BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan kurikulum yang berlaku, karena kurikulum merupakan syarat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

oleh : YOGI RAHAYU NPM : P

Dian Ayu Natalia. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

Pusvyta Sari 1 Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung merupakan SD paralel. Kelas IV Semester I Tahun Ajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Pelajaran fisika menarik untuk dipelajari tetapi pada kenyatan siswa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. SMK Pelita Salatiga merupakan Sekolah Menengah. Kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di Kota Salatiga.

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan, di jenjang SLTA (SMA dan MA) ilmu ekonomi dipelajari sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( )

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi. Diajukan Oleh: Errys Dwi Susilo

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran adalah salah satu bagian dari dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahayu Fuzi Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting untuk meningkatkan kualitas setiap individu baik secara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SMA NEGERI 1 Tengaran merupakan salah satu sekolah menengah yang berada di Kabupaten Semarang. Setiap sekolah dan lembaga pendidikan memiliki program-program pendidikan yang disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, karena kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran. Perkembangannya kurikulum di Indonesia telah berkembang berkali-kali mulai dari kurikulum CBSA, kurikulum 1994, kurikulum KBK, kurikulum 2004 dan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing- masing satuan pendidikan : tujuan, struktur dan muatan, kalender pendidikan, silabus, dan standart ketuntasan pada satuan pendidikan. 1 SMA NEGERI 1 Tengaran memiliki tiga jurusan yaitu IPA, IPS, dan Bahasa. Untuk kelas XI jurusan IPA dan jurusan IPS terdiri dari empat kelas dan jurusan bahasa terdiri satu kelas. Mata Pelajaran Ekonomi untuk kelas XI jurusan IPS diampu oleh Setiyana, BA. Pendidikan IPS merupakan bagian dari kurikulum SMA NEGERI 1 Tengaran yang memuat mata pelajaran sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi. 1 Sadun Akbar, Hadi Sriwiyana, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran IPS (Cipta Media:Yogyakarta,2011), hal. 2

2 Tujuan pendidikan IPS adalah untuk membantu tumbuhnya pola berfikir ilmuwan social, mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi social masyarakat dalam rangka membantu tumbuhnya warga negara yang baik. 2 Mata pelajaran ekonomi merupakan bagian dari pendidikan IPS yang mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.. Mata pelajaran Ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Perekonomian, 2. Ketergantungan, 3. Spesialisasi dan pembagian kerja, 4. Perkoperasian, 5. Kewirausahaan, 6. Akuntansi dan manajemen. 3 Dalam mata pelajaran ekonomi berkaitan erat dengan lingkungan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu guru harus bisa merangsang peserta didik untuk aktif dan menumbuhkan kesadaran sosial dalam segala aspek kehidupannya. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan pengetahuan kepada siswa saja tetapi harus memiliki tujuan agar peserta didik memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa mata pelajaran ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 2 Rudi Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi Konsep dan Aplikasi, (Alfabeta, Bandung:2011), hal.26. 3 Sapriya, Pendidikan IPS, (Remaja Rosdakara,Bandung:2009), hal. 213.

3 a. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan maalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, massyarakat, dan negara. b. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi. c. Membentuk ikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri endiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara. d. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai social ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. 4 Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus memiliki kualitas kinerja yang baik, karena guru merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan dasar mengajar. Dasar metodologis mengajar : 1. Metode-metode mempelajari siswa 2. Disiplin dan penguasaan 3. Memberi motivasi 4. Menciptakan suasana mendukung. 5 Guru perlu mengetahui dan menguasai strategi pembelajaran dan metode pengajaran apa yang tepat untuk mata pelajaran ekonomi. Pemilihan metode pembelajaran perlu disesuaiakan dengan situasi dan kondisi siswa serta karakteristik dari indikator yang hendak dicapai.. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan beberapa hal yaitu : 4 Rudi Gunawan, Op. Cit. hal.81. 5 Abdul Aziz Wahab, Metode dan model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (Alfabeta, Bandung:2007), hal.24.

4 1. Tujuan pembelajaran 2. Sifat materi pembelajaran 3. Ketersediaan fasilitas 4. Kondisi peserta didik 5. Alokasi waktu yang tersedia 6 Selama ini pelajaran Ekonomi, di SMA NEGERI 1 Tengaran proses belajar yang dilakukan didominasi metode ceramah bervariasi dan siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajran. Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas masih tergolong rendah. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak siswa yang pasif atau sibuk dengan kegiatannya sendiri, mengobrol dengan teman sebangku, siswa tidak aktif bertanya, melamun dan asyik bermain HP. Selain itu berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Ekonomi SMA 1 Tengaran kelas XI IPS-3 hasil belajar siswa tergolong rendah. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian yang nilainya di atas KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 71 sejumlah 16 siswa (enam belas) dari 32 siswa yang ikut ulangan harian, dengan rata-rata 65,0 hanya 50% yang mencapai nilai tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang dipakai tidak tepat karena tidak bisa mengaktifkan siswa. Metode mengajar yang tepat haruslah memperhatikan kemauan, dorongan, minat, potensi dan kemampuan siswa dalam melakukan suatu kegiatan dalam suatu proses pengajaran. Karena ketepatan pemilihan metode berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 6 Rudi Gunawan, Op. Cit. hal.85

