BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Depkes), dr H Syafii Ahmad MPH, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap Negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress tersebut (http://www.kompas.com diambil tanggal 15 Mei 2009). Menurut Prof. Dr Azrul Azwar, Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat
(Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan kesehatan jiwa yang menunjukkan dampak lebih besar dalam prosentase 7,2 dengan TBC, 5,8% dengan kanker, 4,4 dengan jantung, dan 2,6% malaria (www.kbi.gemari.or.id : 11 Oktober 2001, diambil tanggal 21 Maret 2009). Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar Mph, Dirjen Bina Kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan mengatakan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada di masyarakat. Adapun jenis gangguan kesehatan jiwa yang banyak diderita masyarakat Indonesia antara lain psikosis, demensia, retardasi mental, mental emosional usia 4-15 tahun, mental emosional lebih dari 15 tahun dan gangguan kesehatan jiwa lainnya. (www.kbi.gemari.or.id : 11 Oktober 2005, diambil tanggal 21 Maret 2009). Sejak beberapa tahun belakangan ini, semua Rumah Sakit Jiwa pemerintah maupun fasilitas perawatan Psikiatri telah membuka fasilitas perawatan rawat jalan (Out Patient Clinic) yang ternyata mendapat kunjungan lebih dari 30.000 pasien setiap tahun, selain itu dari pengalaman Proyek Integrasi Kesehatan Jiwa (PIKJ) puskesmas yang berjalan sejak tahun 1974 dan Integrasi Kesehatan Jiwa di Rumah sakit sejak tahun 1980, tampak nyata bahwa adanya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa yang lebih luas dan terkoordinasi (http://www.kompas.com, diambil tanggal 15 Mei 2009).
Umumnya, pasien gangguan jiwa dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu merawat dan terganggu karena perilaku pasien. Beberapa gejala yang lazim dirasakan oleh keluarga sehingga menjadi alasan mengapa pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa yaitu adanya harga diri rendah, menarik diri, halusinasi, waham, dan perilaku kekerasan. Salah satu permasalahan yang akan dibahas adalah perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang. Dari hasil catatan medik terhadap kunjungan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang ditemukan rata-rata 52% dari pasien yang datang pada bulan Januari 2009 adalah pasien dengan masalah utama perilaku kekerasan. Seperti halnya di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang khususnya di ruang VIII (Graha Hudhowo) sekitar 56% mengalami masalah perilaku kekerasan, 25% halusinasi, 15% harga diri rendah dan menarik diri, dan 4% dengan waham. Salah satu pasien yang datang dengan perilaku kekerasan di ruang VII (Graha Hudhowo) adalah Sdr. A dengan gejala-gejala yang ditimbulkan sering mengamuk, mengancam dan memukul orang jika merasa sebel yaitu memukul tetangganya. Pada saat diruanganpun klien masih menunjukan perilaku yang tidak bersahabat dengan perawat.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk membahas masalah ini dan akan membahas secara mendetail pada bab-bab selanjutnya dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Sdr. A Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang VII (Graha Hudowo) RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis dapat memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa secara optimal. 2. Tujuan Khusus a. Penulis dapat menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan b. Penulis dapat mendiskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada klien dengan perilaku kekerasan c. Penulis dapat mendiskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan d. Penulis dapat mendiskripsikan implementasi yang telah dilakukan pada klien dengan perilaku kekerasan e. Penulis dapat mendiskripsikan hasil evaluasi yang berhasil dilakukan f. Penulis dapat mengidentifikasi hambatan dalam perawatan pasien dengan perilaku kekerasan atau marah (agresif)
C. Metode Penulisan Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan jiwa yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi, sedangkan tehnik penulisan yang digunakan sebagai berikut : 1. Observasi Partisipasif Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien serta pengembangannya sambil melaksanakan asuhan keperawatan selama observasi. 2. Wawancara Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pasien, keluarga pasien, perawat serta petugas kesehatan yang bersangkutan dengan pasien. 3. Studi Dokumentasi Yaitu mempelajari buku-buku laporan dan catatan medis serta dokumen lainnya untuk membandingkan dengan data yang ada. 4. Studi Pustaka Yaitu mempelajari buku-buku referensi tentang penyakit yang berhubungan dengan perawatan. D. Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini ditulis dalam lima bab yang ditulis secara sistematika dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab :
BAB I : Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sitematika penulisan. BAB II : Konsep dasar yang berisi konsep dasar keperawatan jiwa dengan perilaku kekerasan yang meliputi definisi perilaku kekerasan, proses terjadinya masalah, masalah keperawatan, diagnosa keperawatan, dan rencana tindakan. BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. BAB IV : Pembahasan berisi tentang pembandingan antara konsep dan kasus. BAB V : Penutup berisi simpulan dan saran.