HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMK PENTI PAMARDI SIWI NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Rina Indah Agustina ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PORNOGRAFI PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMK FARMASI HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMK PENTI PAMARDI SIWI NGRAMBE KABUPATEN NGAWI Surya Mundhika, Sri Handayani, Kamidah Prodi DIII Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang:remaja yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan pengetahuan yang minim membuat remaja tidak bisa memilah-milih informasi mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga pada akhirnya mereka akan terperangkap dalam perilaku seks bebas.tujuan penelitian: Metode penelitian: jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang berjumlah 157 responden. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik sampling simple random sampling. Analisa bivariate menggunakan chi-square. Hasil penelitian: secara statistik dengan menggunakan uji dengan perilaku seks bebas dengan nilai ² hitung > ² tabel (10,061>5,991) maka Ho ditolak dan Simpulan: Terdapat Hubungan antara Siwi Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Kata Kunci: A. PENDAHULUAN Pada umumnya remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan adanya perubahan seksual. (Kusmiran, 2011: 4). Dengan adanya perubahan seksual ini tentunya disebabkan oleh kerja hormon didalam tubuh yang sudah mulai aktif pada remaja. Remaja yang jumlahnya tidaklah sedikit yaitu mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk tentunya menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan dunia remaja (Humas BKKBN 2015, diperoleh tanggal 24 februari 2015). Salah satu bentuk persoalan yang dihadapi remaja adalah seks bebas. 71

Remaja yang selalu mempunyai rasa ingin tahu yang besar, karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup maka mereka mencoba mencari informasi-informasi itu sendiri melalui berbagai macam media informasi, yang tentunya informasi tersebut belum tentu kebenarannya. Dengan rasa ingin tahu yang besar dan disertai pengetahuan yang minim membuat remaja tidak bisa memilahmilih mana yang baik dan mana yang buruk. Apalagi dengan keadaan saat ini dimana setiap item informasi telah dibumbui dengan kata- hubungan seksual dan 21,2 % remaja SMA pernah menggugurkan kandungannya. Perilaku seks bebas dapat mengakibatkan aborsi, penularan penyakit seperti HIV atau AIDS, dll. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara perilaku seks bebas pada remaja di SMK Panti Pamardi Siwi Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi? Tujuan penelitian ini secara Umum adalah mengetahui pengetahuan bebas pada remaja di SMK Panti Pamardi Koran Rakyat Merdeka (2009, dalam Hawari 2010: 17) menyatakan bahwa dari 4500 remaja yang ada di Indonesia ternyata Siwi Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Tujuan secara khusus diantaranya a) Mengetahui karakteristik responden b) dan 93,7 % pernah berciuman. Pengonsumsian pada remaja. c) Mengetahui perilaku seks bebas pada remaja. d)menganalisa hubungan dengan sikap yang bijaksana maka remaja akan terjerumus kedalam perilaku seks bebas. Kementrian Kesehatan (Kemenkes, 2009: 2) pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari penelitian di empat kota (Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya). Sebanyak 35,9 % remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, bahkan 6,9% telah melakukan seks bebas pada remaja di SMK Panti Pamardi Siwi Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi B. BAHAN DAN METODE Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross-sectional dilaksanakan di SMK Panti Pamardi Siwi Desa 72

Ngrambe Kabupaten Ngawi dengan subyek penelitan siswa kelas XI yang berjumlah 157 siswa. Besar sampel dalam penelitian ini ada 79 siswa. Analisa data menggunakan uji Chi Squere untuk menguji hipotesis yaitu pengetahuan Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur perilaku seks bebas. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Nasir, Muhith dan Ideputri, 2011: 256). Tipe pertanyaan adalah pertanyaan tertutup atau terstruktur dimana kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada. (Hidayat, 2007:86). Untuk mengukur C. HASIL PENELITIAN DAN PEM- BAHASAN Penelitian yang dilaksanakan, pada bulan Mei 2015 ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang Panti Pamardi Siwi. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Panti Pamardi Siwi Ngrambe, Ngawi. Fasilitas yang tersedia di sekolahan tersebut meliputi 19 ruang, yaitu 12 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang TU, 1 ruangan bimbingan konseling, 1 ruang aula, 1 ruang computer dan internet, 1 ruang UKS. Sekolah dilengkapi dengan fasilitas internet yang sering dimanfaatkan oleh guru dan murid. bebas belum pernah dilakukan di SMK ini. 1. Analisis Univariat Analisis Univariat dalam penelitian ini berupa informasi, pacar, pengetahuan, perilaku. Berdasarkan hasil penelitian dari kuesioner dengan menggunakan skala Guttman dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas di lokasi lain dengan kriteria responden yang sama. 79 responden didapatkan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut. a. Informasi Tabel. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Informasi Frekuensi Persentase Tidak Pernah 19 24.1% 73

