BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

dokumen-dokumen yang mirip
ULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan alam, beberapa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah hutan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

I. PENDAHULUAN. Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

BAB I PENDAHULUAN. potensi usaha yang terkenal. Potensi usaha masyarakat yang dari Cirebon salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

tulungagungkab.bps.go.id

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan hasil utama sebagian besar penduduk Lampung Barat secara

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis sekarang ini semakin lama semakin berkembang dan semakin

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel pada penelitian ini.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya. Peningkatan pendapatan di

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi

2016 DAMPAK LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL KAWASAN INDUSTRI SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

ANALISIS USAHA INDUSTRI MEUBEL DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001 DAN TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang sangat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, industri di Indonesia berkembang pesat. Di antara subsektor

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia merupakan negara agraris, mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang ada di Negara Indonesia sebagian besar berada pada kawasan perdesaan. Lahan pertanian yang ada di perdesaan semakin berkurang, hal ini disebabkan adanya pembangunan yang sangat pesat baik pembangunan yang berupa jalan, permukiman, maupun infrastruktur yang lainnya. Pekerjaan pertanian bergantung dengan kondisi cuaca yang ada di masing-masing daerah sehingga bersifat musiman. Keadaan tersebut menyebabkan ketidakstabilan pendapatan dibidang pertanian. Kedua hal yang telah diungkapkan di atas mengakibatkan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia didaerah perdesaan, sehingga mempengaruhi daya serap tenaga kerja yang ada di perdesaan semakin rendah dan banyaknya pengangguran. Pengangguran yang ada di perdesaan disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga jumlah angkatan kerja meningkat setiap tahunnya, akan tetapi tidak diimbangi dengan 1

ketersediaan lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan belum dapat menampung seluruh angkatan kerja yang ada. Pemerataan pendapatan dapat dilakukan dengan melakukan usaha percepatan pembangunan industri. Pembangunan industri merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah. Industri diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, terutama bagi masyarakat berpendidikan rendah dan golongan menengah kebawah. Industri perlu dikembangkan secara seimbang dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam usaha pendayagunaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia secara optimal. Berkembangnya industri rumah tangga, industri kecil, industri menengah, dan industri besar di daerah perdesaan merupakan salah satu upaya yang dapat mengatasi pengangguran yang ada di perdesaan. Pembangunan industri di kawasan perdesaan diharapkan dapat menciptakan pembangunan ekonomi, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, struktur perekonomian yang seimbang, dan pemerataan pendapatan. Menurut UU RI No. 5 Tahun 1984 pasal 1 tentang perindustrian menyebutkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan rekayasa. 2

Menurut Mubyarto (1983: 216) pembangunan industri kecil dan usaha untuk pemerataannya antara lain: 1) Industri kecil merupakan lapangan kerja pada penduduk perdesaan yang pada umumnya tidak bekerja secara utuh. 2) Industri kecil memberikan tambahan pendapatan penghasilan, tidak saja pada pekerja atas kepentingan keluarga tetapi juga pada anggota keluarga 3) Dalam beberapa hal industri mampu memproduksi keperluan penduduk setempat dan di daerah-daerah lain secara lebih efisien dan lebih murah dibandingkan industri sedang dan menengah. Berkembangnya suatu industri di perdesaan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu lokasi, kondisi masyarakat dan pemerintahan yang mendukung kegiatan industri. Lokasi dalam kegiatan industri merupakan salah satu faktor yang berpengaruh, karena keseimbangan lokasi yang berorientasikan kepada biaya angkutan dan tenaga kerja serta orientasi lainnya. Pemerintah dalam kegiatan industri dapat berperan sebagai penyusun kebijakan, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, bantuan, dan memberikan bimbingan teknis yang dapat memajukan kegiatan industri. Faktor-faktor industri pada penelitian ini yaitu modal, bahan baku, tenaga kerja, jenis-jenis produk, transportasi, pemasaran, dan sumber energi yang berperan penting dalam kemajuan sebuah industri. Pemanfaatan dan pengelolaan berbagai faktor industri ini, tentunya berbeda antara industri satu dengan industri yang lainnya. Industri memiliki tujuan dan cara pengolahan yang berbeda dalam hal bahan baku, modal, biaya produksi, penyerapan tenaga kerja, keahlian, 3

