BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan molekul yang sangat esensial bagi kehidupan semua makhluk hidup, termasuk manusia. Hampir semua organisme hidup hanya dapat bertahan dalam periode waktu yang pendek tanpa air. Syarat kuantitas dan kualitas merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam pemenuhan kebutuhan air (Depkes RI, 2005). Kuantitas air yang diperlukan untuk berbagai penggunaan oleh masyarakat adalah berbeda-beda tergantung kepada tingkat sosial budaya, suhu atau iklim dan ketersediaannya yang ditentukan berbagai faktor. Syarat kualitas air meliputi persyaratan fisik, kimiawi, bakteriologis dan radio aktif. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu kesatuan, jadi jika ada satu parameter saja yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi baku kualitas air tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan dari segi kesehatan, estetika dan ekonomis (Depkes RI, 2005). Sampai saat ini, air tanah masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai air baku untuk air minum maupun untuk memasak. Pada umumnya, air dari sumber air tanah hanya dapat memenuhi kebutuhan air secara kuantitatif. Air tanah di sebagian besar wilayah Indonesia belum memenuhi standar kualitas fisik, kimiawi dan biologis sehingga apabila tidak dilakukan pengolahan tidak layak untuk diminum (Hartono, 2004).
Seringkali ditemukan air tanah mengandung logam-logam yang masih tinggi kadarnya, salah satunya adalah mangan (Mn). Mangan merupakan salah satu unsur esensial bagi manusia dan hewan, namun paparan kronis sampai pada dosis yang tinggi dapat membahayakan kesehatan, terutama sistem saraf. Studi epidemiologi mengindikasikan adanya hubungan antara pajanan mangan lewat air minum dengan gejala-gejala yang melibatkan gangguan pada sistem saraf seperti insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan berlanjut, maka bicara jadi melambat dan monoton, berjalan terpatah-patah. Gejala-gejala yang timbul tersebut mirip dengan gejala pada penderita Parkinson (Slamet, 2009). Mangan terutama mempengaruhi daerah basal otak yang dikenal sebagai globus pallidus yang terlibat dalam pengendalian gerakan. Sel-sel saraf di daerah ini merosot atau hilang sepenuhnya. Para peneliti juga menemukan bahwa paparan mangan dapat merusak substantia nigra, area otak yang terkena penyakit Parkinson. Hal ini menunjukkan bahwa paparan mangan memiliki peran dalam perkembangan penyakit Parkinson (Purcell, 2012). Bleich (1999) mempublikasikan laporan kasus mengenai efek neurologi yang terjadi pada lelaki dewasa yang menelan sekitar 1,8 mg/kg-hari Kalium permanganat (0,62 mg Mn) selama 4 minggu dengan periode follow up selama 14 tahun. Sebagian besar gejala yang dicatat adalah kekakuan pada otot, nyeri otot, hypersomnia, meningkatnya libido, berkeringat, dan kecemasan.
Intoksikasi mangan terjadi pada lelaki berusia 62 tahun yang menerima nutrisi yang mengandung 2,2 mg mangan setiap hari selama 23 bulan (Ejima, 1992). Konsentrasi ini sebanding dengan dosis 0,023 mg Mn/kg-hari untuk seorang dewasa yang berbobot 70 kg. Konsentrasi mangan dari hasil pemeriksaan darah penderita meningkat. Penderita menunjukkan gejala kekakuan ringan, dengan gambaran muka topeng, gaya berjalan yang terpatah-patah, dan gangguan refleks-refleks postural yang parah, dan diagnosis untuk kelainan ini adalah Parkinson. Air sumur gali di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang mengandung mangan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dengan rata-rata konsentrasi 2,99 mg/l (Fauziah, 2011) yang sudah jauh melewati nilai ambang batas yang dipersyaratkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 0,4 mg/l. Karena masyarakat mengkonsumsi air sumur tersebut sebagai air minum, maka terdapat potensi untuk terjadinya gangguan saraf berupa Parkinson Like Syndrome. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu apakah ada pengaruh mangan dalam air sumur gali yang dikonsumsi sebagai air minum terhadap timbulnya Parkinson Like Syndrome pada masyarakat Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kandungan mangan dalam air minum yang berasal dari sumur gali terhadap keluhan berupa Parkinson Like Syndrome pada masyarakat Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2. Untuk menganalisis besaran tingkat risiko secara kuantitatif gangguan kesehatan masyarakat Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terhadap efek non-karsinogen mangan akibat mengkonsumsi air dari sumur yang mengandung mangan dengan konsentrasi tinggi. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh tingginya konsentrasi mangan dalam air sumur gali yang dikonsumsi sebagai air minum dengan keluhan berupa Parkinson Like Syndrome pada masyarakat Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 1.5. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada instansi terkait mengenai jumlah proporsi masyarakat di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang mengalami keluhan berupa Parkinson Like Syndrome dan jumlah proporsi masyarakat yang memiliki potensi risiko mengalami keluhan berupa Parkinson Like Syndrome akibat mengkonsumsi air minum yang mengandung mangan. 2. Sebagai informasi awal kepada instansi terkait maupun pengambil kebijakan untuk dapat melakukan manajemen risiko terhadap masyarakat di Desa
Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang memiliki potensi risiko mengalami keluhan berupa Parkinson Like Syndrome akibat mengkonsumsi air minum yang mengandung mangan. 3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan lingkungan khususnya tentang ilmu analisis risiko dan sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya.