BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS EKONOMI DAN PERAN KELUARGA IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSLUSIFDI DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULUTAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Lata

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

I. PENDAHULUAN. makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan. Selain itu, ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu, dan bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja selama enam bulan tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur atau nasi tim. Setelah bayi berusia enam bulan, barulah bayi diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013). MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut (Maryunani, 2012). Antibodi yang terkandung dalam air susu ibu adalah imunoglobulin A (Ig A), bersama dengan berbagai sistem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit, laktoferin,

laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, interleukin, sitokin (Proverawati, 2013). Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif berjumlah 30,2% sedangkan bayi yang telah diberikan MP-ASI adalah 69,8% dari seluruh total bayi di Indonesia, Menurut anjuran WHO (2012). Prevalensi pemberian ASI di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 40,21%, dan prevalensi tertinggi berada di Kabupaten Banyumas sebesar 87,99%, sedangkan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 adalah sebesar 60,15% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan perilaku pemberian Air Susu Ibu (ASI). Bayi baru lahir yang tidak diberikan ASI dan diberikan pengganti ASI/susu formula akan relatif mudah terserang diare dan alergi, ancaman kekurangan gizi dan dapat meningkatkan resiko infeksi (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Masalah utama rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya dan kurangnya pengetahuan ibu, keluarga dan masyrakat (Saleh, 2011). Rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas

kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (Prasetyono, 2009). Ketidaktahuan masyarakat, mitos, status pekerjaan, pendapatan keluarga dan adanya peran serta petugas kesehatan yang tidak mendukung program ASI eksklusif akan menyebabkan penurunan ASI eksklusif dan peningkatan MP-ASI dini akibat kurangnya ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi. Salah satu peran pemerintah yang telah dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengeluarkan kebijakan pengaturan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI yakni Permenkes no. 450/Menkes/SK/IV/2004 dan PP No.33/2012 mengenai pemberian ASI eksklusif dan PP No,237/1997 mengenai MP-ASI (Menkes, 2004). Dampak negatif dari pemberian makanan pendamping ASI dini berdasarkan riset yang dilakukan oleh pusat penelitian dan pengembangan gizi dan makanan selama 21 bulan diketahui, bayi yang diberikan makanan tambahan pada usia <6 bulan lebih banyak yang terserang diare, batuk-pilek, dan panas ketimbang bayi yang diberikan ASI saja. Semakin bertambahnya umur bayi, frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan panas semakin meningkat (Eka, 2014). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 08 November 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Serayu Larangan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif berjumlah 36,1% sedangkan bayi yang telah diberikan MP-ASI dini adalah 63,9% dari seluruh total bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Serayu Larangan. Di Desa Pengalusan sendiri bayi usia 0-12 bulan sebanyak 112 bayi dan hanya ada 28 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dan 84 bayi mendapatkan MP-ASI Dini. B. Rumusan Masalah Dilihat dari kejadian penyebab pemberian makanan pendamping ASI sejak dini, disini peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui adakah Hubungan Faktor Budaya dan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini pada Bayi di Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui Hubungan Faktor Budaya dan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini pada Bayi di Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 2. Tujuan khusus a) Untuk mengetahui karakteristik responden. b) Untuk mengetahui Faktor Budaya dalam pemberian MP-ASI dini pada bayi di Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. c) Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu dalam pemberian MP- ASI dini pada bayi di Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.

d) Untuk menganalisis adakah Hubungan Faktor Budaya dan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi di Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. D. Manfaat Penelitian 1) Bagi peneliti Menambah pengetahuan tentang Hubungan Faktor Budaya dan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 2) Bagi responden Dapat di jadikan informasi untuk ibu pentingnya pemberian ASI Eksklusif. 3) Bagi instansi terkait Dapat di jadiakan bahan bacaan dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang. 4) Bagi ilmu pengetahuan Dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai Hubungan Faktor Budaya dan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi. E. Penelitian Terkait dan Jurnal Internasional 1. Penelitian Terkait Perbedaan hubungan faktor budaya dan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi telah menjadi objek penelitian oleh peneliti di Indonesia khususnya. Dalam penelitian

tersebut terdapat beberapa perbedaan dan persamaan antar judul penelitian yaitu : 1) Penelitian Fithriatul Muthmainnah dengan Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Ibu dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu di Puskesmas Pamulang. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Ibu dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu di Puskesmas Pamulang. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang bersedia menjadi responden. Pengambilan sampel pada penelitian adalah dengan teknik aksidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 77 responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan lmenggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian: Berdasarkan analisis data didapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI adalah : pekerjaan (p=0.041). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI yaitu : umur (p=0.189), pendidikan (p=0.265), sosial ekonomi (p=0.246), dan sumber informasi (p=0.871). 2) Penelitian Ning Suwarsih dengan Judul Penelitian Hubungan Antara Kepatuhan Budaya dengan Waktu Pemberian Makanan

Pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total samping dengan jumlah sampel 116 ibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Pengolahan data dilakukan dengan lmenggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian: Sebanyak (90,5%) responden memberikan makanan pendamping ASI pada saat bayi berusia kurang dari 6 bulan dan (82,8%) responden patuh terhadap budaya. Hasil analisis menggunakan uji alternatif fisher exact didapatkan nilai p= 0,000 < (α= 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bagi responden dapat meningkatkan pengetahuan dengan mencari sumber informasi terkait dengan pemberian makanan pendamping ASI. Bagi pelayanan kesehatan dapat menguatkan program ASI Ekslusif. 3) Penelitian Rita Rahmawati dengan Judul Penelitian Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di

Wilayah Puskesmas Pesanggrahan. Tujuan penelitian: untuk melihat Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Wilayah Puskesmas Pesanggrahan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian Cross Sectional study. Dengan jumlah sampel sebanyak 64 ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan. Hasil penelitian: hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usiakurang dari 6 bulan masih sangat tinggi yaitu sebesar 67,3%. Adapun gambaran pemberian MP-ASI dengan Modifying factor (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, suku, pengalaman, adat/ kebiasaan), persepsi ibu (kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat, kendala, petunjuk untuk bertindak, dan kepercayaan diri) menunjukan presentase yang beragam.