BAB I PENDAHULUAN. sangat besar pada hampir seluruh aspek kehidupan. Perkembangan ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kebijakan Teknis PPPPTK Matematika

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Bagaimanapun baiknya suatu organisasi, lengkapnya sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Sumber daya manusia merupakan unsur yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan. SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji dari penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chairil Fajar Hadiansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten Kuantan Singingi terbentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat utama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu. sendiri, yakni sektor-sektor industri, pertanian, tenaga kerja,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

Skripsi Untuk MemenuhiSebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

III METODE PENELITIAN. (1999:63), adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang berbeda-beda. Saat ini sistem pendidikan di Indonesia mengarahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi (iptek) menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru berperan. dalam mengembangkan kurikulum yang berpedoman pada standar isi dan

MENETAPKAN DAN MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS. oleh Sumardyono, M.Pd.

RENCANA KINERJA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di satu sisi,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan di dunia terjadi begitu cepat, dan berdampak sangat besar pada hampir seluruh aspek kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi merupakan salah satu dampak yang sangat kita rasakan. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia harus mengikuti perkembangan tersebut agar tidak ketinggalan lebih jauh lagi. Menurut Triling dan Hood (Hasan, 2003): Para peramal masa depan (futurist) mengatakan abad ke-21 sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, kewajiban generasi sekarang terutama dalam bidang kependidikan harus terus meningkatkan mutu layanan peserta didik, agar lulusannya tidak ketinggalan dalam berkompetisi dengan negara lain karena pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk kemajuan sebuah negara. Melalui pendidikan, generasi muda dapat menyerap perkembangan yang sedang terjadi dan dapat mengembangkan potensi dirinya untuk membangun peradaban bangsa. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Proses belajar mengajar yang berkualitas akan muncul dari guru yang berkualitas, sehingga 1

2 dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas pula. Data menunjukkan, Indonesia masih ketinggalan jauh dalam bidang pendidikan dibandingkan negaranegara lain. Prestasi literasi membaca dan matematika negara Indonesia pada tingkat internasional, berada pada urutan ke-39 dengan rata-rata nilai masingmasing 371 dan 367, dan untuk literasi IPA Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 41 negara dengan rata-rata nilai 393, (Sumber: Programme for International Student Achievement [PIS]), 2003). Data tersebut menunjukkan bahwa negara Indonesia menghadapi pekerjaan rumah yang besar dalam meningkatkan mutu pendidikan matematika, IPA dan bahasa. Tuntutan profesionalisme guru merupakan hal yang tidak dapat ditawartawar lagi jika ingin meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Selama ini ada anggapan bahwa rendahnya kualitas pendidikan Indonesia terkait dengan rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Akibatnya guru mengerjakan pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Guru yang profesional diharapkan mampu mewujudkan kualitas pendidikan tanpa dibebani masalah kesejahteraan hidupnya. Guru menghadapi tantangan yang berat manakala guru dituntut bekerja secara profesional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut siswa agar mampu mengatasi berbagai masalah yang akan dihadapi dengan berbekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar, guru harus mengembangkan berbagai pendekatan, metode, strategi pembelajaran, evaluasi

3 dan penilaian sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya dengan penekanan tidak hanya pada aspek kognitif siswa tetapi juga aspek afektif dan psikomotoriknya. Melihat tantangan ini, para guru harus membekali diri dan terus meningkatkan kompetensinya sehingga mereka mampu menjadi guru yang profesional. Kenyataan lain menunjukkan bahwa kualifikasi pendidikan masih banyak yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. berdasarkan data guru menurut kelayakan mengajar tahun 2002/2003, guru yang tidak layak mengajar pada jenjang pendidikan SD sebanyak 49,3%, pada jenjang pendidikan SMP sebanyak 35,9%, pada jenjang pendidikan SMA sebanyak 32,9% dan pada jenjang pendidikan SMK sebanyak 43,3% (sumber: PDIP-Balitbang Depdiknas, 2004). Kondisi tersebut tentu saja sangat memprihatinkan. Peningkatan profesionalisme guru bukan hanya merupakan tanggung jawab guru, tetapi juga merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat, sekolah, dan organisasi yang terkait dengan pendidikan. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait harus mendukung secara nyata ketika menuntut guru menjadi pekerja yang profesional. Sarana dan prasarana untuk meningkatkan kompetensi guru mutlak harus ada, karena para guru ini harus selalu up dating dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan apa yang terjadi dengan dunia. Pada saat ini pemerintah sedang berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui Undang-Undang Guru Nomor 14 Tahun 2005

