Abstrak. Kata Kunci : Sistem perencanaan pembangunan, Proyek Perubahan, area perubahan, program kegiatan, dan indikator kinerja

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, 2014 Kepala Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Musi Rawas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR: 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

Lampiran Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Banten Nomor : 050/Kep.64 ORG /2012 Tanggal : 5 November 2012 BAB I PENDAHULUAN. 1.

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 SERI E.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 89 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN TAHUN ANGGARAN 2014

Rencana Stratejik (RENSTRA) Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

Bab I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun Latar Belakang. B a b I P e n d a h u l u a n 1

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

Pemerintah Kota Cirebon

KATA PENGANTAR RENJA DISPORA KAB. MURA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 6 Tahun 2016 Tanggal 18 Agustus 2016

-1- PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA I.

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

RENCANA STRATEGIS

Transkripsi:

PROYEK PERUBAHAN PADA DIKLAT KEPEMIMPINAN DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Selasa, 24 Februari 2015 Abstrak Proyek perubahan sebagai learning product dari penyelenggaraan diklat kepemimpinan baik tingkat III maupun tingkat IVidealnya tidak terlepas dari konsep system perencanaan pembangunan, hal ini karena setiap perserta diklat yang akan menyusunan proyek perubahan harus memahami dengan baik area perubahan pada jabatan yang diembannya sesuai dengan rencana strategis organisasinya. Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang merupakan perencanaan pembangunan jangka menengah pada tingkat SKPD mempunyai keterkaitan dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) yang secara bertahap terkoneksi dengan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD), RPJM Nasional, dan RPJMD daerah lainnya yang berada di sekitarnya Dengan demikian maka melalui scooping diagnostic, proyek perubahan yang disusun oleh peserta diklat baiik dalam pengelolaan program maupun kegiatan wajib mempunyai hubungan dengan pencapaian visi dan misi organisasi melalui penjabaran dalam tujuan dan sasarannya, oleh karenanya perlu adanya tampilan indikator kinerja yang menunjukkan seberapa besar keberhasilan proyek perubahan tersebut. Kata Kunci : Sistem perencanaan pembangunan, Proyek Perubahan, area perubahan, program kegiatan, dan indikator kinerja A. Pendahuluan Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat tanpa kecuali yang dilaksanakan secara merata, berkeadilan, sesuai dengan nilainilai yang ada di masyarakat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu untuk terciptanya penyelenggaraan pembangunan yang tidak saling bertentangan antara suatu daerah dengan daerah lain di luar provinsi, antar daerah dengan daerah lain dalam provinsi, serta antara daerah dengan pemerintah pusat, diperlukan adanya sinkronisasi, koordinasi, penyelarasan program-program dan kegiatan pembangunan tersebut. Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 1

Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Dalam undang-undang tersebut secara tegas telah mengarahkan kepada pelaku pembangunan baik di tingkat pusat maupun di daerah bahwa dalam penyusunan perencanaan pembangunan yang terdiri dari perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan, harus memperhatikan hubungan dan saling keterkaitan antara perencanaan pembangunan jangka panjang dengan jangka menengah, antara jangka menengah dengan tahunan, antara jangka menengah pemerintah dengan jangka menengah lembaga/lkementerian/satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), antara jangka menengah kementerian/lembaga/skpd dengan perencanaan tahunannya, antara perencanaan pembangunan daerah dengan perencanaan pemabngunan pemerintah pusat, antara perencanaan pembangunan daerah satu dengan daerah lainnya, serta antara perencanaan pembangunan daerah dengan rencana tata ruang wilayah daerah yang bersangkutan. Dari uraian ini nampak bahwa dalam perencanaan pembangunan terdapat hubungan yang saling kait mengkait, saling mempengaruhi, sehingga suatu bagian dari perencanaan pembangunan merupakan sub system dari suatu system perencanaan pembangunan nasional yang lebih besar. Keberhasilan pembangunan pada suatu sub system perencanaan pembangunan, akan memberikan andil bagi tercapainya keberhasilan pembangunan nasional. Demikian juga sebaliknya bila terjadi kegagalan dalam suatu sub system dalam perencanaan pembangunan tersebut. SKPD sebagai suatu sub system dalam perencanaan pembangunan di daerah, mempunyai kewajiban untuk menyusun rencana strategis (Renstra) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai strategi yang akan ditempuh oleh Kepala Daerah terpilih untuk merealisasikan visi dan misi yang disampaikan pada saat berkampanye. Oleh karena itu renstra tidak boleh bertentangan dengan RPJMD. Renstra yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran, serta strategi yang dijabarkan dalam kebijakan, program dan kegiatan, secara detail telah mengungkapkan penjabaran program dan kegiatan yang akan dilaksanakan beserta indikator kinerja serta target kinerja bahkan indikasi pendanaan yang dibutuhkan setiap tahunnya. Rensta SKPD tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan rencana kerja (renja) SKPD, yang selain berpedoman dengan Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 2