Informasi Frekuensi Persentase Orang Tua 3 3.8% Guru 1 1.3% Koran / majalah 8 10.1% Internet 48 60.8% Total 79 100.0% Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi dari internet yaitu sebanyak 48 orang (60.8%), sedangkan sebagian kecil responden mendapatkan informasi dari guru, yaitu sebanyak 1 orang (1.3%) b. Pacar Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pacar Pacar Frekuensi Persentase Punya 49 62.0% Tidak Punya 30 38.0% Total 79 100.0% Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan memiliki pacar yaitu sebanyak 49 orang (62.0%), sedangkan sebagian kecil responden dengan tidak mempunyai pacar yaitu sebanyak 79 orang (38.0) c. Pengetahuan Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Frekuensi Persentase Kurang 21 26.6% Cukup 45 57.0% Baik 13 16.5% Total 79 100.0% Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 45 orang (57.0%), sedangkan sebagian kecil responden dengan tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 13 orang (16.5%). d. Perilaku Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Perilaku Frekuensi Persentase Negatif 49 62.0% Positif 30 38.0% Total 79 100.0% Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan perilaku negative yaitu sebanyak 49 orang (62.0%), sedangkan sebagian kecil responden dengan perilaku positif yaitu sebanyak 30 orang (16.5%). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan 74

Tabel 6. Hasil Uji Chi Square dengan perilaku seks bebas pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tabulasi silang antara pengetahuan dengan Contingency cient Df ² tabel ² hitung P Ket perilaku seks bebas sebagai berikut. Tabel 5 Tabulasi Silang antara pengetahuan dengan perilaku seks bebas Pengetahuan Negatif Perilaku Positif Kurang 15 6 21 Total 71.4% 28.6% 100.0% Cukup 31 14 45 68.9% 31.1% 100.0% Baik 3 10 13 23.1% 76.9% 100.0% Total 49 30 79 62.0% 38.0% 100.0% 0.336 2 5,991 10,061 0.007 H 0 ditolak Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa nilai ² hitung > ² tabel (10,061>5,991) atau apabila nilai p-value =0,007 (p<0,05). antara tingkat pengetahuan tentang SMK Panti Pamardi Siwi Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Nilai Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan kurang ada 21 orang (100.0%), dengan 15 orang (71.4%) memiliki perilaku negatif, sedangkan yang memiliki perilaku positif sebanyak 6 orang (28.6%). Jika dibandingkan dengan memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 orang (100.0%) dengan 3 orang (23.1%) memiliki perilaku nagatif dan yang memiliki perilaku positif sebanyak 10 orang (76.9%). Dengan demikian pengetahuan yang kurang cenderung memiliki perilaku negatif. artinya hubungan tersebut dengan tingkat kategori rendah. 3. Pembahasan a. Informasi D i d a l a m p e n e l i t i a n i n i menunjukkan mayoritas responden mendapatkan informasi dari internet yaitu sebanyak 48 orang (60.8%), sedangkan sebagian kecil responden mendapatkan informasi dari guru, yaitu sebanyak 1 orang (1.3%). Hal ini membuktikan bahwa bahwa informasi yang diterima oleh murid jauh lebih 75

besar dari internet dibanding informasi yg diperoleh dari guru. Dalam teori, Pratiwi (2006:30) membagi faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas pada remaja menjadi dua bagian yaitu: factor eksternal dan factor internal yang terdiri dari pengetahuan, arus globalisasi, penyebaran informasi melalui media massa, pengaruh teman sebaya, pengalaman seksual, dan pemahaman nilai dan social. Dari realita tersebut kemungkinan murid com, diperoleh tanggal 24 Februari 2015), mengatakan bahwa perilaku seks remaja antara lain berfantasi, berpegangan tangan, berciuman kering, berciuman basah, meraba, berpelukan, masturbasi, oral seks, petting, hingga melakukan persetubuhan. Orang yang sudah memiliki pacar memiliki kesempatan yang lebih besar dalam berperilaku seks. Apalagi, mereka memiliki tingkat pengetahuan lebih terkesan dengan informasiinformasi yang berasal dari lingkungan informil, sedangkan informasi yang diperoleh dari lingkungan formil kurang diperhatikan. b. Pacar Di dalam penelitian ini juga menunjukkan mayoritas responden sudah memiliki pacar, yaitu sebanyak 49 orang (61.0%). Perilaku seks, sebagai dampak dari kurangnya cenderung mudah dilakukan bagi yang sudah memiliki pacar. Dalam hal ini Pekey (2007, 9-15, http:// www. pendidikanpapua. blogspot. dapat mempengaruhi perilaku. Dalam hal ini Rogers (1974, Wawan dan Dewi, 2010: 15) mengatakan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terdapat proses, salah satunya adalah merasa tertarik, dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus dimana individu mulai mencoba perilaku baru. Pacar merupakan media dari berfantasi sehingga banyak kemungkinan remaja bisa mempraktekkan apa yg telah diperoleh dari informasi yang didapat walaupun informasi tersebut belum dipahami 76

