PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
No. 18/28/DPU Jakarta, 24 November 2016 Oktober Perihal : Tata Cara Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PERMINTAAN KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA MELALUI APLIKASI BI CAC

SURAT EDARAN. Permintaan Klarifikasi oleh Masyarakat dan Bank atas Uang yang Diragukan Keasliannya dan Laporan Penemuan Uang Palsu oleh Bank

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/19/PADG/2017 TENTANG PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH OLEH BANK DI BANK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-U

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/10/PBI/2013 TENTANG JUMLAH DAN NILAI NOMINAL UANG RUPIAH YANG DIMUSNAHKAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/7/PBI/2017 TENTANG PEMBAWAAN UANG KERTAS ASING KE DALAM DAN KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/15/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARA JASA PENGOLAHAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No.18/32/DPSP Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N

No. 6/ 22 /DLN Jakarta, 10 Mei 2004 S U R A T E D A R A N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 12 /PBI/2012 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/ 7/PADG/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No.9/ 37 /DPU Jakarta, 27 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129/PMK.03/2012 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

No.6/ 25 /DPU Jakarta, 30 Juni 2004 SURAT EDARAN. Perihal : Penukaran Uang Rupiah

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

No.16/ 6 /DPU Jakarta, 17 April 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem Informasi

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 3 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA,

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia te

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

No. 4/1/DPBPR Jakarta, 24 Januari 2002 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 03/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PENGAWASAN HARTA TAMBAHAN DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13 / 21 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/41/PBI/2016 TENTANG BILYET GIRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/7/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI BANK KEPADA BANK INDONESIA DALAM RANGKA BILATERAL CURRENCY SWAP ARRANGEMENT

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. Penempatan, Uang Daerah, deposito, Bank Umum.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal: Penyelesaian Pengaduan Nasabah

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sehubungan dengan diterbitkannya surat tagihan (STCK-1) nomor :...(6)... tanggal...(7)... (terlampir), kami yang bertanda tangan di bawah ini:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2016, No Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menjadi Undang-Undang; c. bahwa Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nom

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.10/8/DPU Jakarta, 28 Februari 2008 SURAT EDARAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

2 Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran

No. 17/10/DKMP Jakarta, 29 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu kewenangan Bank Indonesia adalah menentukan keaslian uang rupiah yang diragukan keasliannya; b. bahwa masyarakat dapat meminta klarifikasi dari Bank Indonesia atas uang rupiah yang diragukan keasliannya; c. bahwa Bank Indonesia perlu meningkatkan layanan kepada masyarakat yang meminta klarifikasi atas uang rupiah yang diragukan keasliannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya; Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/7/PBI/2012 tentang Pengelolaan Uang Rupiah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5323);

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Uang Rupiah adalah rupiah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai mata uang. 2. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan bank umum syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah. 3. Aplikasi Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center, yang selanjutnya disebut Aplikasi BI-CAC adalah sistem informasi yang digunakan untuk melakukan pencatatan, pengklasifikasian, dan analisis Uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang diterima dari hasil permintaan klarifikasi oleh masyarakat. 4. Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah yang selanjutnya disingkat PJPUR adalah penyelenggara jasa pengolahan uang rupiah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggara jasa pengolahan uang rupiah. Pasal 2 Masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia tentang Uang Rupiah yang diragukan keasliannya.

Pasal 3 (1) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi: a. Bank; b. PJPUR; dan c. pihak selain Bank dan PJPUR. (2) Pihak selain Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas: a. perseorangan; b. badan hukum; dan c. lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan dan penyidikan. BAB II CARA MEMPERLAKUKAN UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA Pasal 4 Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, yang menerima atau menemukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dari nasabah dalam kegiatan layanan kas (front office) harus: a. menahan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya; b. mencatat identitas lengkap nasabah yang menyerahkan, menyetorkan, dan/atau menukarkan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya; c. memberikan tanda terima atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada nasabah; d. menginformasikan kepada nasabah bahwa: 1. Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak dikembalikan untuk keperluan permintaan klarifikasi kepada Bank Indonesia; 2. apabila Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dinyatakan asli oleh Bank Indonesia maka nasabah akan memperoleh penggantian sebesar nilai nominal; dan/atau

3. apabila Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dinyatakan tidak asli oleh Bank Indonesia maka Uang Rupiah tersebut tidak dikembalikan oleh Bank Indonesia; e. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya; f. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak diedarkan kembali; dan g. meminta klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada kantor Bank Indonesia terdekat. Pasal 5 Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, yang menerima atau menemukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dari kegiatan pengolahan Uang Rupiah atau dari PJPUR (back office) harus: a. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya; b. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak diedarkan kembali; c. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak disetorkan kepada Bank Indonesia; dan d. meminta klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada kantor Bank Indonesia terdekat. Pasal 6 PJPUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b yang menemukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya harus: a. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya; b. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak disetorkan kepada Bank Indonesia; c. melaporkan kepada Bank atau pihak lain pemberi pekerjaan mengenai penemuan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya, dalam hal Uang Rupiah tersebut milik Bank atau pihak lain; dan

d. dalam hal pemilik Uang Rupiah tersebut adalah Bank atau pihak lain maka PJPUR harus menyerahkan fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank atau pihak lain, atau meminta klarifikasi kepada kantor Bank Indonesia terdekat atas persetujuan Bank atau pihak lain. Pasal 7 Pihak selain Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c yang menemukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya harus: a. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya; b. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak diedarkan kembali; dan c. meminta klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada kantor Bank Indonesia terdekat. BAB III PERMINTAAN KLARIFIKASI OLEH BANK ATAU PJPUR Bagian Kesatu Aplikasi BI-CAC Pasal 8 (1) Bank Indonesia menyediakan Aplikasi BI-CAC kepada Bank dan PJPUR untuk permintaan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. (2) Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. seluruh jaringan kantor Bank, kecuali: 1. kantor kas; dan 2. jaringan kantor Bank yang tidak melakukan fungsi operasional; dan b. kantor pusat PJPUR dan kantor cabang PJPUR yang melakukan kegiatan pengolahan Uang Rupiah.

(3) Bank dan/atau PJPUR menggunakan Aplikasi BI-CAC dengan tata cara pengoperasian mengacu pada Pedoman Permintaan Klarifikasi sebagaimana tercantum pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. Bagian Kedua Permintaan Klarifikasi melalui Aplikasi BI-CAC Pasal 9 (1) Bank atau PJPUR mengajukan permintaan klarifikasi kepada Bank Indonesia dengan cara mengisi data Uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang dimintakan klarifikasi melalui Aplikasi BI-CAC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). (2) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat informasi nasabah atau pengguna jasa, macam Uang Rupiah, pecahan Uang Rupiah, tahun emisi, jumlah lembar atau keping, nomor seri, dan jumlah nominal. (3) Bank atau PJPUR mencetak surat dan formulir permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 10 (1) Bank atau PJPUR harus menyerahkan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya secara langsung ke kantor Bank Indonesia terdekat paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah tanggal permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1). (2) Penyerahan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan surat dan formulir permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3).

(3) Bank atau PJPUR harus menyusun Uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang diserahkan kepada Bank Indonesia sesuai dengan rincian dalam formulir permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC. Pasal 11 (1) Bank Indonesia memberikan salinan tanda terima Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank atau PJPUR, sebagaimana contoh tanda terima yang tercantum pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. (2) Dalam hal terdapat perbedaan antara Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dengan rincian dalam bukti permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC maka Bank Indonesia dapat melakukan penyesuaian rincian tersebut sesuai dengan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang diterima dari Bank atau PJPUR. (3) Dalam hal terdapat penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka Bank Indonesia memberikan salinan tanda terima Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sesuai rincian yang disesuaikan kepada Bank dan/atau PJPUR. Pasal 12 (1) Dalam hal Bank atau PJPUR menyerahkan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) maka dilakukan tata cara sebagai berikut: a. Bank Indonesia tetap menerima Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dimaksud dan memberikan salinan tanda terima sementara kepada Bank atau PJPUR, sebagaimana contoh tanda terima sementara pada Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan

b. Bank atau PJPUR harus mengajukan kembali permintaan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya melalui Aplikasi BI-CAC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) sesuai rincian sebagaimana tercantum dalam lampiran tanda terima sementara pada Lampiran III. (2) Pengajuan kembali permintaan klarifikasi melalui Aplikasi BI-CAC sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal tanda terima sementara. (3) Tanda terima sementara dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memiliki kedudukan yang sama dengan tanda terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) sepanjang tanda terima tersebut belum diterbitkan. (4) Dalam hal Bank atau PJPUR akan mengajukan permintaan klarifikasi lain selama jangka waktu pengajuan kembali permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka pengajuan permintaan klarifikasi tersebut dilakukan dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) BAB IV PERMINTAAN KLARIFIKASI OLEH PIHAK SELAIN BANK DAN PJPUR Pasal 13 (1) Pihak selain Bank dan PJPUR mengajukan permintaan klarifikasi secara langsung atau tidak langsung kepada Bank Indonesia. (2) Dalam hal pihak selain Bank dan PJPUR mengajukan permintaan klarifikasi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pihak selain Bank dan PJPUR mengisi dan menandatangani formulir permintaan klarifikasi sebagaimana contoh yang tercantum dalam

Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan b. pihak selain Bank dan PJPUR menyerahkan formulir permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a beserta dengan fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia. (3) Bank Indonesia memberikan salinan tanda terima Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada pihak selain Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1). (4) Dalam hal terdapat perbedaan antara Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dengan rincian dalam formulir permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka Bank Indonesia dapat melakukan penyesuaian rincian tersebut sesuai dengan yang diterima dari pihak selain Bank dan PJPUR. (5) Dalam hal terdapat penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) maka Bank Indonesia memberikan salinan tanda terima Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sesuai rincian yang telah disesuaikan kepada pihak selain Bank dan PJPUR. Pasal 14 (1) Dalam hal pihak selain Bank dan PJPUR mengajukan permintaan klarifikasi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) maka dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pihak selain Bank dan PJPUR mengisi dan menandatangani formulir permintaan klarifikasi sesuai rincian Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a; b. pihak selain Bank dan PJPUR mengirimkan formulir permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a beserta fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia dengan

menggunakan jasa pengiriman secara tercatat atau penyedia jasa pengiriman barang; c. pihak selain Bank dan PJPUR menyusun fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sesuai rincian dalam formulir permintaan klarifikasi dan memasukkannya ke dalam kemasan tertutup; d. pengiriman fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya beserta formulir permintaan klarifikasi ditujukan ke alamat kantor Bank Indonesia terdekat. (2) Bank Indonesia menerima formulir permintaan klarifikasi dari pihak selain Bank dan PJPUR serta mencatat jumlah fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sesuai dengan jumlah yang diterima dari pihak selain Bank dan PJPUR tersebut. (3) Segala risiko yang terjadi terhadap fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya selama dalam proses pengiriman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi tanggung jawab pihak selain Bank dan PJPUR. (4) Bank Indonesia menyampaikan salinan tanda terima permintaan klarifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II kepada pihak selain Bank dan PJPUR bersamaan dengan penyampaian klarifikasi. BAB V PENELITIAN ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA Bagian Kesatu Penelitian dan Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya Pasal 15 (1) Bank Indonesia melakukan penelitian terhadap fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang dimintakan klarifikasi oleh masyarakat.

(2) Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia memberikan klarifikasi dengan menyatakan: a. Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sebagai Uang Rupiah asli; atau b. Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sebagai Uang Rupiah tidak asli. Pasal 16 (1) Bank Indonesia menyampaikan klarifikasi kepada masyarakat yang mengajukan permintaan klarifikasi paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak: a. tanggal tanda terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1); b. tanggal Bank atau PJPUR mengajukan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2); c. tanggal tanda terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); atau d. tanggal diterimanya formulir permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2). (2) Bank Indonesia dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memberitahukan kepada masyarakat yang mengajukan permintaan klarifikasi. (3) Penyampaian klarifikasi kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui: a. Aplikasi BI-CAC kepada Bank atau PJPUR; atau b. surat dan/atau surat elektronik kepada pihak selain Bank dan PJPUR.

Pasal 17 (1) Dalam hal Uang Rupiah yang diragukan keasliannya merupakan milik nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Bank harus memberitahukan klarifikasi dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) kepada nasabah tersebut. (2) Dalam hal Uang Rupiah yang diragukan keasliannya merupakan milik Bank atau pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, PJPUR harus memberitahukan klarifikasi dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) kepada Bank atau pihak lain tersebut. Bagian Kedua Uang Rupiah yang Dinyatakan Asli Pasal 18 (1) Bank Indonesia memberikan penggantian atas Uang Rupiah yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a sebesar nilai nominal Uang Rupiah tersebut. (2) Dalam hal Uang Rupiah yang dinyatakan asli dalam kondisi lusuh, cacat, atau rusak maka penggantian mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penukaran uang rupiah. (3) Bank Indonesia melakukan penggantian Uang Rupiah yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dengan cara: a. mengkredit ke rekening giro Bank yang berada di Bank Indonesia, dalam hal pihak yang meminta klarifikasi adalah Bank. b. tunai atau mengkredit ke rekening Bank yang ditunjuk, dalam hal pihak yang meminta klarifikasi merupakan: 1. PJPUR; atau 2. pihak selain Bank dan PJPUR.

