalah -196,69575. Nilai t kritis pada a 5% dengan df (n-k) 66-6=60 adalah 1,671. Karena t hitung > t kritis maka Z2 signifikan. Model yang tepat adalah linear berganda. Berdasarkan uji MWD tersebut, maka model linier dan model log linier sama baiknya, sedangkan untuk penelitian ini model yang digunakan model linier. Y = β0 + β1x1 + β2x2 + β3 X 3 + β4 X 4 + β5 X5+ei Y : Total Pembiayaan (dalam miliar rupiah) β0 : konstanta β1 β5 : koefisien regresi X1 : DPK (dalam miliar rupiah) X2 : CAR (rasio) X3 : NPF (rasio) X4 : Inflasi (rasio) X5 : SBIS (rasio) ei : Variabel gangguan Dari hasil regresi eviews 8 diperoleh persamaan, sebagai berikut: Y=-14072.66+1.034593X1+5.182036X2+2126.063X3+1828.547X4-1571.522X5 (R 2 )=0.989530 dan F-statistik=0.000000, Hasil regresi berada di lampiran 3 39

4.3 Hasil Uji Statistik 4.3.1 Uji Asumsi Klasik 4.3.1.1 Uji Multikolinieritas Uji Multikolinearitas bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara variabel independen dalam satu regresi (Widarjono, 2013). Ada beberapa metode untuk mendeteksi Multikoliniearitas sepertikorelasi parsial antar variabel independen dengan rule of thumb apabila koefisien korelasi atau r > 0,85 maka ada multikolinearitas, sedangkan apabila r < 0,85 maka tidak ada multikolinearitas. Tabel 4.2 Correlation Matrik DPK CAR NPF Inflasi SBIS DPK 1.000000 0.073366 0.068864 0.450248 0.151115 D CAR 0.073366 1.000000-0.144624 0.015181-0.095851 NPF a 0.068864-0.144624 1.000000 0.045274 0.633251 Inflasi d 0.450248 0.015181 0.045274 1.000000 0.518300 SBIS 0.151115-0.095851 0.633251 0.518300 1.000000 Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai koefisien DPK dengan CAR sebesar 0,07336 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien DPK dengan NPF sebesar 0,068864 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien DPK dengan Inflasi 0,450248 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien DPK dengan SBIS 0.151115 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien CAR dengan NPF -0.144624 < 0,8 maka tidak terjaddi multikolinieritas. Nilai koefisien CAR dengan Inflasi 0.015181 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien CAR dengan SBIS -0.095851 40

< 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien NPF dengan Inflasi - 0.045274 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien NPF dengan SBIS -0.633251 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien Inflasi dengan SBIS 0.518300 < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji berada di lampiran 4 4.3.1.2 Uji Heteroskedatisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah variabel gangguan mempunyai varian yang tidak konstan. Metode uji yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Park apabila β tidak signifikan maka tidak ada heteroskedastisitas namun apabila β signifikan maka ada heteroskedastisitas. Sedangkan metode White dengan membandingkan antara Chi Squares (χ2) hitung dengan kritisnya. Apabila χ2 hitung > χ2 kritisnya maka menolak H0 maka signifikan terdapat heteroskedastisitas namun apabila χ2 hitung < χ2 kritisnya maka gagal menolak H0 maka tidak signifikan tidak terdapat heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji White apabila nilai probabilitas (p value) observasi R2 lebih besar dibandingkan tingkat resiko kesalahan yang diambil (α= 5%), maka residual tidak mengandung heteroskedastisitas. Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedastisitas Obs*R-squared 12.57511 Probability 0.0277 Pada tabel 4.3 p-value Obs*square = 12.57511 dan nilai probabilitasnya adalah 0.0277 dimana 0.0277 < 0.05 yang berarti signifikan dan menolak H0 41