baik buruknya secara mendalam oleh remaja tersebut. Menurut Huclok (1998, dalam Wawan dan Dewi, 2010: 17) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang bekerja, sementara para remaja ini tergolong usia yang belum matang. c. Pengetahuan Dalam penelitian ini, pengetahuan SMK Panti Pamardi Siwi Kecamatan N g r a m b e K a b u p a t e n N g a w i menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang baik dimana mayoritas memiliki perilaku positif, yaitu sebanyak 10 orang (76.9%). Sedangkan untuk responden yang memiliki tingkat pengetahuan orang dan sebagian besar berperilaku negatif, yaitu sebanyak 15 orang (71.4%). Kurangnya pengetahuan ini kemungkinan disebabkan karena informasi yang diakses kurang terfokus pada kepentingan positifnya namun mementingkan panggilan nafsu seks yang kadang barlarut-larut sehingga berdampak pada kurang sehatnya pengetahuan yang diterima. Kurangnya pengetahuan mengenai responden memiliki perilaku tidak baik. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan informasi dari internet, yaitu sebanyak 48 orang (61.8%). Secara luas diketahui bahwa internet merupakan salah satu media yang memiliki ini Soetjiningsih mengatakan bahwa majunya teknologi dan membaiknya sarana komunikasi baik melalui media massa atau pun media-media lainnya mengakibatkan membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi (Soetjiningsih, 2007:140). Pengetahuan yang tidak didapat secara baik akan membawa dampak yang tidak baik bagi responden. Dampak tidak baik yang dimaksud adalah memiliki perilaku negatif pada mereka yang notabene adalah usia remaja. Fase remaja merupakan 77

segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan tulisan atau gambaran yang dirancang dengan segaja dan semata-mata untuk seksual sehingga mampu berproduksi. Dan remaja juga merupakan masa membangkitkan nafsu birahi atau syahwat seks. Pada zaman modern perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan dan tanpa batas oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Peredaran perhatian terhadap nilai-nilai estetika ( Dewi, 2012: 17). Menurut Mubarak (2011: 81) pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Jadi, berbagai bidang media massa, seperti: gambar, atau foto, bahkan tulisan, materi sandiwara, lawak (Vina, 2011: 38). dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek. Di dalam Ensiklopedia Hukum Islam (1997, dalam Hawari 2010: berasal dari bahasa Yunani porne yang berarti perempuan jalang atau pelacur dan graphen dengan arti diakses, dikha watir kan a kan membawa dampak yang tidak baik bagi masyarakat, khususnya remaja. Remaja sangat rentan berperilaku negatif seperti melakukan seks secara bebas karena usia remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan adanya perubahan seksual (Kusmiran, 2011: 4). Hal ini sebenarnya tergantung juga dengan komitment yang dimiliki oleh si pelaku, selama komitment yang bersifat 78

positif tetap dipegang, kemungkinan tidak akan terjadi perilaku negatif. Menurut Hawari (2010:18) provokator tindakan-tindakan komunikasi dan atau dipertunjukkan dimuka umum yang pecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. (Hawari, 2010:45). lepasnya kontrol diri. Provokator menerus dan melampaui batas, akan berdampak pada pergaulan bebas (Hubungan seks di luar nikah), Perselingkuhan, Pelacuran, Kehamilan di luar nikah (kehamilan tidak diinginkan), Aborsi Anak yang dilahirkan di luar nikah, Kekerasaan seksual (perkosaan), Perliaku seksual menyimpang, misalnya homoseksual, lesbi, Penyakit kelamin, termasuk HIV atau AIDS. di dalam undang-undang, yaitu d. Perilaku Dari hasil penelitian, sebagian besar responden dengan berperilaku negative yaitu sebanyak 49 orang (62.0%), sedangkan sebagian kecil responden dengan perilaku positif yaitu sebanyak 30 orang (16.5%). Banyaknya yremaja yang berperilaku negatif ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuannya yang masih kurang dan setengah-setengah, sehingga belum dapat menyimpulkan apakah pengetahuan yang didapat tersebut berdampak baik atau buruk terhadap dirinya. Menurut Rogers (1974, Wawan dan Dewi, 2010: 15) perilaku adalah semua kegiatan atau adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media aktivitas manusia yang baik yang dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni a) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut 79

menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) b) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berati sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru e) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. pornoaksi merupakan provokator sebagai akibat lepasnya kontrol diri. terus- menerus dan melampaui batas, akan berdampak pada: a) Pergaulan bebas (Hubungan seks diluar nikah). b) Perselingkuhan. c) Pelacuran. d) Kehamilan diluar nikah (kehamilan tidak diinginkan). e) Aborsi. f) Anak yang dilahirkan diluar nikah. g) Kekerasaan seksual (perkosaan). h) Perliaku seksual menyimpang, misalnya homoseksual, lesbi. i) Penyakit kelamin, termasuk HIV atau AIDS. Sedangkan dampak dari (2009: 34) adalah sebagai berikut: 1) Perangsangan seksual, sejumlah studi menunjukkan dampak paling oleh khalayak adalah rangsangan seksual. Suatu temuan yang cukup mengejutkan adalah ternyata derajat keeksplisitan tidak selalu berhubungan denga tingkat rangsangan seksual yang dialami khalayak. Bahkan, pada beberapa kasus, ditemukan materi seksual yang tidak terlalu eksplisit justru lebih dapat membangkitkan hasrat seksual khalayak penontonnya. Imajinasi seksual yang dirangsang oleh materi seksual noneksplisit ternyata lebih kuat 80

pengaruhnya dalam membangitkan rangsangan seksual khalayak. Studi (1960) juga menunjukkan bahwa rangsangan seksual merupakan sesuatu yang dapat diperoleh melalui pembelajaran. Studi-studi berikutnya juga menemukan bahwa khalayak yang terbiasa mengkonsumsi materi laki-laki dan perempuan serta tanpa perlibatan kekerasan atau perilaku seksual menyimpang lain), lama kelamaan akan menjadi terbiasa sehingga membutuhkan materi u nt u k m e m ba n g it k a n h a s r a t seksualnya. 2) Perubahan perilaku, memiliki dampak pada perilaku. Hal ini disebabkan, khalayak mempelajari adegan seksual yang mereka konsumsi satu dampak yang diakibatkan olehnya adalah pemudaran tabu. Dalam studi ditemukan, setelah menyaksikan dorongan untuk mempraktekkan aktivitas seksual yang disaksikannya, meskipun sebelumnya hal ini merupakan sesuatu yang dianggap tabu. Beberapa hal yang dapat menjadi faktor pendorong remaja dalam yaitu: 1)Diri sendiri, kecanggihan teknologi terutama internet. Internet memberikan kemudahan akses melalui beberapa webiste yang dsediakan dan secara langsung menyajikan link yang bertemakan seksual. 2)Teman sebaya, data porno yang didownload juga dibuat agar dapat digunakan oleh banyak orang sesama remaja. Jaringan ini dibuat oleh pengguna yang kebanyakan adalah remaja, sehingga yang menjadi distributor juga adalah remaja 3) Keluarga, 20) menyatakan bahwa keikut sertaan orang tua berperan penting. dalam mengontrol penggunaan internet. seorang khalayak akan merasa lebih terbiasa dan wajar dengan adegan seksual yang disaksikannya tersebut. Ia juga akan cenderung memiliki secara muatan disederhanakan menjadi 3 yaitu: 1) Softcare, biasanya hadir ketelanjangan, adegan-adegan yang 81

mengesankan terjadinya hubungan seks dan seks simulasi 2) Hardcare, di Indonesia mengenalnya sebagai triple X ( X rated), materi orang dewasa (adult material), dan materi seks yang eksplisit seperti penampilan close up alat genital dan akivitas seksual, termasuk penetrasi. 3) Obscenity (kecabulan), bila sesuatu tersebut menyajikan materi seksualitas yang menentang secara ofensif batasbatas kesusilaan masyarakat yang menjijikan, dan tidak memiliki nilai artistik, sastra, dan politik. karakteristiknya menurut Sulianta (2010: 5) diantaranya : 1) Soft Care boy 2) Hard care tanpa kekerasan). 3) Violent pornograi kekerasan) contohnya perbudkan. (menggunakan kekerasan atau paksaan dan disertai penolakan) Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert), dan perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antar faktor internal dan eksternal. Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai bentangan yang luas. Benyamin Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, 2007: 139)membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan Indonesia, ke tiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta,peri rasa, peri tindak. e. Hubungan pengetahuan tentang Hasil penelitian diketahui bahwa nilai ² hitung > ² tabel (10.061>5,991) atau apabila nilai p-value =0,007 (p<0,05). Jadi dalam penelitian ini antara tingkat pengetahuan tentang 82

