19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, di Peternakan Ayam Petelur Mulawarman, dan di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian a. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur ayam ras dari strain lohman brown dan isa brown yang berumur 58 minggu yang dipelihara secara intensif pada sistem kandang cage.telur yang digunakan sebanyak 50 butir telur dari masing-masing strain. b. Ayam ras yang dipelihara secara intensif dalam cage dengan kepadatan kandang 1 ekor / cage. c. Ransum. Ransum dan kandungan nutrisi ransum ayam petelur yang digunakan di Peternakan Mulawarman terdapat dalam Tabel 4 dan 5.
20 Tabel 4. Ransum ayam petelur yang digunakan di Peternakan Mulawarman Bahan baku Jumlah ( kg ) Komposisi ( % ) Konsentrat CK 88 330 32,90 Jagung 450 44,86 Bekatul 220 21,93 Premix p 3 0,29 Total 1003 100,00 Sumber : Mulawarman (2014) Tabel 5. Kandungan nutrisi ransum ayam petelur yang digunakan di Peternakan Mulawarman Kandungan nutrisi dalam ransum Kandungan nutrisi ransum Kadar air (%) 11.55 Protein kasar (%) 12.78 Lemak kasar (%) 9.00 Serat kasar (%) 4.06 Abu (%) 14.83 BETN (%) 47.81 Kalsium *) ( mg/100 g) 0.024 Fosfor *) (%) 2.47 Sumber : Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2014). *) Hasil analisis Laboratorium Politeknik Negeri Lampung (2015). 2. Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah egg tray digunakan sebagai tempat meletakkan telur ayam ras; timbangan elektrik kapasitas 210 g dengan tingkat ketelitian 0,01 g digunakan untuk menimbang telur ayam ras; meja kaca,
21 digunakan sebagai alas untuk meletakkan pecahan telur ayam ras yang diukur; pisau untuk memecahkan telur ayam ras; jangka sorong, digunakan untuk mengukur tinggi kekentalan putih telur ayam ras; mikrometer scrup untuk mengukur tebal kerabang; kertas tisu untuk mengelap peralatan yang digunakan; label untuk menandai telur; baskom plastik sebagai tempat penampung telur yang sudah dipecah; dan peralatan tulis digunakan untuk menulis data. C. Metode Penelitian Penelitian ini membandingkan dua perlakuan strain isa brown dan lohman brown terhadap peubah yang akan diamati. Jumlah telur pada masing-masing perlakuan sebanyak 50 butir yang diambil dari kandang yang berisi 100 cage. Ayam yang digunakan berumur 58 minggu. D. Analisis Data Analisis data dilakukandengan uji-t student. Uji-t student adalah uji komparatif untuk menilai perbedaan antara nilai tertentu dengan rata-rata kelompok populasi. Persyaratanan analisis uji-t student yaitu sampel diambil secara acak dari populasi berdistribusi normal, dan data berskala interval atau rasio (Diekhoff, 1992). E. Prosedur Penelitian a. Pengumpulantelurdilakukanselama 1 hari, yaitudarikandangayampetelurfase produksi umur 58 minggu, dengan jumlah telur yang digunakan 100 butir dari
22 dua strain yang berbeda lohmann brown dan isa brown, masing-masing strain terdiri dari 50 butir. b. Telur dipindahkan kedalamegg tray. c. Telur diambil dari egg tray dengan metode pengacakan (random). Cara pengambilan sampel telur: 1. berikan nomor pada semua setiap cage yang berisi ayam; 2. membuat kotak undian, kemudian acak undian; 3. nomor yang keluar disesuaikan dengan nomor pada cage yang berisi ayam, lalu telur pindahkan ke egg tray yang baru sampai cage yang berisi ayam pada sampel berjumlah 50 butir pada masing-masing strain; d. Pada hari pertama semua telur ditimbang untuk mengetahui bobot awal telur dan kemudian telur disimpan selama 10 hari. Rata-rata bobot awal telur untuk masing-masing strain adalah 58--60 g (lohman brown) dan 60--62 g (isa brown). e. Pada hari ke-10 telur ditimbang dan dipecah untuk memeriksa kualitas internal telur (tebal kerabang, penurunan berat telur) dan nilai HU f. Mengambil data pendukung yaitu lebar yolk, tinggi yolk, diameter terpanjang albume kental, diameter terpendek albumen kental, diameter terpendek yolk, berat kerabang, berat albumen, berat yolk. g. Mencatat data yang diperoleh.
23 F. Peubah yang Diamati 1. Tebal kerabang Tebal kerabang secara langsung dapat diukur dengan mikrometer scrup. Ketebalan kerabang diukur dengan cara mengambil kerabang dari bagian tengah (ekuator) tanpa selaput tipis dengan luas 1 mm 2, pengukuran dilakukan dua kali ( Kurtini dkk., 2011 ). 2. Penurunan berat telur Penurunan berat telur diukur dengan menggunakan timbangan elektrik, dengan cara menimbang berat telur awal dan menimbang berat telur setelah penyimpanan. Kemudian untuk mengukur penurunan berat telur menggunakan rumus : Keterangan: A : berat telur awal sebelum disimpan Penurunan berat telur = A B x 100% A B : berat telur akhir setelah disimpan ( Hintono, 1997 ) 3. Haugh Unit (HU) Nilai HU merupakan indeks dari tinggi putih telur kental terhadap berat telur. Nilai HU dihitung dengan menggunakan rumus : Nilai HU : 100 Log (H+7,57 1,7 W 0,37 )
24 Keterangan : HU : Haugh Unit H : Tinggi putih telur (mm) W : Berat telur (g) ( Nesheim, 1997 ) Adapun gambar tinggi putih telur pada kualitas internal telur terdapat pada Gambar 1. Gambar 1. Tinggi putih telur pada kualitas internal telur.