BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Struktrur Dan Bahan Kontruksi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL PEMBAHASAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB IV METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

PENGARUH JENIS SEMEN TERHADAP UMUR BETON DAN KUAT TEKAN BETON

BAB IV METODE PENELITIAN

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR 1 PENELITIAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN BIMA, SEMEN HOLCIM DAN SEMEN GARUDA DENGAN NILAI FAS 0,40 ; 0,45 DAN 0,50

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

BAB IV METODE PENELITIAN

1.2. Tujuan Penelitian 4

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT KASAR MENGGUNAKAN PECAHAN KERAMIK PADA BETON

MIX DESIGN Agregat Halus

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. termasuk pada jenis beton ringan struktural.

BAB IV METODE PENELITIAN A.

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM BAHAN STRUKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL P0LITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar 90245

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

Jurasan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN AGREGAT KASAR DARI MERAK DAN AGREGAT KASAR DARI BATU GADUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK BUTIRAN AGREGAT BATU PECAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BENTUK AGREGAT BULAT DAN PIPIH

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini.

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari hasil pemeriksaan bahan penyusun beton didapat hasil sebagai berikut: 1. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir Merapi) a. Pemeriksaan gradasi agregat halus Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada agregat halus (pasir Merapi) didapat bahwa gradasi agregat halus termasuk dalam daerah gradasi no.2, yaitu pasir agak kasar dengan modulus halus butir sebesar 2,235 % (untuk mengetahui daerah gradasi bisa dilihat pada Tabel 3.12). Hasil pemeriksaan dapat dilihat dalam Tabel 5.1, Gambar 5.1 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran I. Ukuran Saringan Tabel 5. 1. Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir) Lubang Ayakan (mm) Berat Tertahan (gram) Berat Tertahan (%) Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Lolos Komulatif (%) No. 4 4,8 0 0 0 100 No. 8 2,4 0 0 0 100 No. 16 1,2 165 16,5 16,5 83,5 No. 30 0,6 281 28,1 44,6 55,4 No. 50 0,3 268 26,8 71,4 28,6 No. 100 0,15 196 19,6 91 9 Pan 90 9 100 0 Total 1000 100 100 100 Sumber :Hasil Penelitian, 2017. 49

50 Gambar 5.1. Hasil gradasi butiran agregat halus (pasir) b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran II. Pada hasil penelitian berat jenis pasir jenuh kering muka didapat nilai 2,62 sehingga pasir ini dapat digolongkan menjadi agregat normal karena hasilnya terletak diantara 2,5 sampai 2,7 (Tjokrodimuljo, 2007). Tabel 5.2. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus No. Jenis Pemeriksaan Hasil 1 Berat jenis tampak 2,66 2 Berat jenis curah 2,60 3 Berat jenis jenuh kering muka 2,62 4 Penyerapan air 0,91 % c. Pemeriksaan kadar air agregat halus Hasil pengujian kadar air pasir didapat nilai rata-rata sebesar 4,37 %. Kondisi ini termasuk dalam kondisi yang tidak normal dimana kadar air untuk

51 agregat halus (pasir) pada umumnya antara 1% sampai 2% (Tjokrodimuljo, 2007). Maka dilakukan penjemuran atau pengeringan dengan udara terbuka, sehingga keadaan permukaan pasir kering guna mengurangi kadar air pada pasir. Hasil selengkapnya pengujian kadar air dapat dilihat pada Lampiran III. d. Pemeriksaan berat satuan agregat halus Dari pengujian berat satuan pasir didapat hasil 1,60 gr/cm 3, dengan ini agregat dapat digolongkan sebagai agregat normal karena berada di antara 1,50 1,80 gr/cm 3 (Tjokrodimuljo, 2007). Untuk hasil pemeriksaan dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran IV. e. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus Kadar lumpur agregat halus rata-rata diperoleh sebesar 4,14 %, lebih kecil dari batas yang ditetapkan pada SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi bahan bangunan bagian A, bahwa untuk beton normal kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5%. Sehingga pasir dapat digunakan tanpa harus dicuci terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan selengkapnya tentang kadar lumpur dapat dilihat pada Lampiran V. 2. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (Batu Pecah Clereng) a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Berat jenis batu pecah jenuh kering muka adalah 2,62 sehingga batu ini tergolong agregat normal yaitu antara 2,5 sampai 2,7 (Tjokrodimuljo, 2007). Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran VI. Tabel 5.3.Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar No. Jenis Pemeriksaan Hasil 1 Berat jenis tampak 2,7 2 Berat jenis curah 2,59 3 Berat jenis jenuh kering muka 2,62 4 Penyerapan air 1,52 % Sumber :Hasil Penelitian, 2017.

