GEDUNG RESEPSI PERNIKAHAN PARIPURNA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DI YOGYAKARTA BAB 1

dokumen-dokumen yang mirip
WEDDING CENTRE DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kulonprogo Bantul Gunung Kidul

MAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN

WEDDING CENTER DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Pernikahan tidak hanya sekedar menyatukan sepasang kekasih, tetapi

Kompleks Sarana Pernikahan di Yogyakarta BAB I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang hendak dicapai dengan adanya Wedding Hall ini adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. Wedding Venue di Sleman

BAB I PENDAHULUAN. dan as-sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Wedding Mall di Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

Fasilitas Pernikahan Aquatic di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PUSAT RUMAH MODE (FASHION HOUSE CENTER) DI BANDUNG

BAB IV GAMBARAN UMUM HOUSE OF HENDRIK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bebas tanpa hambatan tarif maupun non-tarif. Dari total. penduduk Indonesia. Indonesia dengan SDM dan SDA nya

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

perencanaan dan perancangan interior gedung perhelatan pernikahan di surakarta

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

Pusat konvensi dan eksebisi di Solo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk hidup berkeluarga. Setiap calon pasangan yang akan menikah

BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 - Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

City Bike Center Velodrome & Area Komersial T.A.37 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Tabel 1. 1 Pertumbuhan Jumlah Pelajar di Yogyakarta

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

kicau. 1 Memasuki dekade 90-an mulai dapat dijumpai beberapa jenis

Trend Customer Preference dalam memilih Bridal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN. (

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB III ANALISIS DATA PROYEK

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PERANCANGAN

LAPORAN TREN PERNIKAHAN 2017 INDONESIA 40.2% 21.9% 12.6% 6.1% 5.6% 3.6%

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau

GRAHA LANSIA KELOMPOK EKONOMI MENENGAH ATAS DI JAKARTA

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. ide/gagasan sampai dengan perumusan konsep perancangan.

SOLO COMMAND CENTER DENGAN PENERAPAN GREENSHIP NEW BUILDING VERSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

GEDUNG RESEPSI PERNIKAHAN PARIPURNA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DI YOGYAKARTA

BAB.I PENDAHULUAN. karena semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang industri baik dari

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

Persiapan Pesta Pernikahan yang Harus Diketahui: A Z

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Salah satu tujuan dalam hidup manusia adalah memiliki kehidupan baru bersama dengan pasangannya. Bagi umat beragama, menikah merupakan salah satu perintah dari Allah di mana manusia diberi tugas untuk memiliki keturunan yang sah dalam masyarakat dengan cara mendirikan sebuah rumah tangga 1. Resepsi pernikahan merupakan suatu rangkaian acara pesta yang dihadiri oleh para tamu dengan tujuan untuk mengumumkan kepada banyak bahwa pada tempat tersebut sedang terjadi pernikahan 2. Dalam resepsi pernikahan terdapat banyak kemungkinan adanya rangkaian acara yang bertujuan untuk memeriahkan acara. Dalam acara resepsi pernikahan, terdapat beberapa hal yang penting untuk dipersiapkan. Resepsi pernikahan dipermudah dengan adanya jasa Event Organizer atau EO. Selain itu juga terdapat jamuan makan dari pengantin sehingga terdapat jasa katering yang turut mendukung keberlangsungan acara. Untuk memeriahkan acara resepsi, ada pula pengantin yang mengundang artis-artis ibukota. Pendukung acara lainnya adalah tim pengatur sound sistem dan tim pengatur lighting, tim dekorasi, dan tim fotografi. Masyarakat kota Yogyakarta pada umumnya menyelenggarakan resepsi pernikahan di gedung pertemuan dan ballroom hotel. Gedung serbaguna dan ballroom hotel yang kerap dimanfaatkan sebagai area resepsi pernikahan antara lain Balai Shinta, Gedung Mandala Bhakti Wanita Tama, Graha Sabha Permana, Jogja Expo Center, Grand Pasific, Graha Sarina Vidi, ballroom Royal Ambarrukmo Hotel, ballroom Sheraton Mustika Yogyakarta, ballroom Grand Aston Yogyakarta, dan ballroom The Sahid Rich Jogja. 1 Mawardi. (1975). Hukum Perkawinan dalam Islam. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta. 2 Purwadi. (2004). Tata Cara Pernikahan Pengantin Jawa. Media Abadi. JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 1