renstra SKPD, dalam penyusunan renja juga berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Renja SKPD sebagaimana tersebut di atas berisi tentang program dan kegiatan, lokasi kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, pagu indikatif dan prakiraan maju. Dengan demikian jelas bahwa SKPD yang mempunyai kewenangan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan organisasi, setiap tahunnya mempunyai kewajiban untuk menyusun program dan kegiatan untuk mewujudkan visi dan misi kepala SKPD yang sebagaiman dituangkan dalam renstra SKPD, dan memberikan kontribusi untuk mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah yang bersangkutan. Sesuai dengan kewenangan organisasi, penjabaran tugas pokok dan fungsi diturunkan pada eselon eselon di bawahnya, sehingga keberhasilan organisasi untuk merealisasikan visi dan misinya akan dipengaruhi oleh kinerja pejabat eselon III dan eselon IV dalam mengelola program dan kegiatannya. B. Konsep Proyek Perubahan Proyek Perubahan sebagai salah satu kurikulm dalam penyelenggaraan diklat kepemimpinan sebagaiman diatur dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor 13 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV, dan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor 12 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III, ditegaskan bahwa peserta diklat (reformer) setelah melalui proses pembelajaran dan mendapatkan pembekalan diwajibkan untuk menyusun proyek perubahan dan mengimplenenasikan dalam laboratorium kepemimpinan pada breakthrough II, serta mempresentasikan unjuk kerja proyek perubahan dalam suatu seminar yang dilaksanakan pada akhir masa pendidikan dan pelatihan. Proyek perubahan yang disusun oleh reformer pada hakekatnya merupakan terobosan program (untuk diklatpim tingkat III) atau terobosan kegiatan (untuk diklatpim tingkat IV) yang akan dicapai pada jangka waktu 60 hari. Berkenaan dengan terobosan dimaksud adalah program atau kegiatan yang belum pernah dilaksanakan (baru) atau program atau kegiatan lama tetapi cara mengelolanya yang baru. Pertanyaannya adalah program atau kegiatan yang seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai terobosan dalam proyek perubahan ini? Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 3

C. Area Perubahan Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu tentang area prerubahan. Lembaga Administrasi Negara melalui pendidikan dan pelaithan teknis training of facilitators(tof) Diklat kepemimpinan tingkat III dan IV yang diselenggarakan di Pusat Kajian Pendidikan dan Pelatihan Aparatur II Makassar pada bulan Februari 2014, dijelaskan pada materi Diagnostic Reading, bahwa Scooping diagnostic untuk peserta diklat kepemimpinan digambarkan sebagai berikut : Dari gambaran tersebut nampak bahwa untuk peserta diklat kepemimpinan tingkat III area perubahannya pada tataran pengelolaan program yang efektif dan efisien, sedangkan pada peserta diklat kepemimpinan tingkat IV area perubahannya pada tataran pengelolaan kegiatan secara efektif dan efisien. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa yang dimaksud dengan program dan apa pula yang dimaksud dengan kegiatan? Menurut peraturan menteri Negara pendayagunaan aparatur negara nomor: PER/M.PAN/5//2007 tentang pedoman umum penetapan indikator kinerja utama di lingkungan instansi pemerintah, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran sebagian atau seluruhnya dari APBN dan atau APBD. Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 4

Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara (2004, hlm. 113) dijelaskan bahwa program pada dasarnya merupakan kumpulan kegiatan yang dihimpun dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Dalam penetapan program dilakukan dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan, tujuan, sasaran, visi, dan misinya. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 yang telah beberapa kali dirubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011, pada pasal 1 diyatakan bahwa yang dimaksud dengan program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD. Menurut Keputusan Kepala lembaga administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pada lampiran Bab II dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu. Sedangkan yang dimaksud kegiatan menurut Keputusn Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan pedoman penyusunan Pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor Per/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama Di Lingkungan Instans Pemerintah, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 5

