Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres Pandaluk Pada Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Lia Agustin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk pada materi penjumlahan bilangan bulat. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk pada materi penjumlahan bilangan bulat. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut, maka peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk yang berjumlah 16 orang siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan wawancara. Desain penelitian ini mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh Kurt Lewin yang terdiri dari 4 komponen yaitu, 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Pengamatan, 4) Refleksi. Proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus dimana siklus pertama memaparkan tentang penjumlahan dua bilangan bulat positif atau dua bilangn negatif sedangkan pada siklus kedua memaparkan tentang penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif. Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran adalah baik. Dari hasil tes terlihat bahwa pada siklus I didapatkan ketuntasan klasikal sebesar 56,25% dan daya serap klasikal sebesar 60,62%, sedangkan pada siklus II didapatkan ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dan daya serap klasikal sebesar 77,5%.Dengan demikian, penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dikelas IV SDN Inpres Pandaluk pada materi penjumlahan bilangan bulat. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Penjumlahan Bilangan Bulat, STAD I. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan disegala bidang ilmu baik dalam ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial. Pada dasarnya, 200
pembelajaran yang menguasai ilmu matematika berarti mereka punya kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan yang lain dengan lebih mudah. Oleh sebab itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Depdiknas, 2006 : 9). Namun kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami hampir disetiap materi pada mata pelajaran matematika. Akibat dari hal tersebut, tujuan pembelajaran sering kali tidak tercapai dengan baik. Menurut Suwarsono (Jaeng, 2004 : 3) Matematika masih saja dianggap sebagai suatu bidang studi yang cukup sulit oleh siswa, dan masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang belum menguasai konsep-konsep dasar atau prinsip-prinsip dalam matematika itu sendiri. Siswa cenderung bersikap pasif dalam pembelajaran, pengetahuan baru yang mereka peroleh hanya berdasarkan pada apa yang disampaikan oleh guru. Tanpa mengkonstruksi pemahamannya terhadap konsep atau prinsip tersebut secara mandiri. Hal yang sama juga terjadi di kelas IV SDN Inpres Pandaluk. Masalah yang terjadi berdasarkan hasil tes identifikasi yang diberikan dari 16 orang siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk hanya terdapat 3 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas 60 sedangkan 13 siswa yang lain mendapatkan nilai di bawah 60. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi untuk belajar matemetika, kurangnya dukungan dan bantuan orang tua di rumah untuk membantu dan membimbing siswa dalam belajar, metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru belum mampu menarik minat siswa untuk belajar serta keterbatasan sarana dan prasarana pendukung dalam proses belajar mengajar. Informasi lain yang diperoleh bahwa dalam proses pembelajaran siswa kurang terlibat aktif baik untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyebabkan siswa sulit untuk menyampaikan ide-idenya. Hal yang juga sering terjadi dalam proses pembelajaran, kebanyakan siswa segan atau malu-malu bertanya pada guru. Mereka cenderung lebih senang bertanya pada temannya, di sisi lain tidak semua 201
siswa yang lebih paham pada materi pembelajaran mau berbagi pengetahuan dengan siswa lainnya. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka peneliti melakukan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk pada materi penjumlahan bilangan bulat. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang menerapkan bimbingan antar teman. Slavin (abdul majid, 2013: 185) menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Hal tersebut memungkinkan siswa belajar menjelaskan, mengkonfirmasi, bernegosiasi dan memotivasi antar sesama teman sehingga siswa lebih aktif dalam kelas. Dalam pembelajaran ini siswa diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan secara kelompok yang kemampuan tiap anggota kelompoknya sangat menunjang terhadap hasil belajar dalam kelompok mereka. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa juga diajak belajar mandiri dan dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi yang dicari. Jadi melalui model pembelajaran ini siswa diajak berpikir dan memahami materi, tidak hanya mendengar, menerima dan menghafal, sehingga keaktifan dan keterampilan siswa dapat dikembangkan. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model penelitian ini mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh Kurt Lewin (Trianto, 2011 : 30) yang terdiri 4 komponen yaitu (1) perencenaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru (peneliti) dan siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk yang 202