peralatan atau mesin yang dimiliki, pemasaran, dan lain sebagainya. Faktor-faktor diatas merupakan penunjang bagi suatu industri untuk dapat meraih keuntungan yang besar dengan pengeluaran yang minimal, bila suatu industri dapat mengelola dengan baik dan pertimbangan yang matang. Menurut J. Ravianto (1989: 14) sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa terdiri dari terbagai faktor seperti tenaga kerja, tanah dan modal termasuk mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, tenaga listrik, kemajuan teknologi dan lain-lain. Peranan faktor tenaga kerja merupakan peranan yang cukup penting dari beberapa faktor yang telah disebutkan diatas. Peran utama dari suatu produksi barang membutuhkan sumberdaya manusia yang dapat menjalankan alat-alat atau mesin-mesin yang digunakan untuk mempercepat dan mempermudah jalannya produksi barang, sehingga disamping faktor modal dan lokasi yang akan ditonjolkan dalam sebuah industri yaitu tenaga kerja. Kabupaten Tulungagung merupakan daerah yang terkenal sebagai produsen atau sentra kerajinan marmer. Kerajinan marmer sudah ada sejak masa Pemerintahan Hindia-Belanda yaitu sejak ditemukannya pertambangan marmer yang ada di Desa Besole, Kecamatan Besuki pada tahun 1934. Pengrajin marmer mulai tertarik untuk merintis usaha kerajinan marmer setelah adanya pertambangan tersebut. Industri kerajinan marmer mulai dikenal masyarakat luas 4

pada tahun 1972, kualitas kerajinan marmer yang ada di Kabupaten Tulungagung sangat bagus sehingga mampu menembus pasar internasional. Produk kerajinan marmer yang ada di Kabupaten Tulungagung, memiliki persaingan dagang yang cukup ketat, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pengrajin yang lokasinya berdekatan, sehingga membutuhkan inovasi-inovasi baru dalam pembuatan produk. Produk kerajinan yang diproduksi oleh pengrajin marmer bersaing dalam segi kualitas, harga, dan pemasaran. Produk lain yang menjadi pesaing kerajinan marmer salah satunya yaitu produk kayu. Produk kayu pada saat ini mulai digemari oleh konsumen dan menjadi pesaing utama bagi produk kerajinan marmer. Produk kayu memiliki harga yang lebih murah dan perawatan yang lebih mudah, bila dibandingkan dengan produk marmer yang harganya lebih mahal dan perawatannya cukup sulit. Kecamatan Campurdarat merupakan salah satu kecamatan yang ada berada di bagian Selatan Kabupaten Tulungagung. Luas wilayah Kecamatan Campurdarat yaitu 39,76 km 2. Kecamatan Campurdarat terbagi kedalam 9 desa, Desa Gamping merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Campurdarat. Desa Gamping merupakan salah satu desa yang menjadi sentra kerajinan marmer, di Desa Gamping terdapat 42 industri kerajinan marmer yang tergolong kedalam indutri kecil. 5

Kecamatan Besuki merupakan salah satu kecamatan yang berada di bagian Selatan Kabupaten Tulungagung. Luas wilayah Kecamatan Besuki yaitu 83,87 km 2. Kecamatan Besuki dibagi kedalam 10 desa, terdiri atas Desa Sedayagunung, Desa Keboireng, Desa Besuki, Desa Tulungrejo, Desa Tanggulwelahan, Desa Tanggultuno, Desa Tanggulkundung, Desa Wateskroyo, Desa Siyotobagus, dan Desa Besole. Desa Besole merupakan salah satu desa yang merupakan sentra kerajinan marmer, di Desa Besole terdapat 22 industri kerajinan marmer yang tergolong kedalam industri kecil. Desa Gamping dan Desa Besole merupakan desa yang samasama menjadi sentra kerajinan marmer. Hampir disepanjang jalan utama yang ada di Desa Gamping dan Desa Besole terdapat showroom yang menyediakan produk kerajinan marmer. Berdasarkan pengamatan peneliti, Desa Gamping memiliki lebih banyak industri kerajinan marmer yang tergolong industri kecil, sehingga jumlah tenaga kerja yang ada di Desa Gamping lebih banyak bila dibandingkan dengan Desa Besole. Tenaga kerja yang ada di Desa Gamping dan Desa Besole meliputi masyarakat Desa Gamping, masyarakat Desa Besole, dan masyarakat sekitar kedua desa tersebut. Industri kerajinan marmer yang ada di Desa Gamping sudah lebih maju dalam bidang pemasaran bila dibandingkan dengan Desa Besole. Pemasaran Industri kerajinan marmer yang ada di Desa Gamping tidak hanya di dalam Kabupaten Tulungagung, melainkan sudah di pasarkan ke seluruh Indonesia 6

(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua), dan ada beberapa yang sudah menembus pasar internasional (Amerika, Jerman, Korea, Polandia, Italia, Rusia, Malaysia, Taiwan, Canada, Australia dan Jepang), sedangkan industri kerajinan marmer yang ada di Desa Besole cakupan pemasarannya masih terbatas di dalam Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua), dan ada beberapa yang sudah menembus pasar internasional (Malaysia dan Inggris). Pengelolaan faktor-faktor industri dan kontribusi pendapatan yang ada di kedua desa tentunya juga memiliki perbedaan. Terdapat perbedaan hambatan dalam faktor produksi dan perbedaan solusi dalam menyelesaikan hambatan yang ada. Penelitian ini akan membandingan industri kerajinan marmer yang ada di Desa Gamping dan Desa Besole. Perbandingan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengenai serapan tenaga kerja dan kontribusi pendapatan industri kerajinan marmer. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul KONTRIBUSI PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN MARMER TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DAN SERAPAN TENAGA KERJA DI DESA GAMPING DAN BESOLE KABUPATEN TULUNGAGUNG. 7

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1) Belum diketahui perbedaan faktor-faktor produksi industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole. 2) Ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah angkatan kerja di Desa Gamping dan Desa Besole. 3) Tinginya persaingan produk yang harus dicapai. 4) Kurang maksimalnya penyerapan tenaga kerja industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole. 5) Belum diketahui besarnya sumbangan pendapatan pengrajin marmer terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin marmer di Desa Gamping dan Desa Besole. 6) Perkembangan industri kerajinan marmer yang kurang merata. 7) Banyaknya hambatan dalam faktor produksi marmer. 8) Belum maksimalnya solusi yang diberikan untuk menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam faktor produksi marmer. 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti akan membatasi beberapa masalah yang dianggap perlu diteliti sebagai berikut: 1) Belum diketahui perbedaan faktor-faktor produksi industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole. 8

2) Kurang maksimalnya penyerapan tenaga kerja industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole. 3) Belum diketahui besarnya sumbangan pendapatan pengrajin marmer terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin marmer di Desa Gamping dan Desa Besole. 4) Banyaknya hambatan dalam faktor produksi marmer. 5) Belum maksimalnya solusi yang diberikan untuk menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam faktor produksi marmer. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimanakah perbedaan faktor-faktor produksi industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole? 2) Bagaimanakah perbedaan besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole? 3) Apakah ada perbedaan kontribusi pendapatan industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole terhadap total pendapatan rumah tangga? 4) Bagaimanakah perbedaan hambatan dalam faktor produksi marmer yang ada di Desa Gamping dan Desa Besole? 5) Bagaimanakah perbedaan solusi yang diambil dalam menyelesaikan hambatan hambatan yang ada dalam faktor produksi marmer yang ada di Desa Gamping dan Desa Besole? 9

4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dikemukakan bahwa tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan: 1) Perbedaan faktor-faktor produksi industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole. 2) Perbedaan besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole 3) Perbedaan besar sumbangan pendapatan industri kerajinan marmer terhadap pendapatan pengrajin marmer. 4) Perbedaan hambatan dalam proses produksi marmer yang ada di Desa Gamping dan Desa Besole. 5) Perbedaan solusi yang digunakan untuk menyelesaikan hambatan hambatan yang ada dalam proses produksi marmer yang ada di Desa Gamping dan Desa Besole. 5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat baik teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan dan kajian ilmu geografi khususnya geografi industri dan geografi ekonomi. b. Sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi penelitian sejenis pada masa yang akan datang. 10

2) Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah daerah Tulungagung, dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dan pengembangan industri, khususnya industri kerajinan marmer di Desa Gamping dan Desa Besole, sehingga industri kerajinan marmer ini kedepannya semakin berkembang dan dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. b. Bagi pengrajin, dapat menjadi bahan telaah bagi usaha yang telah dilakukan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan strategi dan mengembangkan usaha industri kerajinan marmer. c. Bagi peneliti, dapat digunakan untuk mengaplikasikan teori yang ada buku dengan kondisi yang ada di lapangan. 11