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 yang telah beberapa kali dirubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011, kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Dari pengerian program dan kegiatan seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa program merupakan penjabaran dari kebijakan yang di dalamnya mencakup atau dijabarkan lebih lanjut dalam satu atau lebih kegiatan-kegiatan. D. Konektivitas Program dan Kegiatan pada Proyek Perubahan dengan Renstra SKPD Dalam pembahasan pendahuluan secara singkat telah disampaikan bahwa dalam system perencanaan pembangunan dikenal dengan perencanaan pembangunan jangka panjang, perencanaan pembangunan jangka menengah dan perencanaan pembangunan tahunan. Dimana masing-masing perencanaan dimaksud terhubung secara sistematis, selain itu juga terhubung antara perencanaan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan kementerian/lembaga maupun SKPD, sehingga dapat dipastikan bahwa program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh kementerian/lembaga maupun SKPD akan mempunyai dampak terhadap pencapaian visi dan misi kementerian/lembaga/skpd yang bersangkutan, rencana pembangunan jangka menengah, maupun rencana pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dari gambaran scooping Diagnostic di atas jelas bahwa pangkal berpijak untuk melakukan diagnostic adalah dari rencana stratejik organisasi, yang diarahkan untuk mencapai visi dan misinya. Gambaran di atas menunjukkan kepada kita tentang rencana stratejik yang berada pada tataran kementerian/lembaga dimana organaisasi tersebut adalah eselon I. Akan tetapi untuk organisasi di daerah dimana renscana strategis disusun oleh kepala badan dan dinas, dimana berada pada tataran eselon II, bahkan bila organisasi tersebut dalam bentuk kantor, maka berada pada eselon III. Mengingat bahwa area perubahan untuk peserta diklat kepemimpinan tingkat III adalah pengelolaan program dan untuk diklat kepemimpinan tingkat IV adalah kegiatan, sedangkan dalam perencanaan Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 6

pembangunan jangka menengah SKPD yang dituangkan dalam rencana strategis (renstra) telah disusun secara sistematis melalui tahapan persiapan, penyusunan rancangan awal renstra, forum SKPD, perumusan akhir renstra, dan penetapan (permendagri nomor 54 tahun 2010), demikian juga program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 tahun telah dirinci secara jelas setiap tahunnya dalam renstra dimaksud, maka program yang akan dibenahi sebagai proyek perubahan oleh peserta diklat kepemimpinan tingkat III maupun kegiatan yang akan dibenahi sebagai proyek perubahan (untuk peserta diklatpim tingkat IV), seharusnya mengacu pada renstra dimaksud, sehingga capaian kinerjanya akan memberikan kontribusi terhadap pencpaian visi dan misi organisasi. Pembekalan pada mata diklat diagnostic reading menyatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja organisasi perlu dilakukan diagnosis untuk mengetahui bidang-bidang mana atau bagian-bagian mana yang sedang kurang sehat atau belum baik kinerjanya. Sehingga dari sumber informasi inilah, peserta akan membenahi program (untuk diklat kepemimpinan tingkat III), dan membenahi kegiatan (untuk diklat kepemimpinan tingkat IV) yang disusun dalam proyek perubahan. Akan tetapi apabia diperhatikan kembali dari gambaran pada scooping diagnostic, bahwa area perubahan yang dibenahi tersebut, tetap harus mampu memberikan kontribusi terhadap pencapain visi dan misi organisasi, yang apabila ditarik hubungan secara vertical, program dan kegiatan yang dijadikan proyek perubahan oleh peserta harus memberikan kontribusi secara langsung terhadap pencapaian sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang telah ditetapkan dalam renstra organisasi yang bersangkutan (lihat scooping diagnostic) E. Capaian Kinerja Keberhasilan pengelolaan program dan kegiatan oleh SKPD diukur dengan mengetahui tingkat capain kinerja kegiatan masing-masing sesuai dengan target kinerja yang telah disusun pada masing-masing indikator kinerjanya. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan (Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003). Indikator kinerja kegiatan terdiri dari : a. Masukan (Inputs), b. Keluaran (Outputs), c. Hasil (Outcomes), d. manfaat (Benefits), e. Dampak (Impacts), dimana masingmasing indikator untuk kegiatan tersebut selanjutnya ditetapkan besaran target yang akan dicapai pada akhir kegiatan terebut. Berdasarkan target kinerja kegiatan yang ditunjukkan Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 7