maka dapat kita simpulkan bahwa data tersebut terdapat heteroskedastisitas dan perlu di perbaiki, hasil perbaikan berada di lampiran 5. 4.3.1.3 Uji Autokorelasi Menurut Widarjono (2013) Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel gangguaan dengan variabel gangguan lain antara observasi dengan observasi lainnya yang berlainan waktu. Uji Autokorelasi dapat menggunakan metode Breusch-Godfrey. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai probabilitas chi-squares (χ2). Jika probabilitas lebih besar dari nilai α yang dipilih maka kita gagal menolak Ho yang berarti tidak ada autokorelasi. Sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari nilai α yang dipilih maka kita menolak Ho yang berarti ada autokorelasi. Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation Test Obs*R-squared 22.29352 Probability 0.0000 Pada tabel 4.4 p-value Obs*square = 22.29352 dan nilai probabilitasnya adalah 0.0277 dimana 0.0000 < 0.05 yang berarti signifikan dan menolak H0 maka dapat kita simpulkan bahwa data tersebut terdapat autokorelasi dan perlu di perbaiki, hasil perbaikan berada di lampiran 6. 4.3.2 Uji Statistik 4.3.2.1 Uji Koefisien Deteriminasi (R 2 ) Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kebaikan garis regresi atau seberapa besar persentase variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependennya. Nilai koefiesien determinasi terletak antara 0 dan 1 42

atau 0 R2 1. Semakin mendekati 1 maka semakin baik garis regresi mampu menjelaskan data aktualnya, sedangkan semakin mendekati 0 maka garis regresi semakin kurang baik. Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) R-squared 0.989530 Sumber data diolah Hasil estimasi dari model linier menghasilkan R 2 sebesar 0.989530, artinya bahwa 98,95 % variasi variabel dependen (penyaluran pembiayaan) dapat dijelaskan oleh beberapa variabel independen (DPK, CAR, NPF, Inflasi, SBIS), sedangkan sisanya sebesar 1,05 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak dimasukkan dalam model seperti faktor politik Negara. Hasil uji berada di lampiran 7 4.3.2.2 Signifikasi Parsial (Uji t) Uji t merupakan suatu prosedur yang mana hasil sample dapat digunakan untuk verifikasi kebenaran atau kesalahan H0 (Widarjono, 2005). Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika t hitung > t table maka menolak H0 dan gagal menolak Ha yang berarti ada pengaruh antara variabel variabel independen terhadap variabel dependen secara individu. Jika t hitung < t table maka gagal menolak H0 yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel variabel independen terhadap variable dependen secara individu. Apabila probabilitas < α maka menolak Ho dan gagal menolak Ha, sedangkan probabilitas > α maka gagal menolak Ho. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 43

H 0 :β1 = 0 (tidak berpengaruh) H a :β1 < 0 (berpengaruh) Tabel 4.6 Hasil Uji t Variabel dependen : Penyaluran pembiayaan Variabel independen t-statistik t-tabel Keterangan DPK 69.10048 1.671 Signifikan CAR 6.949405 1.671 Signifikan NPF 1.336586 1.671 Tidak signifikan Inflasi 2.39164 1.671 Signifikan SBIS -1.38903 1.671 Tidak signifikan Sumber data diolah Berdasarkan hasil uji t diatas, maka: 1. Variabel DPK Variabel DPK memiliki nilai t statistic 69,10048 sedangkan nilai t kritis dengan derajat kebebasan (n-k) =66-6=60 pada α = 5% adalah 1,671. Keputusannya adalah nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Maka, secara perbandingan tingkat signifikasi marjinal kita menilak H0 dan menerima Ha. Sehingga variabel DPK berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel pembiayaan. 2. Variabel CAR Variabel CAR memiliki nilai t statistik 6.949405 sedangkan nilai t kritis dengan derajat kebebasan (n-k) =66-6=60 pada α = 5% adalah 1,671. Keputusannya adalah nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Maka, secara perbandingan tingkat signifikasi marjinal kita menolak H0 dan menerima Ha. 44

Sehingga variabel CAR berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel pembiayaan. 3. Variabel NPF Variabel NPF memiliki nilai t statistik 1.336586 sedangkan nilai t kritis dengan derajat kebebasan (n-k) =66-6=60 pada α = 5% adalah 1,671. Keputusannya adalah nilai t hitung lebih kecil dari t tabel. Maka, secara perbandingan tingkat signifikasi marjinal kita gagal menolak H0. Sehingga variabel NPF tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan. 4. Variabel Ifnlasi Variabel Inflasi memiliki nilai t statistik 2.39164 sedangkan nilai t kritis dengan derajat kebebasan (n-k) =66-6=60 pada α = 5% adalah 1,671. Keputusannya adalah nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Maka, secara perbandingan tingkat signifikasi marjinal kita menolak H0 dan menerima Ha. Sehingga variabel inflasi memiliki pengaruh signifikan secara positif terhadap variabel pembiayaan. 5. Variabel SBIS Variabel SBIS memiliki nilai t statistik -1.38903 sedangkan nilai t kritis dengan derajat kebebasan (n-k) =66-6=60 pada α = 5% adalah 1,671. Keputusannya adalah nilai t hitung lebih kecil dari t tabel. Maka, secara perbandingan tingkat signifikasi marjinal kita gagal menolak H0. Sehingga variabel SBIS tidak memiliki pengaruh signifikan secara negatif terhadap variabel pembiayaan. Hasil uji berada di lampiran 7 45

