BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

Artikel Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PG-PAUD.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENGANYAM PADA ANAK MELALUI MEDIA DAUN-DAUNAN PADA KELOMPOK B RA NUR-SALAM JURON NGUTER SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PGPAUD. Oleh : SHOHIFATUL MUNIROH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Riyadush Sholihin Margahayu Kota Bandung) Oleh: Devi Nawang Sasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai sarana yang paling ideal bagi bangsa Indonesia. Tujuan ideal yang hendak dicapai melalui proses dan sistem pendidikan nasional adalah sebagaimana yang telah dituangkan dalam Undang- Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 RI Tahun 2003 Pasal 1ayat 14 yaitu yang berbunyi: Pendidikan Anak usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat. Maka sebaiknya pendidikan anak usia dini janganlah dianggap sebagai pelengkap saja, karena kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang diberikan jauh di atasnya. Anak memerlukan kegiatan yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Bagi anak, bermain merupakan sarana belajar bagi mereka. Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk memasuki dunia selanjutnya dan merupakan cara untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak seperti aspek kognitif, sosial, emosi, dan fisik. Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.

2 Melalui bermain, gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih dengan baik. Peningkatan keterampilan motorik seorang anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lain pula. Bagi anak usia prasekolah, gerakangerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilanketerampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi (Bredekamp, 1987 dalam Solehuddin 1997). Menurut Hurlock (1994) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat, keamatangan syaraf dan otot yang terkoordinasi. Sedangkan menurut Zeller dan Hetser (dalam Haditono, 1991) perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan melakukan/merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah pula kemampuan motoriknya. Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2001) perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Sesuai dengan hasil penelitian Mayke (2007) bahwa motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Seperti untuk menulis, menjiplak, menggunting, mewarnai, melipat, menggambar hingga menarik garis. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1978) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoodinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Endah,2008). Perkembangan

3 motorik meliputi motorik kasar dang halus. Perkembangan ini akan berpengaruh pada kemampuan sosial emosi, bahasa, dan fisik anak. Dalam perkembangan anak, biasanya kemampuan motorik kasar lebih dahulu berkembang daripada kemampuan motorik halus. Hal ini terbukti ketika anak sudah dapat berjalan dengan menggunakan otot-otot kakinya, kemudian anak baru mampu dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar atau menggunting. Keterampilan motorik halus pada umumnya memerlukan jangka waktu yang relatif lama penyesuaiannya. Hal ini merupakan suatu proses bagi seorang anak untuk mencapainya. Maka diperlukan intensitas kegiatan yang syarat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus yang dimiliki anak setiap anak berbeda.ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak. Menurut Holts (2009) kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekitar 6 tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel. Setelah mengetahui permasalahan secara umum diatas, jika melihat pada kenyataan dilapangan, sebagian Taman Kanak-kanak dalam pembelajaran motorik halus terkadang guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional maksudnya metode pembelajaran ini berpusat pada guru kurangnya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung, guru kurang professional dalam memberi pengajaran karena terbatasnya pengetahuan dan keterampilan, kondisi belajar yang kurang kondusif dan masih kurangnya sarana prasarana/kurangnya media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Melihat dari apa yang terjadi di lapangan khususnya di TK Plus Al Ihsan berdasarkan pengamatan dan hasil observasi dengan guru kelompok B menunjukkan bahwa dalam hal ini anak-anak pada umumnya memiliki

4 kemampuan motorik halus yang belum terlihat optimal terutama terutama pada kegiatan pramenulis seperti memegang pensil yang belum benar, menjiplak bentuk/garis yang belum rapi, kesulitan membuat bentuk-bentuk tulisan dan mewarnai yang masih terlihat curat coret serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan bimbingan terutama kemampuan motorik halus, yang mencakup penggunaan koordinasi otot-otot kecil/halus. Hal ini bisa disebabkan faktor kematangan anak dan stimulus/latihan yang belum diterapkan secara konsisten seperti pembelajaran yang ada dalam program disekolah tersebut. Menurut pengamatan TK ini belum terdapat program dalam meningkatkan kemampuan motorik halus secara khusus. Berdasarkan refleksi awal dengan guru disepakati sebagai solusi tindak lanjut untuk mengetahui permasalahan tersebut yaitu dengan kegiatan menganyam. Menurut Hurlock (1996) kemampuan motorik halus dimulai sejak dini melalui kegiatan memegang dan meraba, dan perkembangannya akan semakin pesat setelah anak memasuki usia tiga tahun, yaitu saat sebagian besar gerak motorik halus berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot, akan tetapi keterampilan ini harus tetap dipelajari guna optimalisasi perkembangan serta untuk mempersiapkan anak agar mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Para ahli pendidikan memandang bahwa usia prasekolah merupakan masa emas bagi penyiapan anak untuk menjalani proses perkembangan dan belajar selanjutnya. Pada usia ini pula terdapat masa peka yang sangat potensial sekali untuk dikembangan secara optimal sebagai tuntutan perkembanga anak. Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anakanak. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi, dapat memberikan kesenanganan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi

5 keterampilan yang lainnya. Menurut Rachmawati (2003) bahwa dengan potensi kreativitas, maka anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide-ide kreatif. Berkaitan dengan pembelajaran disekolah, sebenarnya terdapat banyak pendekatan dan kegiatan pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan aspek motorik halus anak seperti pendekatan seni. Pendekatan seni ini dapat dilakukan untuk menstimulasi motorik halus pada anak. Seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepakaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan keindahan, keselarasan, bernilai seni dan lainnya. Menurut Ki Hajar Dewantara Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggetarkan jiwa perasaan manusia. Seni juga merupakan kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media. Pengembangan seni bertujuan untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain, yang divisualisasikan dalam tata susunan yang indah dan menarik, sehingga dapat menimbulkan kesan rasa senang ataupun puas bagi yang menghayatinya (Ida Herawatie,1999). Menurut (Koster,1997) Pengembangan seni juga bertujuan membantu anak mengembangkan koordinasi mata dan tangannya, mengembangkan keterampilan motorik halus anak didik dalam berolah tangan. Berdasarkan medium seni yang digunakan para seniman kita mengenal berbagai cabang seni, antara lain seni musik, seni tari, seni rupa, seni sasra, dan seni drama/theater. Masing-masing cabang seni tersebut cara menikmatinya melalui indera yang berbeda. Seperti seni rupa adalah cabang seni yang diciptakan dengan menggunakan elemen atau unsur rupa dan dapat diapresiasi melalui indera mata atau penglihatan. Salah satu pembelajaran bidang seni rupa yaitu pada kegiatan menganyam. Menurut Sukardi (2008) kegiatan menganyam terdapat di semua wilayahwilayah daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan di seluruh nusantara. Yang masing-masing mempunyai khas dan corak atau motif yang berbeda-beda.dari

6 corak atau motif yang dimiliki oleh masing-masing menjadikan keanekaragaman motif anyam di nusantara ini. Perkembangan anyaman di samping beraneka ragam motif juga ditunjang oleh teknologi. Walaupun teknologi kerajinan anyam yang beraneka dan banyak macamnya tetapi prinsip kerjanya sama, yaitu adanya lungsi dan pakan. Tanpa lungsi dan pakan maka anyaman tidak akan dapat diproses dan tidak dapat menghasilkan karya anyaman. Menganyam merupakan suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan untuk menghasilkan aneka benda/barang pakai dan benda seni, yang dilakukan dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan bagian-bagian kertas/pita anyaman secara bergantian. Adapun kerativitas menganyam di TK yang dimaksudkan adalah keterampilan dalam melakukan aktivitas pratek membuat motif anyaman dasar sederhana, anyaman kombinasi dengan menggunakan bahan kertas berwarna, pita, dan lainnya. Dalam penerapannya diperlihatkan bahan dan motif anyaman yang disesuaikan dengan kondisi setempat dan tingkat kemampuan anak TK Selain itu menganyam juga banyak kegunaannya bagi anak TK, selain untuk melatih motorik halus anak dan mempunyai unsur pendidikan juga untuk mengembangkan koordinasi mata dan tangan, dapat membangkitkan minat anak dan menjadikan anak terampil dan kreatif, adapun pada perkembangan afektif dapat melatih kesabaran anak dan pada perkembangan kognitif anak dapat melatih kreativitas, imajinasi, dan konsentrasi. Selain semakin mengasah kreativitas anak pun akan lebih mengenal salah satu warisan budaya bangsanya, anak dapat mengenal kerajinan tradisional yang ditekuni oleh masyarakat Indonesia, Sekarang ini, teknik menganyam sudah lebih berkembang dan modern, namun karya anyaman tradisional lebih disukai banyak orang karena memiliki nilai seni yang lebih tinggi. Dengan demikian kemampuan motorik anak perlu untuk ditingkatkan untuk mengubah suatu keadaan dalam memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan dibidang pendidikan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang penerapan kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan.