Tabel 1. Gedung Resepsi Pernikahan Gedung Gambar Alamat Kapasitas Grha Sabha Pramana, UGM Jl. Bulaksumur 1 RT 001/10, Caturtunggal, Depok, Yogyakarta 1000-1500 Jogja Expo Center Grha Sarina Vidi Jl. Raya Janti, Yogyakarta. Jl. Magelang Km 8 No.75 Yogyakarta 11.000 3000 Grand Pasific Jl. Magelang Km. 4,5 5000 Ballroom Hotel Sheraton Mustika Ballroom Hotel Royal Ambarrukmo JL. Laksda Adisucipto KM 8.7 Jalan Laksda Adisucipto No. 81, Depok, Yogyakarta 1500 2500 Wisma Arimbi Mandala Bhakti Wanitatama Jalan Laksda Adi Sucipto No. 88 Yogyakarta 2000 Sumber : Penulis Berdasarkan hasil survey dan pengamatan terhadap beberapa acara pernikahan di DIY yang dilakukan oleh penulis selama tahun 2013-2016, jumlah pengunjung acara resepsi pernikahan berkisar di antara 500 hingga 2000 bergantung dari jumlah undangan yang disebarkan oleh calon pengantin, dengan jumlah pengunjung acara pernikahan yang hadir lebih besar 2 kali lipat dari jumlah undangan yang disebarkan. Pada umumnya pengantin menyebarkan sekitar 500-750 undangan kepada kerabat dan relasi dengan jumlah tamu undangan yang hadir berkisar antara 1000-1500. Selama masa persiapan, calon pengantin mempersiapkan kebutuhan pernikahan secara terpisah-pisah. Terdapat beberapa komponen persiapan pernikahan JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 2

seperti lamaran, daftar tamu, persiapan tempat, undangan, kostum, make up, penyedia jasa katering, fotografi, dekorasi, lighting, sound sistem yang perlu dikunjungi oleh calon pengantin. Hal tersebut membutuhkan waktu dan tenaga ekstra, selain itu pengantin juga perlu menyewakan hotel bagi sanak saudara yang berasal dari luar daerah. Pernikahan merupakan satu momen terpenting dalam hidup manusia. Dalam pernikahan, tidak seharusnya calon pengantin diributkan dengan berbagai macam persiapan yang rumit. Akan lebih baik jika pengantin dapat mempersiapkan komponen persiapan tersebut dengan praktis dalam satu lokasi yang menyediakan layanan persiapan pernikahan dengan lengkap. Gedung pernikahan seharusnya mampu mewadahi seluruh komponen persiapan hingga pelaksanaan pernikahan dengan tuntas (one stop service). Jenis-jenis komponen yang perlu dipenuhi adalah komponen selama masa persiapan, yaitu terdiri dari penyedia jasa perlengkapan pernikahan, komponen pelaksanaan pernikahan, yaitu ruang resepsi pernikahan dan tempat menginap bagi kerabat keluarga yang berasal dari luar daerah, hingga proses penyelesaian administrasi akhir setelah seluruh rangkaian acara berlangsung. Di Yogyakarta belum terdapat gedung yang difungsikan khusus untuk mewadahi kebutuhan acara pernikahan mulai dari persiapan hingga pelaksanaannya. Jika sebuah gedung resepsi pernikahan paripurna dengan konsep one stop service dibangun, maka masyarakat kota Yogyakarta dapat menyelenggarakan pernikahan dengan mudah. Pengantin hanya perlu mendatangi gedung tersebut dan mempersiapkan komponen pernikahannya dengan tuntas. Jenis Fasilitas Pernikahan 1 Grha Sabha Pramana, UGM Tabel 2. Fasilitas Gedung Resepsi Pernikahan Jogja Expo Center Gedung Resepsi Pernikahan Grha Sarina Vidi Grand Pasific Ballroom Hotel Sheraton Mustika Ballroom Hotel Royal Ambarrukmo Wisma Arimbi Mandala Bhakti Wanitatama Wedding Organizer 2 Penata Rias 3 Gaun Pengantin 4 Jewellery - - - - - - JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 3