52 b. Pemeriksaan kadar air agregat kasar Hasil pengujian kadar air agregat kasar didapat nilai rata-rata sebesar 0.35 %, jadi agregat kasar batu pecah (split) ini termasuk agregat normal, karena syarat kadar air maksimum untuk agregat normal adalah sebesar 2 % (Mulyono, 2004). Hasil selengkapnya pengujian kadar air agregat kasar dapat dilihat pada Lampiran VII. c. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar Kadar lumpur agregat kasar rata-rata diperoleh sebesar 1,75 %, lebih besar dari batas yang ditetapkan pada SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi bahan bangunan bagian A, bahwa untuk beton normal kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1%. Karena lebih dari dari 1%, agregat kasar dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pencampuran beton. Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran VIII. d. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar Berat satuan agregat kasar yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adalah sebesar 1,55 g/cm 3, dengan ini agregat dapat digolongkan sebagai agregat normal karena berada di antara 1,50 1,80 g/cm 3 (Tjokrodimuljo, 2007). Hasil pemeriksaan dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran IX. e. Pemeriksaan keausan agregat kasar Keausan butir batu pecah yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adalah 20,96 %, lebih kecil dari batas maksimum yang ditetapkan yaitu 40 % apabila agregat kasar diuji dengan mesin Los Angeles (Tjokrodimuljo, 2007). Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar dapat dilihat pada Lampiran X. B. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) Perencanaan campuran beton (mix design) diperlukan untuk mengetahui akan kebutuhan yang diperlukan pada perancangan beton. Untuk kuat tekan yang direncanakan 20 MPa dengan nilai fas 0,50 didapat rencana kebutuhan bahan untuk tiap adukan beton yang dapat ditampilkan pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5. Perhitungan perencanaan campuran beton dengan metode SK SNI 03-2847-2002 (Tjokrodimuljo, 2007), selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran XI.

53 Tabel 5.4. Kebutuhan bahan susun untuk tiap 1 m 3 adukan beton normal Jenis Bahan Kebutuhan Bahan Satuan Air 205 liter/ m 3 410 kg/ m 3 Agregat halus 708 kg/ m 3 Agregat kasar 1062 kg/ m 3 Tabel 5.5. Kebutuhan bahan susun untuk tiap 1 benda uji beton normal Jenis Bahan Kebutuhan Bahan Satuan Air 1,24 liter 2,48 kg Agregat halus 4,24 kg Agregat kasar 6,42 kg C. Hasil Pengujian Slump Beton Segar Pengujian slump dilakukan pada saat pengadukan pencampuran beton, untuk hasil pengujian slump yang dilakukan dapat dilihatdi Tabel 5.6. Tabel 5.6. Hasil uji slump beton darisemuamerek semen No Merek Umur (Hari) Uji slump 1 (cm) Uji slump 2 (cm) Uji slump 3 (cm) Slump rata-rata (cm) 7 13 12 14 13 1 Merah Putih 14 13 10 14 12 28 14 15 13 14 7 12 13 14 13 2 Bima 14 13 14 12 13 28 14 15 13 14

54 7 14 13 15 14 3 Conch 14 12 14 14 13 28 13 11 12 12 Hasil uji nilai slump ke tiga merek semen sesuai dengan yang dibutuhkan, karena menunjukkan rata-rata nilai slumpnya antara 12-14 cm, sesuai dengan Tabel 3.1 yang menetapkan nilai slump untuk beton normal sesuai dengan yang direncanakan adalah 7,5 15 cm. D. Hasil Pengujian Beton Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat tekan beton normal antara beton yang menggunakan A, B, dan C. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 5.7, dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran XII. Tabel 5.7. Hasil uji kuat tekan beton Merek Umur Beton (hari) Benda Uji I Benda Uji II Benda Uji III Rata-rata Merah Putih Bima 7 10,91 12,15 15,26 12,77 14 10.60 10,89 14,72 12,07 28 15,83 20,88 20,90 19,20 7 11,23 13,08 13,14 12,48 14 8,96 12,64 18,42 13,34 28 15,57 15,93 18,19 16,56 Conch 7 12,40 16,01 18,80 15,74 14 16,21 17,35 25,48 19,68 28 14,09 15,25 23,43 17,59