4 tentang Guru dan Dosen, yang diimplementasikan melalui sertifikasi bagi guru. Melalui uji sertifikasi tersebut, para guru diharapkan menjadi guru yang kompeten dan profesional dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Peningkatan profesionalisme serta revitalisasi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) menjadi agenda utama Departemen Pendidikan Nasional. PPPPTK IPA sebagai unit pelaksana teknis pada Ditjen PMPTK Depdiknas mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan program diklat bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Kebutuhan dan perubahan yang baru dalam dunia pendidikan menuntut PPPPTK IPA untuk merumuskan rencana strategisnya, sehingga Rencana Strategis (Renstra) PPPPTK IPA perlu direvisi/disesuaikan dengan Renstra Depdiknas yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Program kerja harus sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam renstra. Wujud rencana bermacam-macam, namun setidaknya dapat terbagi ke dalam rencana strategis dan rencana operasional. Perencanaan strategis merupakan formulasi strategis yang sulit dicapai tanpa tujuan dan rencana yang jelas. Karena itu, PPPPTK IPA harus menyesuaikan visi, misi dan nilai-nilai yang dianut, serta melakukan pengamatan lingkungan internal dan eksternal (PLI dan PLE), kesimpulan analisis faktor internal dan eksternal (KAFI dan KAFE), analisis SWOT (strength, Weakness, Opportunity, Treaths), pilihan alternatif strategis (PAS), faktor kunci keberhasilan (FKK), serta penentuan tujuan dan

5 sasaran. Atas dasar itu, PPPPTK IPA telah menetapkan visi: Pada Tahun 2020 menjadi Pusat Pengembangan dan Penataran yang Unggul dan Kompetitif dalam Meningkatkan Profesionalitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA yang Bermartabat untuk Mencapai Pendidikan yang Berkualitas dan Berwawasan Global. Lebih lanjut, PPPPTK IPA merumuskan misi sebagai berikut: 1. Pengembangan model-model diklat berbasis penelitian dan kepakaran bagi PTK IPA. 2. Pengembangan bahan dan media diklat berbasis riset dan kepakaran bagi PTK IPA. 3. Penyelenggaraan layanan diklat secara prima bagi PTK IPA. 4. Sosialisasi produk-produk inovasi pendidikan IPA pada forum nasional dan internasional. 5. Pengembangan jejaring kerja dalam upaya peningkatan profesionalitas PTK IPA secara nasional dan internasional. 6. Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM PPPPTK IPA. 7. Peningkatan sarana dan prasarana PPPPTK IPA. 8. Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga lembaga. Selajutnya PPPPTK IPA membangun kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam bentuk program dan kegiatan. Program jangka panjang dirancang sampai tahun 2025, yang kemudian diuraikan ke dalam tahap-tahap kapan dapat dicapai dan berapa sasaran yang dicapai dalam jangka menengah dan jangka pendek. berdasarkan program jangka pendek, untuk tahun 2007 dirancang program tahunan sesuai dengan ketentuan yang ada dan tuntutan kebutuhan yang menjadi prioritas utama. Dalam prosesnya, perencanaan memerlukan keterlibatan (partisipasi) berbagai pihak yang terkait. Gambaran umum partisipasi pegawai dalam

6 penyusunan perencanaan di PPPPTK adalah sebagai berikut. Setiap unit kerja diwakili oleh koordinator dan wakil koordinator (Kepala Seksi, Kepala Subbagian dan Kepala Urusan) untuk bersama-sama menyusun perencanaan lembaga di bawah koordinasi Seksi Program Penataran Bidang Pelayanan Teknis. Hasil studi lapangan menemukan indikasi bahwa pada level manajemen puncak, tingkat partisipasi dalam perencanaan tergolong tinggi. Namun pada level pegawai menengah, terutama pada level lini belum semua pegawai bersikap terbuka untuk mengemukakan ide atau gagasannya. Optimal tidaknya pola seperti di atas sebagai wujud partisipasi pegawai dalam perencanaan bagi PPPTK IPA masih perlu dikaji secara mendalam melalui penelitian. Salah satu hal yang dibutuhkan untuk keberhasilan sebuah perencanaan adalah daya dukung sumber daya manusia. Menurut Siagian (2002:129), sumber daya manusia merupakan daya (resources) yang paling strategik dimiliki oleh suatu organisasi. Dana dan daya hanya memungkinkan organisasi berbuat sesuatu, akan tetapi hanya sumber daya manusia yang menyebabkan terjadinya sesuatu. Daya dukung sumber daya manusia yang handal diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas organisasi. Demikian pula dengan rencana, untuk dapat mengimplementasikan rencana, semua komponen sumber daya manusia organisasi harus menerima atau meyakini benar rencana yang telah ditetapkan, memiliki kesediaan untuk bersungguh-sungguh berupaya mencapainya, dan memiliki sense of belonging yang tinggi terhadap organisasinya. Melalui