5 Flourist 6 Mobil Pengantin - - - - - 7 Dekorasi 8 Foto Studio 9 Video Shooting 10 Food and Beverage - - - 11 Venue & Banquete 12 Multimedia Sistem 13 Lighting Sistem 14 Sound Sistem 15 Musik 16 Kartu Undangan 17 Wedding cake 18 Souvenir Pernikahan 19 MC & Speech 20 Entertainer Special 21 Effect Sumber : Penulis 1.1.2. Latar Belakang Permasalahan Gedung resepsi pernikahan paripurna dirancang dengan kapasitas 3000 yang didasarkan pada hasil survey dan pengamatan yang dilakukan penulis mengenai rata-rata jumlah undangan yang disebar oleh pengantin, jumlah tamu yang hadir, dan rata-rata kapasitas gedung resepsi pernikahan di DIY. Desain bangunan gedung resepsi pernikahan paripurna sebaiknya mampu mencerminkan fungsi yang ada di dalamnya. Dengan adanya gedung respsi pernikahan paripurna diharapkan timbul kejelasan dan kecocokan antara bangunan dengan fungsi yang diwadahinya, sehinga tercipta suatu identitas bangunan baru berupa gedung resepsi pernikahan paripurna. Penyusunan pola tata ruang pada bangunan gedung resepsi pernikahan paripurna menjadi kunci dalam penyelesaian konsep one stop service. Dengan penyusunan pola tata ruang secara tepat, seluruh rangkaian kegiatan persiapan dan JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 4

pelaksanaan pernikahan dapat dilangsungkan dengan lancar 3. Penyusunan pola tata ruang dapat dilakukan berdasarkan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga ruang dapat saling berkesinambuangan antara satu dengan lainnya. Arsitektur dilihat sebagai sebuah bentukan yang utuh yang di dalamnya terjalin tenunan dua buah aspek, yaitu aspek lingkungan manusia dan lingkungan alam. Pada awalnya, seluruh makhluk hidup memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan lingkungan alam. Pada binatang liar, kehidupan sangat bergantung pada alam. Tanpa alam, binatang liar tidak mempunyai makanan. Berbeda dengan manusia, manusia sebagai makhluk hidup memiliki intelegensia yang tinggi dan bisa hidup tanpa harus selalu bergantung pada alam 4. Hal ini membuat manusia menjadi semena-mena dalam memperlakukan alam, termasuk dalam hal membangun suatu bangunan gedung pernikahan yang kurang memperhatikan kondisi lingkungan alam sekitar. Kehidupan manusia dipengaruhi oleh dua buah arus, yaitu pengalaman teknik dan alam. Teknik merupakan alat bantu yang diciptakan oleh manusia untuk mempercepat suatu proses jika kondisi biologis dirasa terlalu lamban. Akan tetapi, penerapan teknik menimbulkan dampak samping baik secara psikologis, biologis, maupun ekologis. Dampak penggunaan teknik tersebut merupakan imbalan dari kelebihan teknik yang dangkal dan berjangka pendek. Penggunaan teknik yang disertai dengan konsumsi energi yang tidak dapat diperbarui menimbulkan pencemaran dan perusakan terhadap peredaran kehidupan 5. Krisis sumber energi takterbarui mendorong arsitek untuk semakin peduli terhadap energi dengan cara beralih ke sumber energi yang terbarui dan merancang bangunan yang hemat energi. Pada era ini, terdapat tanggapan mengenai arsitek ekologis belum mengenal teknologi bahan dan environmental bangunan yang canggih 6. Namun demikian, pembangunan gedung resepsi pernikahan paripurna diharapkan dapat membuktikan keselarasan dua buah arus tersebut, yaitu pengalaman kecanggihan teknologi dan keselarasan dengan lingkungan alam sehingga dapat mengurangi angka pencemaran lingkungan akibat pembangunan yang kurang bertanggungjawab. 3 Putra, E. P., & Parliana, D. (2013). "Typology of Nature in Functionalism" Pada Perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 6. 4 Salura, P. (2015). Sebuah Kritik : Arsitektur yang Membodohkan. Jakarta: Gakushodo Publisher. 5 Frick, H. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius. 6 Satwiko, P. (2005). Arsitektur Sadar Energi. Yogyakarta: Andi. JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 5

Dalam pertemuan antar-arsitek, terjadi perdebatan mengenai perlu atau tidaknya identitas arsitektur dan lingkungan. Di Negara Barat yang notabene terdiri dari Negara-negara maju, masyarakat telah menjadi jenuh dengan kehadiran arsitektur kontemporer. Dewasa ini, pemikiran mengenai arsitektur mulai berbalik, dari yang awalnya menganut doktrin Arsitektur Modern semacam Bentuk Mengikuti Fungsi yang dicetuskan oleh Bauhaus, Ornamen adalah Kejahatan oleh Adolf Loss, dan Less is More dari Mies Van der Rohe sekarang menjadi keliru dan salah langkah. Doktrin-doktrin tersebut membuahkan arsitektur gaya Internasional yang universal, serta menciptakan lingkungan kota yang seragam dan tanpa kepribadian. Arsitektur pencakar langit berbentuk kotak kaca yang suci hama tunggal rupa menyiratkan lambing modernitas yang didambakan oleh Negara-negara berkembang. Sedangkan para arsitek dan masyarakat Negara maju sendiri justru sedang menyesali kekeliruan yang tercipta mengenai gebrakan universalisme arsitekturnya 7. Ada tanggapan yang mengatakan bahwa arsitektur ekologis merupakan hambatan bagi berkembangnya arsitektur masa kini dan hambatan tersebut harus dihancurkan. Tanggapan ini sebenarnya salah karena baik lingkungan alam maupun arsitektur ekologis memberi teladan bagaimana kegiatan membangun dapat diintegrasikan dalam arsitektur masa kini 8. Oleh sebab itu, pembangunan gedung resepsi pernikahan paripurna dengan pendekatan arsitektur ekologis diharapkan mampu mengangkat kembali prinsip identitas bangunan lokal tanpa mengesampingkan nilai-nilai keindahan. Arsitektur ekologis dapat dimaknai sebagai tanggapan dari kesadaran dan kepedulian manusia terhadap keberlanjutan lingkungan alami. Arsitektur ekologis mengupayakan perubahan budaya dalam menata lingkungan, dalam pola dan gaya hidup untuk mendukung keberlanjutan lingkungan, serta pembentukan sikap yang baru dari interaksi manusia terhadap lingkungan hidup 9. Berdasarkan atas pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu untuk dibangun gedung resepsi pernikahan paripurna dengan pendekatan arsitektur ekologis. Gedung resepsi pernikahan paripurna dapat digunakan sebagai pembuktian bahwa arsitektur dapat berdampingan dengan kondisi kelestarian lingkungan. Keselarasan bangunan dan lingkungan dapat berkolaborasi dengan keberlangsungan fungsi sebagai 7 Budihardjo, E. (2006). Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan. Gadjah Mada University Press. 8 Frick, H. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius. 9 Frick, H. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius. JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 6

bangunan gedung resepsi pernikahan yang dapat mendukung terciptanya area sebagai awal dari sebuah kehidupan baru, baik manusia sebagai awal untuk dimulainya sebuah keluarga baru, maupun kehidupan lingkungan alam akibat adanya pelesatarian lingkungan. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana wujud rancangan gedung resepsi pernikahan yang bersifat paripurna di Yogyakarta dengan konsep one stop service melalui pengolahan pola tata ruang dalam dan ruang luar dengan pendekatan arsitektur ekologis. 1.3. Tujuan dan Sasaran 1.3.1. Tujuan 1. Mewujudkan rancangan gedung resepsi pernikahan yang bersifat paripurna di Yogyakarta dengan konsep one stop service melalui pengolahan pola tata ruang dalam dan ruang luar dengan pendekatan arsitektur ekologis. 2. Mengembangkan image baru dari gedung resepsi pernikahan yang bersifat ramah 1.3.2. Sasaran lingkungan. 1. Terciptanya rancangan tata ruang baru dalam gedung resepsi pernikahan 2. Terciptanya penampilan atau citra arsitektural baru dari gedung resepsi pernikahan 3. Terciptanya gedung resepsi pernikahan ekologis dengan konsep one stop service di Yogyakarta 1.4. Lingkup Studi 1.4.1. Lingkup Substansial Pada lingkup substansial, bagian yang dikaji adalah mengenai arsitektur ekologis, pola tata ruang dalam dan tata ruang luar, serta konsep one stop service. 1.4.2. Lingkup Spasial Pada lingkup spasial, bagian yang diolah adalah mengenai tata ruang dalam dan luar bangunan, yang meliputi organisasi ruang dan zona ruang atau pengelompokan jenis ruang. 1.4.3. Lingkup Temporal Pada lingkup temporal, rancangan ini diharapkan mampu menyelesaikan penekanan studi dalam jangka waktu hingga 10 tahun mendatang. JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 7