4.3.2.3 Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable dependen. Ha : β1 β2 β3 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila F hitung > F kritis maka menolak Ho dan berpengaruh sedangkan apabila F hitung < F kritis maka gagal menolak Ho dan tidak berpengaruh. Prob(F - Statistik) Tabel 4.7 Hasil Uji F F Hitung F Kritis Keterangan Hipotesis 0.000000 1134.085 2.37 Signifikan Diterima Sumber data diolah Nilai F tabel pada α = 5% dengan df numerator (k-1) = 5, dan df denominator (n-k) = 60, maka dapat diperoleh nilai F tabel sebesar 2,37. Sedangkan untuk nilai F hitung diperoleh sebesar 1134.085. Dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen mampu berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan. Hasil uji berada di lampiran 7 4.4 Interpretasi Data Dari pemilihan model fungsi regresi antara linier, dan log linier dengan menggunakan metode MWD, dapat dihasilkan bahwa uji yang tepat digunakan adalah model regresi linier. Dari hasil regresi eviews 8 diperoleh persamaan, sebagai berikut: Y=-14072.66+1.034593X1+5.182036X2+2126.063X3+1828.547X4-1571.522X5 46

(R 2 )=0.989530 F-statistik=0.000000 Hasil regresi berada di lampiran 3, karena hasil regresi tersebut mengandung Heteroskedastisitas dan Autokorelasi maka perlu di sembuhkan. Hasil penyembuhan Heteroskedastisitas dan Autokorelasi berada di lampiran 5 dan 6. Setelah penyembuhan persamaan, (R 2 ), F-statistik masih sama, tetapi hasil uji t berbeda. Sebelum di sembuhkan variabel DPK berpengaruh signifikan positif karena t hitung (63.97542) lebih besar dari t tabel(1,671), variabel CAR berpengaruh tidak signifikan karena t hitung (1.210818) lebih kecil dari t tabel(1,671), variabel NPF berpengaruh tidak signifikan karena t hitung (1.583689) lebih kecil dari t tabel(1,671), variabel Inflasi berpengaruh signifikan positif karena t hitung (2.590654) lebih besar dari t tabel(1,671), variabel SBIS berpengaruh tidak signifikan karena t hitung (1.300158) lebih kecil dari t tabel(1,671). Setelah di lakukan penyembuhan Heteroskedastisitas dan Autokorelasi, hasilnya variabel DPK berpengaruh signifikan positif karena t hitung (69,10048) lebih besar dari t tabel(1,671), variabel CAR berpengaruh signifikan positif karena t hitung (6.949405) lebih besar dari t tabel(1,671), variabel NPF berpengaruh tidak signifikan karena t hitung (1.336586) lebih kecil dari t tabel(1,671), variabel Inflasi berpengaruh signifikan positif karena t hitung (2.391640) lebih besar dari t tabel(1,671), variabel SBIS berpengaruh tidak signifikan karena t hitung (1.389030) lebih kecil dari t tabel(1,671). R 2 sebesar 0.989530, artinya bahwa 98,95 % variasi variabel dependen (penyaluran pembiayaan) dapat dijelaskan oleh beberapa variabel independen 47

(DPK, CAR, NPF, Inflasi, SBIS), sedangkan sisanya sebesar 1,05 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak dimasukkan dalam model seperti faktor politik Negara. Dari hasil uji F diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen mampu berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan. Uji asumsi klasik telah terpenuhi dalam estimasi regresi berganda pada model regresi linier. Oleh karena itu, model OLS dari hasil estimasi regresi berganda model linier bersifat BLUE, dan hasil uji statistik dapat memberikan hasil yang berarti secara statistik. 4.5 Pembahasan Analisis 1. Pengaruh DPK terhadap Pembiayaan Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan DPK selama periode penelitian mempengaruhi penyaluran pembiayaan secara signifikan. Semakin tinggi DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan, demikian pula sebaliknya. Penyaluran pembiayaan menjadi prioritas utama bank dalam pengalokasian dananya. Hal ini dikarenakan sumber dana bank berasal dari masyarakat sehingga bank harus menyalurkan kembali DPK yang berhasil dihimpun kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Disamping itu pemberian pembiayaan merupakan aktivitas yang paling utama bagi Bank Syariah selaku business entity untuk menghasilkan keuntungan. DPK merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penyaluran pembiayaan perbankan. Hal 48

