SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE AUDIOVISUAL TERHADAP PERSEPSI PENGONTROLAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASTHMA DI POLIKLINIK PARU RSUP SANGLAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH: MADE BAKTA KARDANA NIM. 1202105022 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR JUNI, 2016
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Made Bakta Kardana NIM : 1202105022 Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Denpasar, Juni 2016 Yang membuat pernyataan (Made Bakta Kardana)
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE AUDIOVISUAL TERHADAP PERSEPSI PENGONTROLAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASTHMA DI POLIKLINIK PARU RSUP SANGLAH Made Bakta Kardana 1, Putu Oka Yuli Nurhesti 2, Luh Putu Ninik Astriani 3 Abstrak Asthma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun dengan diagnosis, pengobatan, serta edukasi pasien yang tepat maka akan dapat menghasilkan manajemen dan kontrol asthma yang baik. Penggunaan media audiovisual sebagai media pendidikan kesehatan dalam pengontrolan kekambuhan pada penyakit asthma memiliki nilai positif tersendiri hal ini disebabkan media audovisual tersebut lebih menarik serta melibatkan dua indera sehingga penerima informasi menajdi lebih cepat mengerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap persepsi pengontrolan kekambuhan pada penderita asthma di Poliklinik Paru RSUP Sanglah. Desain penelitian pre-experimental dengan rancangan one group pre test post test design. Sampel penelitian ini 30 responden yang didapat dengan menggunakan teknik purposive sampling, Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner persepsi pengontrolan kekambuhan. Hasil penelitian uji statistik menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test terhadap tiga variabel yakni persepsi, pengetahuan dan sikap pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05), maka didapatkan nilai p = 0,000 pada ketiga variabel. Ini berarti bahwa nilai p < α (0,05), dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap persepsi pengontrolan kekambuhan pada penderita asthma di Poliklinik Paru RSUP Sanglah. Sehingga disarankan kepada petugas kesehatan untuk menggunakan media audio visual sebagai media pendidikan kesehatan dalam persamaan persepsi terkait pengontrolan kekambuhan asthma. Kata Kunci : metode audiovisual, asthma, persepsi pengontrolan kekambuhan
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audiovisual Terhadap Persepsi Pengontrolan Kekambuhan Pada Penderita Asthma di Poliklinik Paru RSUP Sanglah Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada: 1. Prof.Dr.dr.Putu Astawa, Sp.OT(K),M.Kes, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2. Prof.dr.Ketut Tirtayasa, M.S.,AIF, sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3. Ns. Putu Oka Yuli Nurhesti, S.Kep, MM, sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 4. Ns. Luh Putu Ninik Astriani, S.Kep, sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 5. Kepala ruangan Poliklinik Paru RSUP Sanglah yang telah memberikan kesempatan penelitian pada instansi yang dipimpin. 6. Kedua orang tua saya atas segala bantuan materi dan dukungan, baik moral maupun spiritual. 7. Teman teman PSIK A 2012 ETACOSTAVERA atas segala dukungan berupa semangat dan doa. 8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri menerima segala saran dan masukan yang membangun. Denpasar, Juni 2016 Made Bakta Kardana
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... i ii iii iv v vii ix x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Asthma...... 8 2.2 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan... 24 2.3 Media Audiovisual... 30 2.4 Konsep Dasar Persepsi... 32 2.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audiovisual Terhadap Persepsi Dalam Pengontrolan Kekambuhan Asthma... 34 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep... 36 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 37 3.3 Hipotesis Penelitian... 39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 40 4.2 Kerangka Kerja... 41 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 42 4.4 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian... 42 4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 44 4.6 Pengolahan Data dan Analisa Data... 48
