BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif terbentuk sebagai tahapan mulai adanya faktor predisposisi, faktor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih seorang individu. Dari sinilah baru ditentukan apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptif (Padila, 2012). World Health Organization (WHO) (2001) dalam Sutini & Yosep (2014) menyatakan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO Wilayah Asia Tenggara, hampir satu per tiga penduduk di wilayah ini mengalami gangguan neuropsikiatri.dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Masalah kesehatan jiwa akan menjadi The global burdan of disease (Michard & Catherina, 1999; dalam Sutini & Yosep, 2014). Hal ini akan menjadi tantangan bagi Public Health Policy yang secara tradisional memberi perhatian 1

2 yang lebih pada penyakit infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Dissability Adjusted Life Year), diketahuilah bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia (Antai Otong, 1994; dalam Sutini & Yosep, 2014). Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di Tanah Air masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejalagejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riskesdas, 2013; dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% klien di RS Jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia (Republika, 2000; dalam Arif, 2006). Pada tahun 2014 di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, dalam catatan rekam medis skizofrenia masuk pada peringkat 10 besar diagnosa medis pada klien. Skizofrenia hebrefenik berada pada nomor satu dengan jumlah terbanyak di ruang rawat inap, yaitu 14.426 orang. Sedangkan pada urutan kedua

3 dengan skizofrenia paranoid yang berjumlah 2.249 orang pasien (Catatan rekam medis RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat, 2014; dalam KTI Safitri, 2016). Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Pada penderita skizofrenia dapat muncul gejala seperti pembicaraan yang kacau, halusinasi, waham atau delusi, gangguan kognitif dan persepsi, dan lain-lain. Gejala-gejala yang muncul pada penderita skizofrenia dapat menimbulkan penurunan kemampuan penderita dalam berpikir dan memecahkan masalah, bahkan dapat mengganggu kehidupan sosialnya sehingga menyebabkan ketidakmampuan penderita menjalani hidupnya (Arif, 2006). Menurut dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.KJ (2000, dalam Arif 2006) skizofrenia yang terjadi di Indonesia adalah 0,3 1 persen dan biasanya timbul pada usia 18 45 tahun, namun juda dapat menyerang pada individu yang berusia 11 12 tahun. Sedangkan menurut Minister Supply and Service Canada (2005), seseorang dapat terserang skizofrenia pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun tanpa memandang ras, kebudayaan, kelas sosial, maupun jenis kelamin, dan ia berkembang saat memasuki usia 40 tahun. Kamudian di usia lanjut, khususnya di atas usia 40 tahun, kehidupan klien skozofrenia menjadi agak sedikit mudah karena gejala positif mulai berkurang dan pengobatan diberikan dalam dosis rendah dan mulai jarang. Prognosis pada kasus skizofrenia umumnya kurang baik. Sekitar 25% klien dapat pulih pada episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% yang berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan

4 ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali dalam waktu yang sangat singkat (Harris, 1994; dalam Arif, 2006). Angka tersebut menunjukkan bahwa kekambuhan dari klien skizofrenia cukup tinggi. Klien dengan skizofrenia memerlukan perhatian masyarakat, terutama dari keluargadikarenakan yang mengalami dampak paling utama merupakan keluarga, agar kesembuhan dapat dicapai dan kekambuhan dapat dicegah (Arif, 2006). Skizofrenia merupakan penyakit yang berkembang secara bertahap sehingga keluarga bahkan penderita sendiri tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dalam dirinya dalam jangka waktu yang lama. Namun, skizofrenia juga dapat muncul dengan cepat. Sehingga tahapan akut dalam penyakit skizofrenia daat langsung terjadi, seperti halusinasi, delusi, gangguan berfikir, dan hadirnya alter-ego (diri yang lain) pada klien yang disebut gejala positif. Selain gejala positif, terdapat juga gejala negatif yang dapat ditimbulkan dari skizofrenia yaitu kurangnya motivasi atau apatis, tumpulnya indera, dan penarikan diri dari dunia sosial (Minister Supply and Service Canada, 2005). Laporan riset Stuart & Laraia (2005) dalam Sutini & Yosep (2014) menunjukkan, 70% penderita skizofrenia mengalami halusinasi dan 90% dari klien halusinasi mengalami delusi (waham). Waham merupakan salah satu gejala psikotik utama dari skizofrenia (Arif, 2006). Waham menjadi bagian yang tidak terlepas dari skizofrenia yang dialami oleh seseorang. Proses pikir adalah bagaimana ekspresi diri klien. Proses pikir klien diobservasi melalui kemampuan berbicaranya (Stuart, 2007). Terdapat banyak sekali macam-macam gangguan proses pikir, salah satunya adalah waham.