55 E. Hubungan antara Umur dan Beton Grafik hubungan antara umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Merah Putih ditampilkan pada Gambar 5.2. 25 20 y = 4.638ln(x) + 2.441 R² = 0.475 15 10 5 0 0 5 10 15 20 25 30 Umur (hari) Gambar 5.2. Hubungan umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Merah Putih Grafik hubungan antara umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Bima ditampilkan pada Gambar 5.3. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 y = 2.943ln(x) + 6.361 R² = 0.313 0 5 10 15 20 25 30 Umur (hari) Gambar 5.3. Hubungan umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Bima

56 Grafik hubungan antara umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Conch ditampilkan pada gambar 5.4. 30 25 y = 1.336ln(x) + 14.141 R² = 0.035 20 15 10 5 0 0 5 10 15 20 25 30 Umur (hari) Gambar 5.4. Hubungan umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Conch Dari Gambar 5.2 sampai dengan Gambar 5.4 menunjukkan bahwa bertambahnya umur beton sangat berpengaruh terhadap nilai kuat tekan beton. Perbandingan nilai kuat tekan beton rata-rata antara masing-masing merek semen dapat dilihat pada Gambar 5.5. 25 20 15 10 15.74 12.77 12.48 13.34 12.07 19.68 19.2 17.59 16.56 Merah Putih Bima Conch 5 0 7 14 28 Umur (hari) Gambar 5.5. Perbandingan kuat tekan beton antara masing-masing merek semen

57 Nilai kuat tekan beton yang direncanakan harus dikorelasikan dengan nilai kuat tekan beton yang didapat dari hasil penelitian, supaya bisa diketahui apakah nilai kuat tekan beton yang diteliti sesuai dengan nilai kuat tekan beton yang direncanakan. Dari Gambar 5.6 tampak bahwa nilai kuat tekan beton dari benda uji yang diteliti hanya tiga buah yang nilai kuat tekannya melebihi kuat tekan rencana, yaitu benda uji 2 dan benda uji 3 yang menggunakan Merah Putih, dan benda uji 3 yang menggunakan Conch. MPa 25 20.88 20.9 23.43 20 15 10 15.83 15.73 15.93 18.19 14.09 15.25 Rencana Merah Putih Bima 5 Conch 0 0 2 4 6 8 10 Nomor Benda Uji Gambar 5.6. Korelasi nilai kuat tekan beton yang diteliti dengan nilai kuat tekan beton rencana F. Faktor Pengali Nilai faktor pengali berfungsi untuk mengetahui kekuatan beton pada umur tertentu. Nilai faktor pengali dalam dunia konstruksi secara umum digunakan untuk mengetahui mutu beton yang disyaratkan. Misalkan pada sebuah proyek konstruksi tahap awal pasti diadakan pengambilan sampel beton sebelum dilakukan pengecoran, dari sampel kemudian diuji pada umur 7 hari dikalikan dengan faktor pengali. Faktor pengali diperoleh dari perbandingan antar nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari terhadap nilai kuat tekan beton pada umur 7 hari dan 14 hari. Dan

58 faktor pengali kuat tekan beton yang menggunakan Merah Putih, Bima, dan Conch dengan persamaan sebagai berikut : -Faktor pengali kuat tekan beton pada Merah Putih: -Faktor pengali umur 7 hari = = = 1,56 -Faktor pengali kuat tekan beton pada Bima: -Faktor pengali umur 7 hari = = = 1,34 -Faktor pengali kuat tekan beton pada Conch: -Faktor pengali umur 7 hari = = = 1,11 Hasil faktor pengali untuk masing-masing merek semen dengan variasi umurnya dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Hasil faktor pengali No Merek Umur (hari) Faktor pengali 1 Merah Putih 2 Bima 3 Conch 7 1,56 14 1,22 28 1 7 1,34 14 1,14 28 1 7 1,11 14 1,05 28 1