jumlah 16 orang siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-kaki dan 8 siswa perempuan. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang meliputi hasil observasi dan hasil wawancara, serta kegiatan guru atau peneliti selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data kuantitatif berupa hasil tes, yang diperoleh dari hasil evaluasi siswa.adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah: 1) Pemberian Tes. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam hal menjumlahkan bilangan bulat sebelum menggunakan model pembelejaran kooperatif tipe STAD.Tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam hal menjumlahkan bilangan bulat setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2) Observasi/Pengamatan. Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II berlangsung. Pelaksanaan observasi baik pada guru/peneliti dan kepada subyek penelitian dilakukan dengan cara mengisi format observasi yang telah disiapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktifitas siswa dan aktifitas guru selama pembelajaran berlangsung. 3) Wawancara dimaksud untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai hasil belajar siswa tentang kelebihan dan kelemahan yang didapatkan responden. Wawancara ini dilakukan pada 3 siswa yang masih mendapatkan nilai dibawah rata-rata KKM (60) dan 3 siswa yang sudah mendapatkan nilai diatas KKM (60). Adapun tahapan-tahapan penelitian pada siklus I, peneliti melakukan beberapa kegiatan, antara lain: 1) Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: a) Merancang rencana pembelajaran mengenai materi penjumlahan bilangan bulat. b) Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil c) Merancang lembar observasi aktifitas guru dan siswa. d) Merancang LKS. e) Merancang tes akhir siklus I 2) Pelaksanaan 203
Kegiatan pada siklus I yaitu melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana kegiatan pembelajaran (RPP siklus I) dengan mengajarkan materi penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. 3) Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap aktifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. 4) Refleksi Pada tahap ini adalah peneliti dan teman sejawat mendiskusikan hasil tes dan observasi yang digunakan untuk melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi selama tindakan pembelajaran berlangsung. Kekurangan dan kelebihan itu dijadikan acuan untuk menentukan siklus tindakan berikutnya. Adapun tahapan-tahapan penelitian dalam siklus II, peneliti melakukan beberapa kegiatan, antara lain: 1) Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: a) Merancang rencana pembelajaran mengenai materi penjumlahan bilangan bulat. b) Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil c) Merancang lembar observasi aktifitas guru dan siswa. d) Merancang LKS. e) Merancang tes akhir siklus II 2) Pelaksanaan Kegiatan pada siklus II yaitu melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana kegiatan pembelajaran (RPP siklus II) dengan mengajarkan materi penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. 3) Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap aktifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. 4) Refleksi 204
Hasil yang diperoleh pada siklus I dan silkus II dikumpulkan serta dianalisa hasilnya dan digunakan untuk menarik kesimpulan apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk Kecamatan Bulagi Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pra Tindakan Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pada hari Senin tanggal 27 Januari 2014, peneliti menemui kepala sekolah tempat peneliti mengajar, membicarakan rencana penelitian yang akan dilakukan serta memohon kesediaan salah seorang teman guru sebagai teman sejawat untuk menjadi pengamat. Perencanaan tersebut disepakati bahwa pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 03 Februari 2014, peneliti mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan penelitian terutama RPP, lembar observasi guru dan siswa. Berdasarkan hasil tes awal diketahui bahwa kemampuan siswa dalam penjumlahan bilangan bulat secara klasikal masih sangat rendah dari 16 siswa yang tuntas secara klasikal hanya mencapai 18,75%. Data ini menunjukan bahwa pembelajaran penjumlahan bilangan bulat belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan siswa masih lebih banyak bermain pada saat pembelajaran berlangsung atau tidak memperhatikan guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hasil Tindakan Siklus I Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan pembelajaran yang melibatkan siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk pada mata pelajaran matematika dengan materi Penjumlahan Bilangan Bulat. Pelaksanaan tindakan siklus I ini, dilaksanakan pada hari senin, 03 Februari 2014 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Tahapan tindakan ini yaitu tahap pendahuluan, tahap inti dan tahap akhir yang mengacu pada RPP. Dari hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus I menunjukan bahwa dari 18 aspek aktifitas guru pada kegiatan belajar mengajar persentase capaian termasuk dalam kriteria baik yaitu 65,27%. Hal ini menunjukan bahwa besarnya persentase ini belum 205
