BAB I PENDAHULUAN. trigonometri, kalkulus, statistika, dan peluang. dengan yang lain (Bariyah, 2010). Jarak pada bangun ruang adalah salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matermatika yang dilakukan di Indonesia kira-kira seperti yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah et.al open ended

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Panji Wiraldy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kritis, berkualitas dan mampu bersaing dalam era teknologi. Dewasa ini. membantu proses pembangunan disemua aspek kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya aljabar, geometri, kalkulus, statistika, dll. Bangun ruang sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS

A.2 TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN AWAL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT UNTUK MENCAPAI LEVEL BERPIKIR GEOMETRI PENGELOMPOKKAN PADA SISWA SMP

TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI)

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM BELAJAR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI BELAJAR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan. Pendidikan dapat diperoleh secara formal melalui sekolah atau

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

TABEL ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI DESAIN DIDAKTIS AWAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tri Aprianti Fauzia, 2015

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional pasal 37). Matematika juga disebutkan sebagai salah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irma Octavia Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1.Pengertian Koneksi Matematika 2.Ruang Lingkup dan Aspek Koneksi Matematika

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya. nasional. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika selain memiliki sifat abstrak, ternyata juga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan karena pelaksanaannya yang diberikan pada semua jenjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kisi Kisi Matematika SMA

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN RUMUS-RUMUS TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA MENURUT PRINSIP KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS XI IPA MAN CENDIKIA JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA PERKULIAHAN KALKULUS PEUBAH BANYAK I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A Siti Sarah, 2014 Desain didaktis

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

GAMBARAN UMUM SMA/MA. Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG DEPDIKNAS 1

2015 D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dimana materi matematika diperlukan disemua jurusan yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Maylani, 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena setiap siswa

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA MATA KULIAH KALKULUS VEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENYELESAIAN MODEL MATEMATIKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

BAB I PENDAHULUAN. itu tidak lepas dari arus globalisasi dan aspeknya yang telah mengakibatkan

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh cabang matematika seperti Aljabar, Aritmatika, Analisis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan disiplin ilmu yang kaya akan konsep. Konsepkonsep dalam matematika memiliki keterkaitan yang cukup tinggi, yaitu konsep yang satu dapat menunjang, bahkan membangun konsep yang lain (Suherman, 2003). Matematika mencakup logika, aljabar, geometri, trigonometri, kalkulus, statistika, dan peluang. Geometri merupakan salah satu aspek penting dalam matematika. Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika menengah karena banyaknya konsep yang termuat di dalamnya (Abdussakir: 2009). Geometri memuat konsep mengenai titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang berserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya, dan hubungannya antara satu dengan yang lain (Bariyah, 2010). Jarak pada bangun ruang adalah salah satu konsep geometri yang dipelajari pada pembelajaran matematika. Pada dasarnya, geometri memiliki peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain karena ide-ide geometri sudah dikenal siswa sebelum mereka masuk sekolah, seperti garis, bidang, dan ruang, namun bukti-bukti di lapangan menunjukkan hasil belajar geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan (Abdussakir, 2009). Selain itu, Soedjadi (Bariyah, 2010) mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep geometri,

2 misalnya siswa menyebut rusuk pada bangun ruang merupakan rangka yang menopang tubuh. Krismanto (2004) mengungkapkan bahwa dua masalah utama dalam pembelajaran jarak adalah menentukan/menggambar ruas garis yang menunjukkan jarak yang dimaksud kemudian menghitung jarak tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Candraningrum (2010) kepada sembilan siswa yang dipilih dari kelas XA dan XB MAN Yogyakarta I tahun ajaran 2009/2010. Beberapa siswa teridentifikasi mengalami kesulitan terkait konsep jarak pada bangun ruang. Salah satu hasil pengerjaan siswa yang salah mengenai konsep tersebut adalah sebagai berikut. Soal: Diketahui kubus PQRS.TUVW dengan panjang rusuk 6 cm. Tentukan jarak titik R ke garis PW! Ilustrasi lukisan jarak yang dimaksud siswa yaitu sebagai berikut. Siswa langsung menghubungkan titik ke titik yang terletak pada garis tanpa memperhatikan proyeksi titik pada garis pada saat menentukan jarak titik ke garis. Oleh karena itu, Candraningrum (2010) berpendapat bahwa siswa mengalami kesulitan berkaitan dengan prinsip jarak dari titik ke garis pada bangun ruang.

3 Dorongan guru untuk memecahkan masalah kesulitan siswa merupakan salah satu unsur dalam pengembangan profesi guru (Widdiharto, 2008). Guru yang mampu mengidentifikasi kemampuan, nilai/sikap, dan minat para siswanya akan dapat menyelaraskan atau memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat memahami bahan ajar yang dikembangkan guru untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Jika siswa teridentifikasi mengalami hambatan, maka guru harus memandangnya sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan pada saat pertama kali hal tersebut diketahui. Kesulitan siswa dalam memahami suatu konsep (learning obstacles), khususnya yang bersifat epistimologis, dapat dijadikan pertimbangan bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran. Kesulitan yang bersifat epistimologis yaitu kesulitan yang dihadapi seseorang ketika orang tersebut tidak dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan suatu masalah. Perencanaan pembelajaran yang berdasarkan kepada kesulitan siswa disebut dengan desain didaktis. Desain didaktis disusun untuk mengatasi learning obstacles yang muncul pada proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu mengarahkan siswa kepada pembentukan pemahaman yang utuh. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul Desain Didaktis Konsep Jarak pada Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika.

4 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kesulitan (learning obstacles) apa saja yang timbul dari siswa terkait konsep jarak pada bangun ruang? 2. Desain didaktis seperti apa yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran konsep jarak pada bangun ruang berdasarkan kesulitan yang ditemukan? 3. Bagaimana respons siswa yang muncul pada saat desain didaktis diimplementasikan? 4. Bagaimana efektivitas dari desain didaktis yang telah dibuat dalam mengatasi learning obstacles terkait konsep jarak pada bangun ruang? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi kesulitan (learning obstacles) yang timbul dari siswa terkait konsep jarak pada bangun ruang. 2. Mengetahui desain didaktis yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran konsep jarak pada bangun ruang. 3. Mengetahui respons siswa yang muncul pada saat desain didaktis diimplementasikan. 4. Mengetahui efektivitas dari desain didaktis yang telah dibuat dalam mengatasi learning obstacles terkait konsep jarak pada bangun ruang.

5 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, mengetahui learning obstacles terkait konsep jarak pada bangun ruang dan desain didaktis untuk mengatasi learning obstacles tersebut serta implementasi dan efektivitasnya. 2. Bagi guru, diharapkan dapat menciptakan pembelajaran matematika berdasarkan karakteristik siswa melalui penelitian desain didaktis serta dapat merancang bahan ajar yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar secara optimal, khususnya mengenai konsep jarak pada bangun ruang. 3. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih memahami konsep jarak pada bangun ruang dalam pembelajaran tanpa adanya kesalahan konsep yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembelajaran matematika berikutnya. E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Kesulitan belajar (learning obstacles) merupakan hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. 2. Hambatan epistimologis (epistemological obstacles) merupakan hambatan yang dialami seseorang ketika orang tersebut tidak dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan suatu masalah. 3. Desain didaktis merupakan rancangan situasi didaktis dengan memperhatikan prediksi respons siswa beserta antisipasinya. Desain didaktis dikembangkan berdasarkan kesulitan belajar yang diidentifikasi

6 sehingga diharapkan dapat mengurangi kesulitan siswa dalam memahami suatu konsep. 4. Efektivitas desain didaktis diukur dengan menggunakan skala penilaian yang diadaptasi dari Gain Ternormalisasi Hake, dengan rumusan sebagai berikut. e = dengan e adalah derajat peningkatan. % akhir % awal 100% % awal