BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Children's Emergency Fund (WHO dan UNICEF 2004), berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat (Rahmawati & Ningsih, 2016). Angka kematian bayi

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN-N) tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. Menimbang berat badan bayi merupakan salah satu upaya yang harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

ALI SADIKIN NIM : J

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB 1 PEDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang alami artinya perubahan-perubahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gizi kurang dapat melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi yang berarti tingkat risiko kematian terhadap anak yang lahir hidup sebelum ulang tahun

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

HUBUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN ANGKA KEJADIAN BBLR DI RSUD SRAGEN TAHUN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian syarat

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya yaitu masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi. Angka kematian bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) adalah berat badan lahir rendah (BBLR) (Depkes, 2015). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi BBLR memiliki kesempatan kecil untuk bertahan hidup dan ketika bertahan mereka mudah terserang penyakit, Retardasi pertumbuhan dan perkembangan. Adapun akibat lain dari adanya BBLR adalah terjadinya immaturitas sistem neurologi dan ketidakoptimalan fungsi motorik dan autonom pada awal bulan kehidupan bayi. BBLR juga merupakan penyebab utama dari morbiditas (kesakitan) dan disabilitas (kecacatan) serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan masa depannya. Masalah jangka panjang yang dapat dialami oleh bayi yang lahir BBLR adalah gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gangguan pendengaran,

gangguan pernafasan, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit serta kenaikan frekuensi kelainan bawaan (Proverawati, 2010). Menurut WHO pada tahun 2015 di dunia terdapat kejadian BBLR adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun, 96,5% di antaranya di negara-negara berkembang. Tingkat BBLR dalam pengembangan Negara (16,5%) lebih dari dua kali lipat tingkat di kembangkan Daerah (7%). Berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah utama di negara berkembang. India adalah salah satu negara dengan tingkat tertinggi kejadian BBLR. Sekitar 27% bayi yang lahir di India adalah BBLR. Asia Selatan memiliki kejadian tertinggi, dengan 28% bayi dengan BBLR, Sedangkan Asia Timur / Pasifik memiliki tingkat terendah, yaitu 6% (WHO, 2015). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2015, prevalensi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 persen dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3 persen sampai 38 persen dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau dengan sosio-ekonomi yang rendah. Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisis lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5 persen (SDKI, 2015). Kelahiran bayi dengan BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi dengan persentase BBLR tahun 2014 sebesar 11,1 persen.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 jumlah kelahiran dengan BBLR di Sumbar sebanyak 1.376 kasus dari 58.529 kelahiran hidup (2,35%) yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu bayi dengan BBLR 1.493 kasus dari 71.095 kelahiran hidup (2,1%). Kota Padang merupakan daerah tertinggi kasus BBLR di Sumatera Barat tahun 2015 dibandingkan dengan 18 Kabupaten Kota lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang, dari tahun ketahun angka kejadian BBLR di kota Padang mengalami peningkatan. Dapat dilihat data pada tahun 2014 menunjukan presentase bayi BBLR sebanyak (1,7%), dan pada tahun 2015 terdapat kenaikan sebanyak 371 (2,2%) bayi BBLR (Dinkes Padang, 2015). Dari hasil data survay awal di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari data medical record pada pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 323 kasus BBLR dari 1.789 ibu bersalin (18%) mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebanyak 265 kasus BBLR dari 769 ibu bersalin (34.4%) dan pada tahun 2015 terjadi kenaikan lagi sebanyak 156 kasus BBLR dari 380 ibu bersalin (41%) (Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nita Merzalia pada tahun 2012 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya BBLR salah satunya adalah faktor ibu seperti, ekonomi rendah, BB kurang dan kurang gizi, ibu perokok/penggunaan obat terlarang/alkohol, ibu hamil dengan anemia berat, preeklamsi/hipertensi, usia ibu hamil yang terlalu muda ( 20 tahun) atau terlalu tua ( 35 tahun),