dikatakan tuntas sehingga aspek-aspek aktifitas guru pada kegiatan belajar mengajar yang belum memenuhi kriteria baik diperbaiki dan dioptimalkan pada siklus II. Aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus I sudah termasuk dalam kategori cukup dengan skor sebesar 38 dari hasil maksimal 60, dan jika dipresentasikan sebesar 63,33% atau termasuk dalam kriteria cukup. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu adanya usaha peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran sehingga hasil yang diharapkan akan lebih baik dari yang sebelumnya. Pelaksanaan tindakan Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya memberikan tes evaluasi yang merupakan akhir dari siklus I. Tabel I. Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus I No Aspek Perolehan Hasil 1 Skor Tertinggi 75 2 Skor Terendah 40 3 Skor Rata - rata 60,62 4 Banyaknya Siswa Yang Tuntas 9 5 Persentase Ketuntasan Klasikal 56,25% 6 Persentase Daya Serap Klsikal 60,62% Berdasarkan Tabel 1 diatas nampak hasil belajar siswa pada siklus I yakni skor tertinggi adalah 75 dan skor terendah adalah 40 dan skor rata rata yang diperoleh adalah 60,62 yang terdiri dari 16 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar yakni 9 dengan persentase ketuntasan 56,25 dan daya serap klasikal 60,62. Hasil ini menunjukan bahwa pelaksanaan tindakan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD belum berhasil karena belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni 65% sehingga solusi yang ditempuh adalah melanjutkan tindakan ke siklus II. Berdasarkan hasil observasi hasil aktivitas siswa pada siklus I, hasil tes tindakan siklus I selanjutnya dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan lebih efektif untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi siklus I terlihat bahwa : Motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran masih kurang sehingga proses 206
pembelajaran masih di dominasi oleh guru, pada saat mengerjakan tugas, siswa masih terlihat banyak bercerita dengan teman sebangkunya, siswa belum bisa menyimpulkan materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga solusi yang ditempuh adalah melanjutkan tindakan ke siklus II. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan perbaikan pada siklus II yang didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I. pelaksanaan perbaikan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2014. Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus II ini materi yang akan dipelajari yaitu tentang penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif. Observasi yang diamati terhadap aktifitas siswa yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung yaitu dengan cara mengamati kegiatan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.aktifitas guru pada kegiatan belajar mengajar siklus II tidak berbeda jauh dengan pengamatan pada siklus I hanya pada siklus II ini guru lebih mengoptimalkan pembelajaran dengan melihat kendala-kendala yang ada pada siklus I terutama pada saat belajar kelompok. Sehingga aktivitas guru dalam pembelajaran sudah termasuk dalam target capaian dengan skor sebesar 64 dari hasil maksimal 72 dan jika dipersentasekan sebesar 88,88% atau termasuk dalam kriteria baik. Berdasarkan hasil tersebut maka tidak perlu dilakukan perbaikan, sebab target capaian yang di inginkan telah tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan belajar kelompok. Aktifitas siswa memperoleh kriteria baik, kualitas aktifitas siswa dalam kelompok pada proses belajar mengajar memperoleh 90% dengan demikian maka aspek aspek aktifitas siswa pada kegiatan belajar mengajar telah sesuai dengan harapan sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan. Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus II, kegiatan selanjutnya memberikan tes yang merupakan tes akhir dari siklus II. Tabel 2. Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II No Aspek Perolehan Hasil 1 Skor Tertinggi 90 207
2 Skor Terendah 60 3 Skor Rata rata 77.5 4 Banyaknya Siswa Yang Tuntas 14 5 Persentase Ketuntasan Klasikal 87,5% 6 Persentase Daya Serap Klsikal 77,5% Berdasarkan Tabel 2 di atas nampak hasil belajar siswa pada siklus II yakni skor tertinggi 90 dan skor terendah 60 dan nilai rata-rata yang diperoleh 77,5 yaitu terdiri dari 16 siswa. Banyak siswa yang tuntas belajar yakni 14 orang persentase ketuntasan 87,5% dan daya serap klasikal 77,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah di tetapkan yakni 65%. Sehingga penelitian tindakan kelas ini tidak perlu di lanjutkan ke siklus selanjutnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil yang diperoleh siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang menekankan pada model kooperatif tipe STAD adalah cukup baik secara klasikal yang tuntas 87,5 % sementara 2 siswa masih mengalami kesulitan belajar. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan keseriusan siswa tersebut pada kegiatan belajar. Berdasarkan hasil tes akhir dan observasi pada pelaksanaan tindakan siklus II telah menunjukan peningkatan hasil belajar siswa yang maksimal di bandingkan hasil belajar siswa pada siklus I. Dengan demikian proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi Penjumlahan Bilangan Bulat di SDN Inpres Pandaluk. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan uraian pada siklus I, telah dilakukan beberapa tahapan yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan perbandingan hasil tes kemampuan awal siswa telah mengalami peningkatan yang cukup. Jika dilihat hasil pengamatan kegiatan siswa dri 15 indikator yang diamati (lihat lampiran 9). Hal ini dapat dideskripsikan bahwa secara klasikal siswa telah menunjukan sikap yang baik dalam proses belajar mengajar. Namun hasil yang diperoleh dalam proses pembelajaran dengan pemberian tes akhir pada masing-masing siswa belum 208