7 perencanaan yang melibatkan pegawai dan pihak terkait lainnya (pemerintah, calon peserta diklat, dan stakeholders lainnya) diharapkan organisasi akan lebih produktif. Beberapa fakta yang ditemukan berdasarkan hasil studi pendahuluan di PPPPTK IPA sebagai berikut: (1) masih ditemukan adanya pegawai yang bersikap tidak peduli dengan rencana yang telah dikembangkan oleh lembaganya; (2) tidak semua pegawai mengerti atau memahami secara benar rencana yang dikembangkan lembaganya; (3) perubahan-perubahan sebagai konsekuensi dari perencanaan yang telah disusun menurut beberapa pegawai masih belum signifikan. Atas dasar pemikiran di atas, dipandang perlu untuk meneliti lebih mendalam bagaimana gambaran partisipasi pegawai dalam perencanaan (perencanaan partisipatori) di PPPPTK IPA, bagaimana gambaran produktivitas organisasi, dan bagaimana kontribusi perencanaan partisipatori terhadap produktivitas organisasi di PPPTK IPA. B. Rumusan Masalah Penelitian merupakan upaya sistematis dan ilmiah untuk memecahkan masalah. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan masalah adalah pernyataan mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Supaya penelitan terfokus, maka masalah yang akan diteliti harus dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar kontribusi perencanaan partisipatori terhadap

8 produktivitas organisasi di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung. Agar lebih jelas, masalah penelitian diuraikan dalam pertanyaan penelitian di bawah ini. 1. Bagaimana proses penyusunan perencanaan partisipatori di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung? 2. Bagaimana perencanaan partisipatori diimplementasikan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung? 3. Seberapa besar kontribusi perencanaan partisipatori terhadap produktivitas organisasi di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan seberapa besar kontribusi perencanaan partisipatori terhadap produktivitas organisasi di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung. Secara khusus tujuan penelitian diuraikan sebagai berikut:

9 1. Untuk mengetahui proses penyusunan perencanaan partisipatori di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung? 2. Untuk mengetahui implementasi perencanaan partisipatori di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung? 3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi perencanaan partisipatori terhadap produktivitas organisasi di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung? D. Anggapan Dasar Penelitian Suprayogo dan Tobroni (2001:92) memberikan padanan kata anggapan dasar sebagai asumsi. Ia memdefinisikan asumsi adalah anggapan dasar yang tidak perlu diuji, tetapi berfungsi mendasari pemilihan masalah penelitian. Berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: 1. Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena adanya ketertiban pegawai menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja (Kuntjoro, 2002:1). 2. Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri

10 bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih baik dari hari ini (Sinungan, 2005:1-2). 3. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan meningkatkan keterlibatan pegawai (partisipasi) (Hanafi, 1997:484). E. Hipotesis Penelitian Trelease dalam Nazir (1999:182) memberikan definisi hipotesa sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati. Good dan Scates dalam Nazir (1999:182) menyatakan bahwa hipotesa adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger dalam Nazir (1999:183) juga memberikan definisi hipotesa adalah pernyataan yang bersifat terkaan dan hubungan antara dua atau lebih variabel. Berkenaan dengan penelitian ini, hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Perencanaan partisipatori memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap produktivitas organisasi di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam Bandung. Selanjutnya mengenai hubungan antar variabel atau paradigma penelitian, Sugiyono (2002:3) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan paradigma

11 penelitian adalah merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Berkenaan dengan penelitian ini, sesuai dengan kajian teori, maka hubungan antarvariabel penelitian digambarkan sebagai berikut: Variabel X Variabel Y Perencanaan Partisipatori 1. Partisipasi dalam perumusan rencana 2. Partisipasi dalam implementasi rencana 3. Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi rencana Produktivitas Organisasi 1. Dimensi Fungsi Produksi Administrator 2. Dimensi Fungsi Produksi Psychologist s 3. Dimensi Fungsi Produksi Economist s Gambar 1.1 Hubungan Antarvariabel Penelitian F. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta dan hubungan antara variabel fenomena yang diteliti. Berdasarkan hal tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Nazir (1999:63) bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

12 Whitney dalam Nazir (1999:63) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Secara harfiah, Nazir (1999:64) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Tetapi pengertian metode penelitian yang lebih luas, penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental. Sedangkan berdasarkan data yang dikumpulkan, penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kuantitatif. Margono (2004:105) menyatakan: Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sedangkan berdasarkan data yang dikumpulkan, penelitian ini tergolong pada penelitian kuantitatif.

13 G. Tempat, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah di Instansi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 12 Bandung. 2. Populasi Sugiyono (2002:55) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Mengacu pada pengertian di atas, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Bandung yang berjumlah 177 orang. 3. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang representatif untuk dijadikan sebagai sumber data. Margono (2004:121) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Definisi yang relatif sama dikemukakan oleh Sugiyono (2006:56) dengan menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

14 populasi tersebut. Akdon dan Hadi (2004:98) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Menentukan sampel yang representatif harus menjadi bahan pertimbangan peneliti. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mengikuti pendapat taro Yamane atau Solvin (Riduwan dan Akdon, 2005:255) sehingga sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sejumlah 123 orang.