oleh nilai pada masing-masing indikator tersebut, selanjutnya pada akhir tahun anggaran ditetapkan tingkat capaian kinerjanya dengan membandingkan antara realisasi dengan target yang telah ditetapkan tersebut. Dalam pengukuran capaian kinerja tersebut berdasarkan Keputsan Kepala LAN tersebut di atas hanya mengekuru tingkat capaian kegiatan dan sasaran, sedangkan program tidak terdapat indikatornya. Hal ini mungkin karena program terdiri dari kegiatan-kegiatan, sehingga keberhasilan program tergantung dari keberhasilan kegiatan. Akan tetapi bagi penulis, sebenarnya indikator outcome mengarah pada capaian program, karena apabila disimak makna dari outcome adalah berfungsinya output, meskipun tidak ada refernsi yang menyatakan demikian. Sebagaimana ditegaskan dalam Keputusan Kepala LAN nomor 239/IX/6/8/2003, bahwa untuk kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah ditetapkan indikator kinerjanya baik input, output, outcome, benefit, maupun impact, maka idealnya dalam penyusunan proyek perubahan untuk diklat kepemimpinan tingkat IV, dimana area perubahannya berkaitan dengan pengelolaan kegiatan, harus pula ditetapkan indikator untuk kegiatan dimaksud, sehingga nantinya pada akhir diklat, setelah peserta melaksanakan laboratorium kepemimpinan pada breakthrough II akan menjadi bagian dari penilaian keberhasilan yang bersangkutan dalam melaksanakan proyek perubahan tersebut. F. Pembahasan Penyusunan Proyek Perubahan yang disusun oleh peserta diklat kepemimpinan baik tingkat III maupun tingkat IV, yang di laksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua, Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, dan Kabupaten Sarmi bekerjasama dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Papua, pada umumnya subsatansi penyusunan proyek perubahan terdiri dari bagian-bagian : latar belakang, tujuan proyek perubahan (jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang), manfaat proyek, factor kunci keberhasilan, implementasi proyek, stake holder peran dan pengaruhnya, hambata dan strategi mengatai, dan capaian proyek. Dalam penjelasan sebelumnya dijelaskan tentang program yang pada intinya adalah kumpulan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sehingga program idealnya dapat dijabarkan atau diturunkan menjadi kegiatan meskipun hanya satu kegiatan saja. Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 8

Dari hasil penelahaan terhadap laporan implementasi proyek perubahan yang disusun oleh peserta diklat kepemimpinan tingkat III baik yang dilaksanakan oleh Badan Diklat Provinsi Papua maupun yang dilaksanakan oleh Badan Diklat Kabupaten Biak Numfor bekerjasama dengan Badan Diklat Provinsi Papua ditemukan bahwa sebagian besar peserta belum dapat memilah mana program dan mana kegiatan, sehingga peserta diklatpim tingkat III belum banyak yang mengupas tentang program yang menjadi area perubahannya. Hal ini diindikasikan dari judul proyek perubahan yang dibuat oleh peserta diklat kepemimpinan tingkat III, dimana program yang dijadikan proyek perubahan tersebut belum mampu menjawab turunannya yang dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan. Sedangkan untuk peserta diklatpim tingkat IV yang dilaksanakan oleh Badan Diklat Provinsi Papua, :Badan Diklat Kabupaten Biak Numfor, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asmat, dan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kabupaten Sarmi, yang bekerjasama dengan Badan Diklat Provinsi Papua, pada umumnya sudah sesuai dengan area perubahan yaitu pada pengelolaan kegiatan. Di atas telah dijelaskan pula bahwa keberhasilan pengelolaan program dan kegiatan akan memberikan andil terhadap pencapaian visi dan misi organisasi yang secara berjenjang melalui pencapaian tujuan dan sasaran. Pada penyelenggaraan diklat kepemimpinan tingkat III dan IV di lingkungan Badan Diklat Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi Papua yang bekerjasama dengan Badan Diklat Provinsi Papua, penyusunan proyek perubahan dimana di dalamnya tercantum juga tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dari proyek tersebut, akan tetapi tidak ada satupun dari proyek perubahan yang disusun oleh peserta diklat kepemimpinan tingkat III dan IV, memaparkan apa tujuan dan sasaran yang akan dicapai organisasi sebagaimana tercantum di dalam renstranya. Oleh karenanya dari proyek perubahan tersebut tidak dapat diketakui apakah keberhasilan proyek perubahan tersebut akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian visi dan misi organisasi atau setidaknya apakah tujuan yang ditampilkan dalam proyek perubahan tersebut mengerucut pada tercapainya tujuan dan sasaran sebagaimana ditetapkan dalam renstranya. Apabila program merupakan bagian dari strategi untuk merealisasikan sasaran, maka idealnya program tersebut mampu menjembatani berhasilnya pencapaian sasaran sebagaimana ditetapkan indikator-indikatornya dalam renstra. Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 9