mencapai tingkat ketuntasan klasikal yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena pada saat diskusi berlangsung siswa masih banyak yang tidak memperhatikan atau siswa masih terlihat lebih banyak bercerita dangan teman sebangku. Dari hasil yang didapatkan pada siklus, masih ada 7 siswa yang belum tuntas dalam mengerjakan soal atau mendapat nilai dibawah 65.oleh karena itu dilakukan pembimbingan kembali kepada siswa yang belum tuntas untuk mengejar kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan pada kegiatan siklus I melalui tahapan-tahapan yang telah direncanakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi menunjukan hasil belajar yang masih rendah. Oleh karena itu, pada kegiatan siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran dengan berdasar pada penyebab rendahnya hasil belajar pada siklus I, yaitu pada saat pembelajaran berlangsung guru lebih melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran terutama pada saat belajar kelompok. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini diperoleh hasil kegiatan siswa secara klasikan mencapai nilai 54 dari skor maksimal 60 atau jika di persentasekan mencapai 90% dengan kategori sangat baik. Perbandingan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I dan II menunjukkan bahwa perhatian siswa telah mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 63,33% menjadi 90%. Hal ini berarti proses pembelajaran yang dilakukan telah menarik perhatian siswa yang implikasinya pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Sedangkan hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus II mencapai nilai 64 atau 88,88%. Hal ini berarti mengalami peningkatan dari siklus I dengan nilai 47 atau 65,27% menjadi 64 atau 88,88%. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa penelitian tindakan kelas ini secara keseluruhan semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis hasil penilaian minat belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang di tetapkan pada indikator kinerja. Dari hasil tersebut dapat di peroleh gambaran bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD yang di terapkan dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu alternatif dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan yang dimilikinya dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi- 209
potensi yang di milikinya. Dari hasil analisis hasil penilaian akhir siklus I yang merupakan gabungan dari serangkaian penilaian di peroleh rata-rata kelas 60,62 dengan ketuntasan 56.25%. Sementara hasil yang di peroleh pada siklus II rata-rata kelas 77,5 dengan hasil ketuntasan 87.5%. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas menunjukan bahwa semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang yang telah ditentukan. Dengan demikian peningkatan yang terjadi pada serangkaian hasil penilaian untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu Penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan dalam setiap pembelajaran kooperatif tipe STAD melibatkan siswa untuk berinteraksi dalam kelompok, dalam artian setiap siswa mempunyai tanggungjawab untuk memastikan bahwa kelompoknya telah mempelajari materi yang diberikan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan hasil yang diperoleh dan pembahasan yang ada maka penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan menerapkan model koopreratif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk pada materi penjumlahan bilangan bulat. 2. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Pandaluk. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan nilai hasil observasi terhadap aktifitas siswa pada siklus I sebesar 38 atau 63,33% dan aktifitas siswa pada siklus II dengan perolehan nilai sebesar 54 atau 90%. Sedangkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I dengan perolehan nilai sebesar 47 atau 65,27% dan hasil observasi pada siklus II sebesar 64 atau 88,88%. 210
3. Rata-rata kemampuan siswa dalam menjumlahkan bilangan bulat pada kondisi awal 48,43 dengan tingkat ketuntasan klasikal 18,75%. Pada kegiatan siklus I, nilai ratarata kemampuan siswa dalam menjumlahkan bilangan bulat sebesar 60,62 dengan ketuntasan klasikal 56,25Sedangkan pada siklus I, nilai rata-rata kemampuan siswa sebesar 77,5 dengan ketuntasan klasikal 87,5%. 4. Pelaksanaan pembelajaran dengan pedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah diperbaiki dengan penerapan model kooperatif tipe STAD berdampak positif bagi siswa. Saran Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas di SDN Inpres Pandaluk penulis mengemukakan saran sebagai berikut: Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe STAD dapat diujicobakan pada kelas-kelas lain yang sejenis, perlu penulis lanjut untuk mengetahui materi-materi pembelajaran mana yang sesuai untuk menggunakan model kooperatif tipe STAD. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Jaeng, Maxinus. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Sekolah dengan cara Pembelajaran Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK). Diserta tidak diterbitkan. Surabaya : Program Pasca Sarjana : Universitas Negeri Surabaya. Majid Abdul, 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Posdakarya Trianto, 2007, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek Prestasi, Pustaka: Surabaya. ---------------, 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Class Room) Action Research), Jakarta: Prestasi Pustaka Raya 211
Usman, Mu, 1993. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Posdakarya 212