1.5. Metodologi 1.5.1. Pola Prosedural Metode yang digunakan dalam proses penyelesaian desain adalah secara deduktif, yaitu ulasan dilakukan dari hal yang bersifat umum menuju ke hal yang bersifat khusus. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, data primer didapatkan dari wawancara langsung dengan pelaku kegiatan dan data sekunder didapatkan dari hasil studi literatur. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan study literatur, melakukan pengamatan secara langsung di lokasi, melakukan wawancara langsung dengan pelaku kegiatan, dan membuat studi terhadap dengan bangunan sejenis. Proses analisis dilakukan secara deskriptif mulai dari pengertian dan makna pernikahan dan gedung resepsi pernikahan, pelaku kegiatan, persyaratan dan kebutuhan ruang dalam gedung resepsi pernikahan, jenis permasalahan yang terjadi, landasan teori hingga jenis pemecahan masalah yang diterapkan. 1.5.2. Keaslian Penulisan No Judul Penulis Isi Beda 1. Wedding Nathasja Pengolahan tata Penyelesaian desain center di Tiffany ruang dalam dan bangunan Gedung Yogyakarta Aprimadhany fasade bangunan Resepsi Pernikahan wedding center Paripurna dengan dengan pendekatan konsep one stop arsitektur regionalism service di Yogyakarta yang diterapkan melalui pengolahan dalam bentuk tatanan tata ruang luar dan tata rumah jawa modern, ruang dalam tatanan siteplan, menggunakan lansekap, warna, pendekatan Arsitektur tekstur, dan interior Ekologis. ruangan. 2. Wedding Saifudin Konsep gedung Lokasi tapak center di Ristandi pernikahan one stop perencanaan bangunan Surakarta service yang wedding center berada One Stop memiliki sarana di kota Surakarta Wedding penunjang untuk dengan pendekatan Service publik dengan citra arsitektur modern modern dan dengan ciri khas JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 8

3. Perancangan Malang Wedding center : Tema Arsitektur Islam, Tuntunan Perilaku Islam Dalam Pernikahan 4. Pusat Pernikahan di Surabaya 5. Kompleks Sarana Pernikahan di Yogyakarta Yulidatul Fatikhah Raguan Binti Agil Ervina Sumaharyana menyertakan ciri khas bangunan Solo Perancangan wedding center yang menyediakan fasailitas kebutuhan pernikahan seperti butik, salon, penginapan, katering, fotografi, dll dengan mengutamakan pernikahan Islami dengan pendekatan Arsitektur Islam Gedung pernikahan di kawasan Pantai Laguna dengan tema Entertainment wedding dan pendekatan rancangan Tangible Methapors yang dirasakan dari karakter visual dan jenis material. Perancangan kompleks sarana pernikahan di Yogyakarta yang mentransformasi suasana romantis dan alami melalui pengolahan tata ruang dalam dan tata ruang luar dengan bangunan Solo, sedangkan perencanaan tapak Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna berada di Yogyakarta dengan pendekatan Arsitektur Ekologis. Perencanaan bangunan wedding center terletak di kota Malang dengan pendekatan Arsitektur Islam, sedangkan perancangan bangunan Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna terletak di kota Yogyakarta dengan pendekatan Arsitektur Ekologis Gedung pusat pernikahan yang dirancang terletak di kawasan Pantai Laguna Jawa Timur dengan pendekatan rancangan Tangible Methapors, sedangkan Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna dirancang di daerah Yogyakarta dengan pendekatan Arsitektur Ekologis Perancangan sarana pernikahan berupa kompleks kawasan dengan pendekatan borrowing, sedangkan Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna dirancang dengan pendekatan Arsitektur Ekologis. JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 9