7 Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis memilih judul Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam B. Identifikasi Masalah Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang bisa mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti, sehingga bisa lebih mudah dan jelas. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasi masalah tersebut yang dipengaruhi faktor-faktor : 1. Kurangnya lingkungan yang melibatkan anak dalam kegiatan motorik halus. 2. Metode atau teknik yang digunakan kurang bervariasi sehingga anak merasa jenuh dan bosan. 3. Guru kurang terampil dan kurang berkreatif dalam memberikan teknik pengajaran. 4. Proses pembelajaran masih kaku dan kurang menarik minat anak untuk kegiatan motorik halus anak. 5. Dalam suasana kelas antara guru dan anak tidak kondusif. 6. Guru kurang memperkenalkan teknik budaya tradisional. C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan : 1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan sebelum menerapkan kegiatan menganyam? 2. Bagaimana penerapan kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al- Ihsan setelah menerapkan kegiatan menganyam?

8 D. Tujuan Masalah Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaiaman peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan melalui kegiatan menganyam. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan sebelum menerapkan kegiatan menganyam. 2. Mengetahui penerapan kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan. 3. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al- Ihsan setelah menerapkan kegiatan menganyam. E. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, istilah dalam bahasa Inggris ( classrom action research ). Karena penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru dalam memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan motorik halus anak melalui menganyam di kelompok B Taman Kanak-kanak Plus Al-Ihsan. Lokasi penelitian tindakan kelas dilakukan di Taman Kanak-kanak Plus Al-Ihsan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Penelitian diperlukan sesuatu hal yang akan diteliti serta diamati oleh peneliti yang disebut dengan subjek, adapun subjek penelitian adalah siswa kelas B TK Plus Al-Ihsan Semester 1 tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa sebanyak 12 anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 6 anak perempuan dengan usia antara 5-6 tahun. Penelitian menggunakan model spiral menurut Jhon Elliot (Musihuddin, 2009) secara berulang-ulang semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan/ pencapaian hasilnya. Setiap siklusnya terdiri dari bebarapa tahap yaitu: (1) penyusunan rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi pelaksanaan tindakan dan (4) refleksi.

9 Keempat tahap tersebut merupakan satu siklus, sehingga setiap tahap akan berulang kembali. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum berhasil memecahkan masalah. Setelah siklus berlangsung beberapa kali diharapkan terjadi perbaikan yang diinginkan. Proses pengolahan data berlangsung sejak awal pembelajaran hingga akhir pelaksanaan program tindakan. Teknik yang digunakan untuk pengolahan data digolongkan menjadi 2 yaitu teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan alan bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada oran lain (Bodgen & Biklen, dalam Hermawan, 2007:1996). Sedangkan analisis data kuantitatif meruapakan suatu cara untuk mengatur data yang belum teratur, mengolah, menganalisis data serta memberikan makna dari data yang diperoleh dari hasil penelitian. Data kuantitatif dalam penelitian ini salah satunya dapat diperoleh dari hasil evaluasi setelah proses pembelajaran. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan melalui kegiatan menganyam, baik secara langsung bagi perkembangan ilmu pengetahuan, peningkatan mutu pendidikan, dan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. Secara spesifik manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembinaan dan pelatihan yang insentif terhadap guru juga perlu diadakan dipihak sekolah, ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya dalam rangka inovasi pembelajaran khususnya tentang kegiatan menganyam di TK untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.

10 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman peneliti dalam mengaplikasikan teori dengan pengalaman di lapangan. b. Bagi Guru TK dan Sekolah Meningkatkan kemampuan mengajar sebagai bahan alternatif dalam membantu guru menyediakan media yang lebih operatif c. Bagi Anak Memperoleh pembelajaran dibidang seni yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak sangat berguna untuk masa dewasa nanti. d. Bagi Lembaga Penyelengaraan Program PAUD Memberi bahan masukan kepada lembaga penyelenggaraan program PAUD pada umumnya dan untuk TK Plus Al-Ihsan untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. e. Bagi Penelitian Selanjutnya Dapat dijadikan kajian lebih lanjut dan dapat memberikan nilai tradisional yang lebih tinggi dalam kegiatan menganyam untuk peningkatan kemampuan motorik halus anak. G. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memudahkan penulisan skripsi, berikut dibawah ini adalah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini : BAB I Pendahuluan; Pada bab ini mengemukakan tentang: Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, Struktur Organisasi Skripsi.

11 BAB II Kemampuan Motorik Halus Anak pada Kegiatan Menganyam; Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori dari konsep tentang masalah yang sedang diteliti. BAB III Metode Penelitian; Pada bab ini mengemukakan tentang: Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelittian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; Pada bab ini mengemukakan tentang: Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi; Pada bab ini mengemukakan tentang: Kesimpulan yang akan diambil dan Saran atau Rekomendasi yang diberikan.