Pasal 19 (1) Bank menyampaikan penggantian atas Uang Rupiah yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) kepada nasabah dengan cara: a. tunai; atau b. mengkredit rekening simpanan nasabah pada Bank tersebut dengan terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari nasabah. (2) Dalam hal penggantian dilakukan dengan cara tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a maka Bank memberikan Uang Rupiah yang masih layak edar kepada nasabah. (3) PJPUR menyampaikan penggantian atas Uang Rupiah yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) kepada Bank atau pihak lain dengan cara: a. tunai; b. transfer ke rekening Bank, dalam hal pengguna jasa PJPUR berupa Bank; atau c. transfer ke rekening Bank yang ditunjuk oleh pihak lain, dalam hal pengguna jasa PJPUR berupa pihak lain. Pasal 20 Dalam hal PJPUR atau pihak selain Bank dan PJPUR tidak dapat dihubungi oleh Bank Indonesia selama jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal konfirmasi pertama atau PJPUR atau pihak selain Bank dan PJPUR tidak diketahui keberadaannya maka Bank Indonesia mengalihkan penyelesaian Uang Rupiah penggantian tersebut kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Uang Rupiah yang Dinyatakan Tidak Asli Pasal 21 Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas Uang Rupiah yang dinyatakan tidak asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b. Pasal 22 Terhadap Uang Rupiah yang dinyatakan tidak asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 maka Bank Indonesia melakukan langkah sebagai berikut: a. tidak mengembalikan Uang Rupiah tidak asli kepada pihak yang mengajukan permintaan klarifikasi; b. menatausahakan Uang Rupiah tidak asli; c. melakukan klasifikasi terhadap Uang Rupiah tidak asli; d. memberikan tanda terhadap Uang Rupiah tidak asli; dan e. menyerahkan Uang Rupiah tidak asli yang telah diberikan tanda sebagaimana dimaksud dalam huruf d kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 23 (1) Penyerahan Uang Rupiah tidak asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf e dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya. (2) Dalam hal tanggal 15 (lima belas) jatuh pada hari libur maka penyerahan Uang Rupiah tidak asli dilakukan pada hari kerja berikutnya. (3) Penyerahan Uang Rupiah tidak asli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan berita acara serah terima yang ditandatangani oleh pegawai Bank Indonesia dan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 24 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a dan huruf d serta Pasal 23 tidak berlaku apabila permintaan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya diajukan oleh lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan dan penyidikan. BAB VI KETENTUAN LAIN - LAIN Pasal 25 Ketentuan mengenai tata cara klarifikasi terhadap Uang Rupiah yang diragukan keasliannya, untuk pembawaan Uang Rupiah masuk ke dalam wilayah pabean Republik Indonesia tunduk pada Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. Pasal 26 Ketentuan mengenai klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri tunduk pada Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. Pasal 27 Dalam hal terjadi gangguan Aplikasi BI-CAC yang menyebabkan Aplikasi BI-CAC tidak dapat digunakan maka: a. permintaan klarifikasi yang disampaikan oleh Bank atau PJPUR dilakukan secara langsung dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2); dan/atau b. Bank Indonesia menyampaikan klarifikasi kepada Bank atau PJPUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui surat dan/atau surat elektronik.

Pasal 28 (1) Pihak selain Bank dan PJPUR dapat mengajukan permintaan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya pada kegiatan kas keliling Bank Indonesia. (2) Permintaan klarifikasi oleh pihak selain Bank dan PJPUR dilakukan dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2). BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 (1) Bank atau PJPUR mengajukan permintaan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya melalui Aplikasi BI-CAC mulai tanggal 15 Januari 2018. (2) Bank atau PJPUR masih dapat mengajukan permintaan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tanpa melalui Aplikasi BI-CAC sampai dengan tanggal 13 April 2018. (3) Permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara langsung dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2). BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku: a. Bab III angka 3 sampai dengan angka 6 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/22/DLN tanggal 10 Mei 2004 perihal Persyaratan dan Tata Cara Membawa Uang Rupiah Keluar atau Masuk Wilayah Pabean Republik Indonesia; dan

b. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/28/DPU tanggal 24 November 2016 perihal Tata Cara Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 15 Desember 2017. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 November 2017 ANGGOTA DEWAN GUBERNUR, TTD SUGENG

PENJELASAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA I. UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang mengamanatkan kepada Bank Indonesia sebagai lembaga yang berwenang menentukan keaslian Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Sehubungan dengan kewenangan tersebut maka masyarakat yang terdiri atas Bank, PJPUR, dan pihak selain Bank dan PJPUR dapat meminta klarifikasi dari Bank Indonesia atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Guna meningkatkan layanan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank atau PJPUR maka Bank Indonesia telah menyediakan Aplikasi BI-CAC. Dengan demikian, tata cara klarifikasi mulai dari permintaan, penerimaan, pemrosesan, penelitian, sampai dengan pemberitahuan klarifikasi dilakukan dengan Aplikasi BI-CAC. Penggunaan Aplikasi BI-CAC merupakan upaya Bank Indonesia dalam penguatan aspek governance, transparansi, kecepatan layanan, dan keakuratan data terkait Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga meningkatkan layanan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada masyarakat yang merupakan pihak selain Bank dan PJPUR dengan cara mengajukan permintaan klarifikasi secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, permintaan klarifikasi secara tidak langsung dilakukan dengan mengirimkan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya melalui jasa

pengiriman kepada Bank Indonesia. Selain itu, masyarakat juga dapat mengajukan permintaan klarifikasi secara langsung pada kegiatan kas keliling Bank Indonesia. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Termasuk pengertian badan hukum yaitu: a. lembaga yang memiliki fungsi dan tugas di bidang bea dan cukai yang menyampaikan permintaan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sehubungan dengan pembawaan Uang Rupiah masuk ke dalam wilayah pabean Republik Indonesia; b. bank perkreditan rakyat dan bank pembiayaan rakyat syariah. Huruf c Lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan dan penyidikan antara lain Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia. Pasal 4 Huruf a Huruf b

Huruf c Huruf d Huruf e Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan mencoret-coret. Huruf f Huruf g Pasal 5 Huruf a Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan mencoret-coret. Huruf b Huruf c Huruf d Pasal 6 Huruf a Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan mencoret-coret. Huruf b

Huruf c Yang dimaksud dengan pihak lain adalah pengguna jasa PJPUR selain Bank. Huruf d Pasal 7 Huruf a Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan mencoret-coret. Huruf b Huruf c Pasal 8 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Angka 1 Angka 2 Jaringan kantor Bank yang tidak melakukan fungsi operasional adalah kantor Bank yang tidak menerima Uang Rupiah dari nasabah dan/atau melakukan pengolahan Uang Rupiah. Huruf b Ayat (3)

Pasal 9 Ayat (1) Permintaan klarifikasi kepada Bank Indonesia dalam Aplikasi BI-CAC termasuk mengisi data kantor Bank Indonesia terdekat yang dituju. Ayat (2) Ayat (3) Bukti permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC digunakan sebagai dokumen penyerahan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Pasal 10 Ayat (1) Contoh: Kantor Bank atau PJPUR yang berdomisili di Karawang, Jawa Barat mengajukan permintaan klarifikasi kepada Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta meskipun secara geografis berada di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di Bandung. Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan menyusun Uang Rupiah yang diragukan keasliannya antara lain menyusun sesuai dengan urutan pecahan dari pecahan besar ke pecahan kecil dan nomor urut data dalam bukti permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC. Pasal 11 Pasal 12

Pasal 13 Ayat (1) Yang dimaksud dengan secara langsung adalah pihak selain Bank dan PJPUR datang langsung ke kantor Bank Indonesia untuk mengajukan permintaan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Termasuk dalam pihak selain Bank dan PJPUR yaitu kuasa atau wakil dari pihak selain Bank dan PJPUR. Yang dimaksud dengan secara tidak langsung adalah pihak selain Bank dan PJPUR menggunakan jasa pengiriman secara tercatat atau penyedia jasa pengiriman barang dalam mengajukan permintaan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 14 Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan kemasan tertutup antara lain amplop dan boks. Huruf d Yang dimaksud dengan alamat kantor Bank Indonesia adalah alamat sebagaimana tercantum dalam laman resmi Bank Indonesia. Ayat (2)

Ayat (3) Ayat (4) Pasal 15 Ayat (1) Yang dimaksud dengan penelitian adalah pemeriksaan secara teliti terhadap fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Ayat (2) Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan Uang Rupiah yang masih layak edar adalah Uang Rupiah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Ayat (3) Pasal 20 Yang dimaksud dengan pihak yang berwenang adalah pihak yang memiliki fungsi dan tugas mengurus harta peninggalan.

Pasal 21 Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas Uang Rupiah yang dinyatakan tidak asli dengan pertimbangan bahwa benda tersebut bukan merupakan Uang Rupiah. Pasal 22 Pasal 23 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Huruf a Huruf b Penyampaian klarifikasi kepada Bank atau PJPUR melalui surat dan/atau surat elektronik sepanjang Aplikasi BI-CAC masih mengalami gangguan. Pasal 28

Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31