sebesar 0.336, artinya bahwa hubungan tersebut dengan tingkat kategori rendah. Dimana ada kecenderungan semakin baik tingkat pengetahuan porno. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Haryanti (2013:54) meneliti tentang Hubungan antara maka responden akan berperilaku postif. Pengetahuan yang baik mengenai karena hal itu dapat mempengaruhi perilaku mereka. Berkaitan dengan hal ini Notoatmodjo (2003, dalam Wawan dan Dewi, 2010: 12) memaparkan pengetahuan memiliki tingkatan, di antaranya adalah memahami dan aplikasi. Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Sedangkan aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Dengan demikian pengetahuan yang baik dapat mencegah seseorang berperilaku seks yang negatif karena mereka tahu akan dampak buruk yang akan terjadi dengan mengakses situs dengan perilaku seks pra nikah pada remaja di SMA 1 Gemolong. Peneliti menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Teknik sampling yang digunakan menggunakan simple random sampling. Analia menggunakan Chi Squere dengan responden sebanyak 72. Hasil uji Chi Squere Diperoleh hasil (19.4887) > (15.991) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya adalah dengan perilaku seks bebas pada remaja. D. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 79 responden di SMK Panti Pamardi Siwi Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi dapat disimpulkan sebagai berikut. 83

1. Karakteristik responden tentang informasi dan pacar menunjukkan bahwa lebih banyak siswa mendapatkan informasi dari Internet dan sebagian besar siswa telah memiliki pacar 2. Tingkat pe ngetahuan res ponden menunjukkan lebih banyak dalam kategori cukup 3. Perilaku responden menunjukkan sebagian besar berperilaku negaif bisa mempengaruhi perilaku seks pada masa remaja. 2. Bagi sekolah Bagi sekolah disarankan agar ikut berupaya meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi yang benar seperti dampak atau bahaya mengkonsumsi pengetahuan responden dengan perilaku seks bebas Saran 1. Bagi siswa Bagi siswa disarankan untuk meningkatkan pengetahuan perihal terhadap situs-situs porno. 3. Bagi petugas kesehatan Bagi petugas kesehatan disarankan untuk lebih meningkatkan kegiatan dalam memberikan pengetahuan mengenai seks bebas baik melalui penyuluhan ataupun gerakan anti seks bebas terutama di sekolah-sekolah. DAFTAR PUSTAKA Dewi.2012.Memahami Perkembangan Fisik Remaja. Yogyakarta: Gosyen Publishing Haryanti.2013. Remaja di SMA 1 Gemolong. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: DIII Kebidanan Aisyiyah Surakarta. Hawari.2010. Komunikasi Terhadap Kesehatan Jiwa. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kesehatan UI 84

Hidayat, A.A. 2007. MetodePenelitianKeperawatandanTeknikAnalisis Data. Jakarta: Salemba Medika. http : kemenkes. Tentang seks bebas, hal:1, pada persi (pusat data dan informasi persi).co.id diterbitkan 20012 Kusmiran.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika Mubarak. Wahit iqbal. 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan.jakarta : salemba medika Nasir, Muhith dan Ideputri, 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa pengantar dan teori. Jakarta. Salemba medika. Notoatmodjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RinekaCipta Nupus, O.H. 2010. Hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pra nikah pada penghuni kos-kosan kebidanan di kentingan jebres Surakarta. KTI STIKES Aisyiyah Surakarta Pekey, 2007, 9-15, http://www.pendidikanpapua.blogspot.com,diperoleh tanggal 24 Februari 2015 Pratiwi. 2006.Pendidikan seks untuk remaja. Yogyakarta : tugu publisha Soebagijo, Azimah (dkk) (2009).. Jakarta: Kementrian Negara dan Pemuda Soetjiningsih. 2007. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya, Jakarta : sagung seto Sulianta dan Feri.2010.Cyeberpro Bisnis Atau Kriminal. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Vina, D,L. 2008. Kenakalan remaja dan penanggulangannya. Klaten : cempaka putih Wawan, A dan M,Dewi. 2011.Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia, Yogyakarta : nuha medika 85