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 51 5.2 Pembahasan... 55 5.3 Keterbatasan Penelitian... 63 BAB VI SIMPULAN dan SARAN 6.1 Simpulan...... 64 6.2 Saran... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Asthma Berdasarkan Tingkat Keparahannya... 11 Tabel 3.1 Definisi Operasional...... 38 Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest Total Persepsi Penderita Asthma... 51 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia... 52 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 52 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 53 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Penderita Asthma Dalam Pengontrolan Kekambuhan Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Metode Audiovisual... 53 Tabel 5.5 Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Metode Audiovisual Terhadap Persepsi Pengontrolan Kekambuhan Penderita Asthma Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi... 54
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi... 33 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 36 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Pre-Experimental Design... 40 Gambar 4.2 Skema Kerangka Kerja... 41
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Penjelasan Penelitian Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Materi Pendidikan Kesehatan Kuesioner Penelitian Jadwal Penelitian Rencana Anggaran Penelitian Master Tabel Jumlah dan Lama Menonton Media Audiovisual SPSS Uji Normalitas dan Wilcoxon Sign Rank Test Persepsi Lampiran 10 Dokumentasi Kegiatan Lampiran 11 Surat Ijin Melakukan Studi Pendahuluan Lampiran 12 Surat Badan Penanaman Modal dan Perizinan Lampiran 13 Surat Kelaikan Etik (Ethical Clearance) Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian di Poliklinik RSUP Sanglah Lampiran 15 Lembar Konsultasi
DAFTAR SINGKATAN APE Depkes RI DM EIA FEV1 FVC GINA ISSAC NHLBI PDPI PEV PPOK Riskesdas RSUP SKRT TBC WHO : Arus Puncak Ekspirasi : Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Diabetes Melitus : Exercise Induced Asthma : Force Expiratory Volume dalam satu detik : Force Vital Capacity : Global Initiative for Asthma : International Study Asthma and Allergies in Childhood : National Heart, Lung and Blood Institute : Perhimpunan dokter paru Indonesia : Peak Expiratory Flow : Penyakit Paru Obstruksi Kronis : Riset Kesehatan Dasar : Rumah Sakit Umum Pusat : Survei Kesehatan Rumah Tangga : Tuberkulosis : World Health Organization
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami pergeseran jenis penyakit yang ada di masyarakat, dari penyakit infeksi kearah penyakit non infeksi ataupun penyakit degeneratif. Hal ini diakibatkan karena semakin meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan juga adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat (Ikawati, 2011). Salah satu penyakit non infeksi yang banyak dijumpai di masyarakat yang menyerang baik anak-anak, orang dewasa maupun orang tua adalah penyakit asthma, dimana asthma merupakan suatu proses inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, sehingga terjadi pembatasan aliran udara di saluran pernapasan (GINA, 2011). Serangan asthma merupakan suatu episode gejalagejala berupa batuk, sesak napas, nyeri dada, dan bunyi wheezing yang memburuk secara akut (NHLBI, 2007). World Health Organization (WHO) 2011, menyebutkan asthma sebagai penyakit lima besar penyebab kematian di dunia yang bervariasi antara 5-30% (berkisar 17,4%), lima penyakit paru utama yang menyebabkan kematian diseluruh dunia dengan presentase total 17,4%, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) 4,8%, Tuberkulosis (TB) 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1% dan asthma 0,3%. Sampai saat ini, penyakit asthma masih menujukkan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data dari GINA (2011),WHO mencatat di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asthma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah penderita asthma meningkat hingga mencapai 400 juta. Selain itu setiap 250 orang, terdapat satu orang meninggal karena asthma setiap tahunnya. 1
Berdasarkan data WHO 2011 didapatkan bahwa di Indonesia kini sekitar 235 juta orang mengidap penyakit asthma, penyakit ini masuk ke dalam 10 besar penyebab kesakitan dan kematian, dari hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam Sastrawan, dkk (2008), menyebutkan prevalensi penderita asthma di Indonesia adalah sekitar 4%. angka ini konsisten dan prevalensi asthma sebesar 5-15%. Data studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia, pada SKRT 2005, mencatat 225.000 orang meninggal kaena asthma. Prevalensi asthma untuk daerah pedesaan 4,3% dan perkotaan 6,5% (PDPI, 2006). Di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Sanglah, terdapat 9 penyakit yang menjadi masalah utama dalam divisi paru terebut, diantaranya adalah asthma, bronkhtis, PPOK, Pneumoni, BE, TB, Efusi Pleura, Tumor Paru,dan Abses