Dalam penyusunan proyek perubahan diklat kepemimpinan tingkat IV yang dilaksanakan oleh Badan Diklat Provinsi Papua, maupun yang dilaksanakan oleh Badan Diklat Kabupaten Biak Numfor, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asmat, dan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kabupaten Sarmi, tidak ada satupun peserta yang menyusun proyek perubahannya dengan menampilkan indikator keberhasilan (kegiatan) dari proyek tersebut secara tegas. Meskipun dalam laporan implementasi proyek perubahan tersebut telah dilampirkan bukti-bukti fisiknya yang menunjukkan bahwa proyek perubahan telah dilaksanakan, akan tetapi seberapa besar tingkat capaian tersebut yang seharusnya dapat dihasilkan tidak dapat diketahui. Memang benar berhasil, tetapi seberapa besar keberhasilan itu sangat penting untuk dilaporkan, karena sebagai bentuk pertanggungjawaban. Misalnya pengelolaan kebersihan, memang ada bukti foto-fotonya, untuk kegiatan pembersihan sampah dan sebagainya, tetapi apabila ternyata dari bukti fisik yang ditampilkan tersebut ternyata hanya merupakan 45 persen dari target yang seharusnya dicapai, tentunya hal ini bukan merupakan suatu keberhasilan dari proyek perubahan tersebut. G. Penutup 1. Simpulan Proyek perubahan yang disusun oleh peserta diklat kepemimpinan tingkat III dan IV pada hakekatnya merupakan hasil diagnosis organisasi sesuai dengan area perubahan yaitu pada tataran pengelolaan program (untuk diklat kepemimpinan tingkat III), dan pengelolaan kegiatan (untuk diklat kepemimpinan tingkat IV). Akan tetapi berdasarkan teori yang diberikan pada pembekalan melalui diklat teknis training of facilitators, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, ternyata laporan proyek perubahan yang disusun oleh peserta diklat kepemimpinan tingkat III dan IV, sebagai bentuk pertanggungjawaban peserta dalam implementasi proyek perubahan, masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini karena masih belum dipahaminya konsep program dan kegiatan dengan baik, sehingga masih terdapat peserta diklat kepemimpinan tingkat III yang proyek perubahannya bukan pada pengelolaan program, demikian juga tidak adanya kejelasan hubungan antara tujuan yang dirumuskan dalam proyek perubahan dengan tujuan dan sasaran dalam rencana strategis SKPD, sehingga tidak dapat diketahui sampai seberapa peranan proyek perubahan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi. Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 10

demikian juga dengan indikator kinerja yang tidak ditampilkan dalam proyek perubahan, mengakibatkan tidak dapat diketahui seberapa besar keberhasilan proyek perubahan tersebut dari rencana yang dibuat oleh peserta terserbut. 2. Rekomendasi a. Perlunya pembekalan lebih lanjut bagi para coach maupun fasilitator terhadap pemahaman substansi proyek perubahan; b. Rancangan proyek perubahan yang disusun oleh peserta diklatpim tingkat III dan IV perlu menampilkan indikator kinerja dan target kinerjanya yang merupakan acuan bagi peserta untuk implementasi pada laboratorium kepemimpinan pada breakthrough II c. Perlunya menampilkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh organisasi sebagaimana ditetapkan dalam renstranya, sebagai bahan pemantauan apakah proyek perubahan sudah sinkron dengan renstra yang merupakan syarat mutlak sebagaimana ditetapkan dalam scooping diagnostic, dengan cara menyandingkan pada tujuan dari proyek perubahan yang disusun oleh peserta; d. Perlunya menampilkan indikator kinerja beserta target kinerjanya, sebagai bahan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari proyek perubahan tersebut yang tetap disertai dengan bukti-bukti fisik yang mendukungnya. H. Referensi : --------, Diagnostic reading, materi pada diklat teknis training of facilitators, PKP2A-II LAN Makassar, 2014; Undang-undanga nomor 25 tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah; Keputusan Kepala lembaga administrasi Negara Nomor : 239/1x/6/8/2003 Tentang Perbaikan pedoman penyusunan Pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah; -------, Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan peraturan menteri dalam negeri nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 11

Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor: per/m.pan/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama dl Lingkungan Instansi Pemerintah; Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; Sumaryono, Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Papua Halaman - 12