ini dikarenakan dalam menjalankan fungsi perantara keuangan (financial intermediary), DPK merupakan sumber pendanaan yang utama. Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2005). Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Akhyar Adnan (2007), Reswanda Wahyu (2011), Yeasi Darmayanti dkk (2011), Desy Arisandy (2007) dan Husnul Khotimah (2009) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan perbankan. 2. Pengaruh CAR Terhadap Pembiayaan Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan CAR selama periode penelitian mempengaruhi penyaluran pembiayaan secara signifikan. Semakin tinggi CAR yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan, demikian pula sebaliknya. Menurut Ali (2004) CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank. Besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan pembiayaan. Dengan CAR diatas 20%, perbankan bisa memacu pertumbuhan pembiayaan hingga 20-25% setahun (Wibowo, 2009). Oleh karena itu peningkatan CAR akan mempengaruhi peningkatan pembiayaan begitupun sebaliknya. Hasil penelitian ini memperkuat 49

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Gilang Gianini (2011) dan Desi Arisandy (2007) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan perbankan. 3. Pengaruh NPF Terhadap Pembiayaan Hasil ini menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap perkembangan pembiayaan di Bank Syariah. Hal ini dikarenakan Bank Syariah memiliki Non Performing Financing (NPF) yang relatif kecil dan masih berada di bawah batas toleransi ketentuan dari Bank Indonesia, sehingga naik turunnya Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah berpengaruh tidak signifikan terhadap penyaluran pembiayaan yang terus berkembang selama periode penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Syariah memiliki kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola portofolio pembiayaan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Akhyar Adnan (2007), Nur Gilang Gianini (2011), Reswanda Wahyu (2011) dan Yeasi Darmayanti (2011) yang menyatakan bahwa NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan perbankan. 4. Pengaruh Inflasi Terhadap pembiayaan Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan Inflasi selama periode penelitian mempengaruhi penyaluran pembiayaan secara signifikan. Semakin tinggi Inflasi yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan, demikian pula sebaliknya. Secara teori inflasi akan menurunkan investasi dan daya beli 50

masyarakat, namun di Indonesia fluktuasi inflasi selalu di respon cepat oleh pemerintah baik dari segi moneter maupun fiskal. Oleh karena itu kenaikan inflasi akan menaikan penyaluran pembiayaan di Bank Syariah. Menurut Kaluge (2007) secara teoritis variabel inflasi mempengaruhi pembiayaan secara tidak langsung melalui berbagai jalur. Inflasi yang rendah dan terkontrol akan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sehingga adanya kenaikan inflasi sepanjang masih dalam standar yang di tentukan Bank Indonesia akan meningkatkan pembiayaan, dengan demikian inflasi berpengaruh positif terhadap pembiayaan. 5. Pengaruh SBIS Terhadap Pembiayaan Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan SBIS selama periode penelitian tidak mempengaruhi penyaluran pembiayaan secara signifikan. Secara teori meningkatnya margin SBIS akan mengurangi penyaluran pembiayaan di Bank Syariah, karena bank akan memarkirkan dananya di SBIS yang minim resiko dan relatif lebih aman. Namun jika melihat data perbandingan antara pembiayaan dengan persentase SBIS selama periode penelitian (lampiran 1) hanya sekitar 7 persen Bank Syariah menyimpan dananya dalam instrument SBIS, sehingga fluktuasi SBIS tidak akan mempengaruhi penyaluran pembiayaan perbankan. Selain itu bank mempunyai kewajiban moral kepada masyarakat untuk menyalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan dan bank syariah lebih mengutamakan penempatan dana pada sektor produktif daripada menyimpan dananya dalam bentuk SBIS, maka SBIS tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan di Bank Syariah. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian 51

sebelumnya yang di lakukan oleh Husnul Khatimah (2009) dan Wahyu Devi Susanti (2014) yang menyatakan bahwa SBIS/SWBI tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan perbankan. 52