Paru, dalam enam bulan terakhir asthma menjadi penyakit tiga besar di Poliklinik RSUP Sanglah setelah TB dan Tumor Paru, dengan angka kejadian asthma enam bulan terakhir sejak bulan Januari hingga Juni 2015 berjumlah 256 kasus asthma (Register Poli Paru). Asthma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun dengan diagnosis, pengobatan, serta edukasi pasien yang tepat maka akan dapat menghasilkan manajemen dan kontrol asthma yang baik (WHO, 2011). Aktivitas pencegahan kekambuhan asthma adalah usaha yang dilakukan oleh pasien asthma sebagai upaya untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan asthma. Aktivitas pencegahan kekambuhan asthma yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asthma dan menggunakan obat-obatan antiasthma. Persepsi masyarakat terkait pengontrolan kekambuhan saat serangan asthma berlangsung hanya mengarah kearah penggunan obat-obatan antiasthma, padahal banyak jenis tindakan managemant asthma yang dapat dilakukan penderita asthma, diantaranya melakukan rehabilitasi medik berupa terapi latihan (therapeutic exercise) ataupun dengan lebih mengenal faktor alergen sebagai pencetus asthma tersebut (Perry & Potter, 2006). Pengenalan asthma secara lebih mendalam terkait faktor-faktor pencetus asthma serta tanda gejala yang muncul ketika kekambuhan terjadi dan komplikasi yang
ditimbulkan saat memburuknya kondisi asthma tersebut merupakan pendidikan kesehatan yang harus didapatkan oleh penderita asthma sebagai upaya dalam pengontorolan kekambuhan asthma kedepannya. Selain itu peran latihan fisik dalam patofisiologi asthma dan pengendalian penyakit telah menjadi fokus perhatian untuk dipertimbangkan. Kapasitas ventilasi yang lebih baik dan gejala yang berkurang terkait dengan asthma adalah keuntungan yang diperoleh dari latihan fisik untuk pasien asthmatik (Ram et al, 2010). Untuk mendapatkan manfaat optimal dari latihan pada penyandang asthma, maka latihan fisik yang diberikan harus mudah dilaksanakan tanpa menimbulkan efek samping. Terapi latihan untuk penyandang asthma tersebut dirangkai dalam satu paket senam yang dikenal dengan senam asthma. Selama ini masih terdapat keraguan dalam masyarakat mengenai latihan fisik (kegiatan jasmani) bagi penyandang asthma sebab latihan fisik atau kegitan jasmani kadang justru dapat mencetuskan serangan asthma yang dikenal dengan istilah Exercise Induced Asthma (EIA). Peranan latihan fisik/kegiatan jasmani bagi penyandang asthma juga penting artinya. Senam asthma juga berguna untuk mempertahankan dan atau memulihkan kesehatan. Senam asthma yang dilakukan secara teratur akan menaikkan volume oksigen maksimal, selain itu dapat memperkuat otot-otot pernafasan sehingga daya kerja otot jantung dan otot lainnya menjadi lebih baik sehingga onset kekambuhan asthma dapat diminimalisir. Pendekatan melalui edukasi merupakan salah satu cara terbaik untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya pada masyarakat dan membantu individu mengembangkan kemampuan membuat keputusan dan memberikan pencitraan pada masyarakat untuk menggali dan mengembangkan sikap yang semestinya (Naidono & Wills, 2000). Hal ini dikarenakan sikap dan pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi perilaku kesehatan. Edukasi kesehatan merupakan hal penting dalam meningkatkan status kesehatan. Pendidikan kesehatan yang biasanya diberikan pada penderita asthma hanya melalui ceramah mengenai pencegahan kekambuhan, di Poliklinik Paru RSUP Sanglah, penderita asthma setelah mendapatkan pengobatan secara medis juga mendapatkan pendidikan kesehatan terkait penyakitnya, pendidikan kesehatan yang diberikan di Poliklinik Paru RSUP Sanglah berlangsung kurang lebih selama 1-2 menit yang dilakukan
secara lisan dengan materi utama yang disampaikan meliputi cara mencegah kekambuhan yakni dengan menggunakan obat-batan antiasthma dan penyebab alergi pada penderita tersebut, kurang mendalamnya edukasi yang diberikan oleh tenaga medis menjadi suatu masalah tersendiri bagi penderita asthma yang berkunjung di Poliklinik Paru RSUP Sanglah, hal ini yang mungkin menjadi penyebab lonjakan kunjungan penderita asthma yang sempat berobat di Poliklinik Paru RSUP Sanglah datang kembali ke Poliklinik Paru karena terjadi kekambuhan lagi. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi saat ini, pemanfaatan teknologi sebagai media dalam peningkatan kualitas kesehatan pada masyarakat bukanlah hal yang awam lagi, salah satu jenis pemanfaatan teknologi tersebut adalah penggunaan media audiovisual, dimana media audiovisual digunakan sebagai upaya preventif dalam memberikan pendidikan kesehatan pada seseorang, media audiovisual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara, untuk menyajikan pesan-pesan baik berupa audio maupun visual (Sanaky, 2010). Penggunaan media audiovisual sebagai media pendidikan kesehatan dalam pengontrolan kekambuhan pada penyakit asthma memiliki nilai positif tersendiri, dengan menggunakan media audiovisual, berbagai jenis latihan fisik yang dapat dilakukan pada penderita asthma dapat dilihat dan dilakukan dimanapun, selain itu melalui media tersebut pengenalan asthma secara lebih mendalam dapat ditambahkan sehingga persepsi masyarakat terkait pengontrolan kekambuhan dapat lebih baik kedepannya. Penggunaan media audiovisual dalam upaya preventif dalam memanagement suatu penyakit juga didukung oleh beberapa penelitian, berdasarkan penelitian Asmawati (2014) diketahui bahwa peran pendidikan kesehatan melalui media audiovisual memiliki dampak baik terhadap peningkatan pengetahuan pada penderita hipertensi, melalui penggunaan media audiovisual maka akan membantu memperjalas informasi yang disampaikan, karena dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera manusia. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian Wulan Novelia (2014) diketahui bahwa terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien Diabetes Melitus (DM) setelah diberikan penyuluhan kesehatan, edukasi melalui media audiovisual
mampu meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien DM tipe 2. Sebagian besar responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan memiliki pengetahuan yang baik. Pengetahuan tercipta karena lingkungan, pola didik, dan keingintahuan dari seseorang itu sendiri. Pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada kesadaran dalam upaya meminimalisir penyakit yang salah satunya penyakit DM, serta dapat meningkatkan kesadaran akan kesehatan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Poliklinik Paru RSUP Sanglah, sebanyak lima orang penderita asthma diberikan kuesioner terkait penggunaan media audiovisual dan pendidikan kesehatan selama di Poliklinik Paru RSUP Sanglah, dari lima orang responden tiga orang menyatakan bahwa tidak mengenal mengenai asthma sebelumnya hingga di rawat di Poliklinik Paru RSUP Sanglah dan mendapatkan penjelasan dari dokter diruangan terkait penyakit asthma yang dideritanya, namun kurang mendalamnya penjelasan diruangan membuat responden masih kebingungan dengan faktor yang menyebabkan kekambuhan asthma tersebut serta batasan aktivitas yang boleh dilakukan, sebanyak dua responden menyatakan bahwa sebelum masuk Poliklinik Paru RSUP Sanglah sudah mengenal asthma dan faktor penyebab kekambuhannya tersebut melalui membaca di internet ataupun edukasi dari keluarga yang bergerak dibidang kesehatan, penerapan metode audiovisual sebagai sarana edukasi belum pernah didapatkan penderita sebelumnya, selain itu responden yang digunakan yakni sebanyak lima orang telah memiliki alat yang dapat menampilkan audio dan visual, baik berupa handphone, laptop, ataupun DVD/VCD, serta dapat mengoprasikannya dengan baik secara mandiri. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audiovisual Terhadap Persepsi Pengontrolan Kekambuhan Pada Penderita Asthma di Poliklinik Paru RSUP Sanglah. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap persepsi pengontrolan kekambuhan pada penderita asthma di Poliklinik Paru RSUP Sanglah?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap persepsi pengontrolan kekambuhan pada penderita asthma di Poliklinik Paru RSUP Sanglah. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi persepsi penderita asthma dalam pengontrolan kekambuhan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual 2. Mengidentifikasi persepsi penderita asthma dalam pengontrolan kekambuhan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual 3. Menganalisis persepsi penderita asthma sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat menjadi salah satu metode dalam pemberian pendidikan kesehatan di rumah sakit melalui metode audiovisual. 2. Bagi Pasien Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita dengan melakukan pengontrolan asthma sesuai dengan pendidikan kesehatan yang diberikan. 3. Bagi Mahasiswa Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu metode pendidikan kesehatan dalam proses pembelajaran ataupun saat terjun ke lapangan nantinya
1.4.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan perawat. Di samping itu juga dapat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk mengembangkan evidence based nursing terkait cara pendidikan kesehatan yang lebih efektif. Manfaat lainnya adalah dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.