5 Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. 7 Salah satu upaya perbaikan pembelajaran menurut Richard Arends untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Menurut Richard Arends dalam buku Rudy Gunawan telah memiliki enam model yang bila dipelajari dengan baik dapat memenuhi kebutuhan banyak guru, model-model tersebut adalah : Berpusat pada guru 1. Presentasi atau ceramah yang merupakan strategi pengajaran interaktif yang dirancang untuk membantu siswaw memperoleh wujud pengetahuan yang terorganisir. 2. Pengajaran langsung yang merupakan salah satu strategi pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan dan kemampuan dasar yang dibutuhkan siswa pada pembelajaran berikutnya. 3. Pengajaran konsep yaitu memberikan kategori yang diilustrasikan melalui contoh positif dan negatif. Berpusat pada siswa 4. Pembelajaran kooperatif, merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa. 5. Pembelajaran berbasis masalah, yang dirancang untuk mengajarkan kemampuan pemecahan masalah dan penelitian dengan memanfaatkan masalah sebagai fokal point untuk keperluan investigasi dan penelitian siswa. 6. Diskusi kelas, merupakan strategi pengajaran yang memanfaatkan interaksi guru-siswa dan siswa-siswa sebagai kendaraan utama untuk mencapai tujuan pembelajaran tingkat tinggi. 8 7 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Bumi Aksara:Jakarta,2006), hal. 16. 8 Rudi Gunawan, Oc. Cit. hal.83

6 Salah satu upaya perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki rendahnya aktivitas dan hasil belajar adalah dengan menggunakan metode kooperatif yang merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran, mengerjakan tugas atau masalah tertentu yang diberikan guru. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Model pembelajaran kooperatif digunakan untuk mencapai hail belajar berupa prestai akademik, tolerani, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan social. 9 Metode pembelajaran kooperatif sangat bervariatif. Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, Think pair Shared, Numbered heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match, Listening Team, Inside Outside Circle, Bamboo Dancing, Point Counter Point, The power Of Two dll. 10 Tipe NHT diperkenalkan oleh Spencer Kagen tahun 1992. NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. 11 9 Agus Suprijono, Cooperative learning teori dan aplikai paikem, (Pustaka Belajar,Yogyakarta:2009), hal.61. 10 Ibid. hal. 89 11 http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head- together/ (diunduh tanggal 13 Januari 2013, 10:04).

7 Tipe ini berpusat pada siswa dalam memahami bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut dengan mengerjakan soal/latihan/masalah secara berkelompok. Olehm karena itu tipe ini diusulkan untuk dapat memecahkan masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim dengan tiga langkah yaitu : a) Pembentukan kelompok; b) Diskusi masalah; c) Tukar jawaban antar kelompok 12 Model pembelajaran ini lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. 1.2. Permasalahan dan Usulan Tindakan Pemecahan Masalah Seharusnya dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung efektif dengan melibatkan peserta didik turut serta mencurahkan gagasan, ide dan pikirannya di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran guru diharuskan dapat memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya antusiasme siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan motivasi dalam belajar dan mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami isi materi pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang memuaskan. 12 Ibid., http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numberedhead-together/.

8 Senyatanya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS-3 SMA Negeri 1 Tengaran masih didominasi metode ceramah. Metode ceramah seringkali membuat siswa merasa bosan dan tidak antusias mengikuti pelajaran. Hal ini diperhatikan dari perilaku siswa selama di dalam kelas. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas ditemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Selama kegiatan belajar mengajar ada siswa yang melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran dan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan kelas, seperti berbicara sendiri dengan temannya, tidur di kelas, bermain HP, membaca komik dll sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 2. Hanya beberapa siswa tertentu saja yang aktif bertanya, dan yang lain tidak menghiraukan apa yang disampaikan guru. 3. Ada siswa suka membentuk kelompoknya sendiri. Siswa perempuan dengan anak perempuan duduk bergerombol untuk bergosip, sedangkan anak laki-laki membuat kelompok sendiri duduk di belakang. 4. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Tengaran kelas XI IPS-3 hasil belajar siswa tergolong rendah. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian yang nilainya di atas KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 71 sejumlah 16 siswa (enam belas) dari 32 siswa yang ikut ulangan harian, dengan rata-rata 65,0 hanya 50% yang mencapai nilai tuntas.

9 Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian adalah apakah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kompetensi dasar mendiskripsikan pengertian devisa, fungsi devisa, sumber-sumber devisa dan tujuan penggunaannya kelas XI IPS-3 SMA Negeri 1 Tengaran Tahun ajaran 2012/2013 dikarenakan metode yang digunakan tidak tepat? usulan tindakannya peneliti ingin membuktikan apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered heads together) dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kompetensi dasar mendiskripsikan pengertian devisa, fungsi devisa, sumbersumber devisa dan tujuan penggunaannya kelas XI IPS-3 SMA Negeri 1 Tengaran Tahun ajaran 2012/2013? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada mata pelajaran ekonomi dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa kelas XI IPS-3 SMA Negeri 1 Tengaran.

10 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan diharapkan mempunyai manfaat : a. Manfaat bagi siswa Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered heads together) diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi dapat meningkat. b. Manfaat bagi guru Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered heads together) dapat dijadikan salah satu alternatif mengajar oleh guru dalam proses pembelajaran Ekonomi serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi atau hasil belajar mata pelajaran ekonomi. c. Sekolah Dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa, maka secara otomatis meningkatkan mutu atau kualitas sekolah, Karena hasil belajar adalah salah satu cerminan kemajuan suatu sekolah. Dan hal ini akan menambah kepercayaan masyarakat akan mutu sekolah.