jarak kehamilan terlalu pendek ( 2 tahun ) dan komplikasi kehamilan ibu beresiko terhadap BBLR. Penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al (2010), menyatakan bahwa paritas, usia saat melahirkan, jarak kehamilan yang dekat, kurangnya pendapatan keluarga dan antenatal care (ANC) yang tidak adekuat sangat signifikan berhubungan dengan BBLR. Berdasarkan hasil penelitian, Pamungkas (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu, paritas dengan kelahiran anak BBLR terutama terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 tahun dan pada wanita paritas awal atau primipara. Bayi dengan berat badan lahir rendah banyak terjadi pada ibu-ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Faktor usia kehamilan juga turut mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek usia kehamilan maka semakin kurang sempurna pertumbuhan alatalat reproduksi dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rochwati (2014), ibu yang berusia <20 tahun dan >35 tahun beresiko melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 2,671 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan di usia produktif (20 35 tahun). Umur muda (<20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara mental. Umur >35 tahun secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan dan menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsi (Rahma & Armah, 2014).

Paritas 2-3 adalah paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas 4 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Ibu dengan Paritas 4 anak dapat menimbulkan resiko untuk terjadinya gangguan pertumbuhan dan janin dalam kandungan sehingga menyebabkan kelahiran dengan BBLR (Katiandagho & Kusmiyati, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Endah Puspasari Sukadi, Jon Welliam Tangka, dan Suwandi Luneto (2015), jumlah paritas ibu yang beresiko memiliki peluang 0,863 kali lipat melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan ibu yang jumlah paritasnya yang tidak beresiko (Sukardi, Tangka & Luneto, 2015). Selain itu penyakit ibu dan keteraturan ibu dalam pemeriksaan kehamilanya untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sangat penting, sehingga apabila ada tanda- tanda kelainan fisik atau psikologis dapat ditanggulangi ibu. Kunjungan ANC sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak untuk memantau bagaimana status kesehatan ibu dan anak saat kehamilan, hubungan ANC dengan berat badan lahir bayi dijabarkan oleh Fitrah Ernawati, Djoko Kartono dan Dyah Santi Puspitasari (2011) menyatakan ibu yang melakukan kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali mempunyai peluang untuk tidak melahirkan anak BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan antenatal care kurang dari 4 kali. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh S. D. Singh, S. Shrestha, S. B.Marahatta dengan judul

Incidence and risk factors of low birth weight babies born in Dhulikhel Hospital mengatakan bahwa ANC dengan BBLR memiliki hubungan yang signifikan (S. D. Singh, S. Shrestha, 2014). Studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 5 Maret 2017 di RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada tahun 2016 terdapat 101 bayi dengan berat badan lahir rendah dari 291 ibu yang melahirkan. Hasil Observasi dari 10 data rekam medik ibu yang melahirkan bayi BBLR memiliki faktor-faktor diantaranya, 4 ibu hamil memiliki usia beresiko (diatas 35 tahun), 3 diantaranya memiliki paritas yang beresiko (lebih dari 4 anak), 3 diantaranya ibu yang memiliki penyakit (anemia, hipertensi, asma). Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dilihat bahwa prevalensi kejadian BBLR di dunia, Asia Tenggara, Indonesia, Sumatera Barat dan Kota Padang masih tinggi dan masih menjadi penyumbang terbanyak kematian neonatus, sehingga perlu diberikan perhatian khusus supaya dampak yang ditimbulkan dapat ditangggulangi, untuk itu peneliti melakukan penelitian mengenai Gambaran Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016.

A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) Di RSUP Dr.M. Djamil Padang Tahun 2016? B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Diketahui Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) 2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi Kejadian BBLR di RSUP Dr. M. b. Diketahui distribusi frekuensi umur ibu bersalin di RSUP Dr. M. c. Diketahui distribusi frekuensi paritas ibu bersalin di RSUP Dr. M. d. Diketahui distribusi masa gestasi selama kehamilan di RSUP Dr. M. e. Diketahui distribusi penyakit ibu selama kehamilan di RSUP Dr. M. f. Diketahui distribusi frekuensi pengawasan Antenatal Care ibu bersalin di RSUP Dr. M.

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk bahan bacaan dan menambah referensi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR pada bayi baru lahir. 2. Bagi Peneliti Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari bangku perkuliahan serta menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendah, serta menambah wawasan pemahaman peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data. 3. Bagi Instansi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang terkait khususnya perawat yang bertugas di RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk lebih memperhatikan adanya faktor-faktor penyebab terjadinya BBLR pada bayi baru lahir dan memberikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menambah informasi, bahan rujukan atau perbandingan, dalam mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR pada bayi baru lahir.