5 Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial (Stuart, 2007). Kemunculan skizofrenia pada seseorang akan memicu konflik dalam keluarganya. Skizofrenia adalah suatu stressor yang sangat besar bagi keluarga sehingga mereka akan mengerahkan segala sumberdaya yang dimiliki untuk menghadapinya. Tidak jarang ini akan memakan waktu lama dan menyebabkan keluarga berkurang ketahanannya dalam merawat. Konflik dalam keluarga semakin membesar yang berakibat pada gangguan penyempitan holding environment dalam keluarga. Anggota keluarga semakin kesulitan menghadapi konflik dan menjaga relasi satu sama lain termasuk dengan klien itu sendiri. Kondisi yang kurang kondusif ini tidak cocok bagi klien dan dapat memperbesar kerentanan klien untuk kambuh (Arif, 2006). Konsep asuhan keperawatan mulai diperkenalkan pada tahun 1950-an, akan tetapi konsep tersebut telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengembangkan proses penerimaan menyeluruh sebagai bagian dari asuhan keperawatan. Konsep ini disadur melalui pendekatan ilmiah untuk pemecahan masalah dan memerlukan keterampilan pengkajian, identifikasi masalah (penetapan diagnosis), perencanaan tindakan, implementasi, dan evaluasi (Doenges, Townsend, dan Moorhouse, 2007). Klien yang mengalami skizofrenia membutuhkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang juga melibatkan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan juga keluarga untuk meningkatkan kesembuhan klien (Dalami, 2010). Sampai saat ini, fokus utama keperawatan jiwa telah meluas yang mengarah pada penanganan klien yang dirawat. Seiring perkembangan waktu, pelayanan

6 kesehatan jiwa mulai muncul dari rawat inap memasuki lingkup rawat jalan. Saat ini juga terdapat pelayanan kesehatan mental berkembang dengan adanya pelayanan kesehatan mental komunitas. Perawatan jiwa yang dapat diberikan dalam komunitas adalah untuk pencegahan karena menyediakan terapi supportif, transisional, atau terapi tingkat lanjut untuk klien yang kembali dari lingkungan rawat inap (Doenges, Townsend, dan Moorhouse, 2007). Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien berfungsi utuh sebagai manusia (Dalami, 2010). Sehingga klien dapat mencapai kesembuhan yang optimal dari penyakit yang dideritanya agar dapat menyatu kembali dalam lingkup kehidupan yang sesuai. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham. 1.2 Batasan Masalah Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: isi pikir waham pada klien yang dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat lebih dari satu kali. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat?

7 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Melakukan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham di Rumah Sakit Jiwa Dr. 2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham di Rumah Sakit Jiwa Dr. 3) Menentukan rencana asuhan keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham di Rumah Sakit Jiwa Dr. 4) Melakukan implementasi keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham di Rumah Sakit Jiwa Dr. 5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham di Rumah Sakit Jiwa Dr.

8 1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat Teoritis Bagi peneliti karya tulis ini sebagai penerapan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia khususnya dengan masalah keperawatan waham untuk menambah wawasan pada ilmu kesehatan jiwa sehingga dapat membantu dalam pemecahan masalah yang ada. 1.5.2 Manfaat Praktis 1) Bagi perawat dapat digunakan sebagai informasi dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa. 2) Bagi rumah sakit dapat digunakan untuk informasi dalam perkembangan kondisi klien. 3) Bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai literatur tentang asuhan keperawatan jiwa dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu selanjutnya. 4) Bagi klien dapat membantu dalam peningkatan penyembuhan masalah keperawatan yang dialami.