pendekatan borrowing 1.5.3. Tata Langkah BAB 1. Pendahuluan Penjelasan mengenai kaidah pernikahan bagi masyarakat Pengenalan mengenai konsep one stop service dalam gedung pernikahan Potensi adanya bangunan sebagai wadah bagi masyarakat dalam menyiapkan dan melaksanakan pernikahan secara tuntas dalam sekali waktu Latar Belakang Proyek Pengadaan Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna di Yogyakarta Penataan pola tata ruang luar dan tata ruang dalam bangunan Arsitektur ekologis yang mengutamakan pemikiran mengenai keselarasan antara bangungan dengan lingkungan alam dapat menjadi pemecahan dalam permasalahan desain gedung resepsi pernikahan Latar Belakang Permasalahan BAB 4. Tinjauan Teori Teori mengenai arsitektur ekologis Teori mengenai dasar-dasar penataan ruang dalam dan ruang luar Tinjauan mengenai sifat paripurna dan sistem pelayanan one stop service BAB 3. Tinjauan Lokasi Tinjauan tentang DIY, dasar pemilihan lokasi dan peraturan terkait BAB 2. Tinjauan Proyek Tinjauan mengenai hakikat pernikahan dan gedung resepsi pernikahan Pengolahan desain yang mampu mempertegas identitas bengunan dengan menerapkan gaya arsitektur ekologis Analisis Penekanan Studi BAB 5. Analisis Pengolahan tata ruang dalam dan tata ruang luar yang mencerminkan gaya arsitektur ekologis dan bersifat paripurna Analisis Pelaku Analisis Kegiatan Analisis Kebutuhan Ruang Analisis Site Analisis Perencanaan Analisis Perancangan Analisis Programatik Konsep Perencanaan Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna di Yogyakarta Konsep Tata Ruang Luar Konsep Bentuk dan Ruang Dalam Konsep Struktur Konsep Utilitas Konsep Pancangan Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna di Yogyakarta Konsep Tata Ruang Luar Konsep Bentuk dan Ruang Dalam Konsep Struktur Konsep Utilitas BAB 6. Konsep Perencanaan dan Perancangan JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 10 LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG RESEPSI PERNIKAHAN PARIPURNA DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

1.6. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Pada bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang eksistensi proyek, latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, sasaran penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Proyek Membahas tentang tinjauan proyek yang meliputi tinjauan mengenai acara pernikahan, kondisi eksisting gedung-gedung yang digunakan untuk acara resepsi pernikahan, tinjauan pelaku, serta persyaratan dan kriteria gedung resepsi pernikahan. Bab III Tinjauan Lokasi Berisi tentang tinjauan lokasi proyek yang mencakup gambaran mengenai DIY, peraturan terkait lokasi yang dipilih, serta dasar pertimbangan dalam menentukan lokasi. Bab IV Tinjauan Pustaka dan Landasan Teoretikal Bab V Berisi tentang landasan teori yang digunakan selama proses perencanaan dan perancangan terkait dengan menjawab permasalaan desain yang terjadi. Teori yang akan digunakan adalah teori mengenai tata ruang dalam dan tata ruang luar, teori mengenai arsitektur ekologis, serta teori mengenai sistem one stop service. Analisis Berisi tentang proses analisis dalam perencanaan dan perancangan yang meliputi analisis mengenai jenis pelaku, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, analisis tapak, pendekatan studi, pemilihan warna & material bangunan, jenis vegetasi, sistem struktur dan utilitas bangunan. Bab VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Berisi tentang konsep hasil dari proses analisis pada Bab V, yaitu terdiri dari konsep perencanaan dan perancangan yang meliputi konsep organisasi ruang, konsep tapak, konsep pemilihan warna dan material, pemilihan jenis vegetasi, serta sistem struktur dan utilitas bangunan. JANNIFER SHELLYN CHRISNESA 12 01 14229 11