BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak lain sebagai alat menanamkan nilai-nilai atau moral dan budi pekerti, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pengertian yang diutarakan oleh Chaer (2008:32), bahwasanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Pembelajaran dan pendidikan merupakan sarana yang penting untuk

Rizmada Azzahra 1) 1) Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara, Indonesia. 1) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. hasil berpikir yang paling penting dan mendukung masa adalah bahasa. Dengan. kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Devi Lamria Hasibuan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bermanfaat untuk mencapai keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu, suatu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bahasa dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai alat komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan manusia secara sadar menuju kedewasaan, baik mental, emosional maupun intelektual. Dengan kedewasaannya siswa diharapkan bertanggung jawab atas dirinya, ataupun mampu berperan aktif di dalam kehidupan masyarakat. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan khususnya Bahasa Indonesia merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa melalui suatu hubungan urutan yang teratur erat pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa menurut Tarigan (2008:1) berpendapat, bahwa bahasa seseorang mencerminkan pemikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan bahasa berarti melatih kemampuan berpikir. Oleh sebab itu, keterampilan serta pembelajaran dalam berbahasa harus ditingkatkan dengan cara berlatih dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan 1

2 pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Aunurrahman (2011: 7) berpendapat bahwa: dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangkan di dalam setiap event pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia mendengar dan menghargai pendapat rekan-rekan sesama siswa seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai hal rutin yang berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja, akan tetapi membutuhkan latihanlatihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling menghargai yang di praktikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara terus menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangkan secara nyata dalam kehidupan masyarakat. Pembelajaran yang berkualitas sangat bergantung dari motivasi peserta didik dan kreatifitas pendidik. Peserta didik yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pendidik yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan peserta didik melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas pendidik akan membuat peserta didik lebih mudah mencapat target belajar. Hamzah & Kuadrat (2009:2) berpendapat,bahwa: strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat, dan kreatifititas. Strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang tepat dalam konteks pemerataan kesempatan, tetapi kurang menunjang usaha dalam mengoptimalisasikan pengembangan potensi peserta didik secara tepat.

3 Tarigan (2008: 7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Kelompok kata-kata harus mempunyai makna, kalau tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca tidak dapat terlaksana dengan baik. Keterampilan membaca bertujuan untuk memahami makna atau pesan yang disampaikan penulis. Seorang pembaca yang baik akan mampu memahami makna suatu teks. Seorang pembaca yang baik mengetahui apa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan membaca. Jakobson (dalam Hidayati 2009: 12) mengatakan fungsi puitik bahasa ialah pemusatan perhatian pada pesan demi pesan itu sendiri, atau keterarahan ke pesan itu sendiri. Seorang pembaca harus memusatkan perhatiannya pada pesan/makna yang disampaikan suatu teks. Cerita pendek merupakan karya sastra berupa prosa fiksi yang memiliki sifat teks naratif. Cerpen memiliki dua fungsi, yaitu menghibur dan memberikan pelajaran kehidupan. Seorang pembaca cerpen seharusnya mampu menangkap dan memahami pelajaran kehidupan yang ada di dalam teks cerpen. Maka dari itu, pembelajaran sastra khususnya cerpen seharusnya lebih menekankan pada keberhasilan dalam pendalaman dan penghayatan karya sastra atau cerpen yang dibaca. Mempelajari teks cerpen merupakan pembelajaran yang sangat penting. Pembelajaran tentang teks cerpen dapat berjalan baik jika pembelajaran dipusatkan pada pemahaman siswa akan makna dalam teks cerpen. Yus Rusyana

4 (dalam Hidayati 2009: 79) menyatakan pengajaran sastra hanya dapat berlangsung dengan baik apabila berlandaskan hasil sastra untuk dihayati. Penghayatan itu semakin mendalam apabila disertai dengan pemahaman terhadapnya. Pembelajaran sastra memiliki tujuan untuk menghayati dan mendalami makna yang disampaikan dalam karya sastra. Cerpen merupakan karya sastra yang memiliki fungsi menghibur dan jika dikaji secara mendalam dapat memberikan pelajaran kehidupan. Cerpen memiliki pesan/makna yang dapat didalami dengan cara mengidentifikasi. Hidayati (2009: 79) menyatakan bahwa pengajaran sastra menunjuk pada telaah suatu karya sebagai fakta pengetahuan, kemudian membongkarnya dengan jalan menganalisis guna lebih memaknai penghayatan seseorang dalam mengapresiasi dan mempelajari sastra. Unsur intrinsik merupakan unsur yang berada langsung dalam teks itu sendiri. Hal-hal yang terkait dalam unsur intrinsik berguna untuk membangun sebuah teks, menjadikan teks menjadi suatu padanan cerita. Cerpen di bentuk oleh dua unsur utama yaitu unur intrinsik dan ektrinsik. Hidayati (2009:67) mengemukakan, bahwa unsur intrinsik pembentuk prosa fiksi (dalam hal ini cerpen) adalah cerita, plot, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, nada cerita, serta tema. Hidayati (2009:96) berpendapat, bahwa plot adalah suatu rangkaiyan pristiwa yang di atur secara tersusun dan sistematis dalam suatu hubungan temporal maupun sebab akibat, sehingga antara unsur-unsur narasinya memiliki saling hubungan anatara bagian-bagianya dan dengan keseluruhanya. Dapat disimpulkan bahwa plot merupakan bagian dari jalan cerita yang berpungsi memperjelas suatu

5 masalah atau urutan kejadian dan diatur secara tersusun dan sistematis, serta mengandung hubungan sebab akibat. Pada saat ini, hampir setiap media massa yang terbit di Indonesia menyajikan cerpen setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat satu atau dua cerpen. Seolah-olah cerpen telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bukan tidak mungkin ada juga yang menjadi penggemar berat cerpen. Terbukti dengan adanya penerbit yang sengaja menerbitkan kumpulan cerpen berbentuk majalah secara berkala dan mampu terbit terus-menerus. Jadi, cerpen memang tidak jauh-jauh dari lingkungan kita. Begitu pula dalam dunia pendidikan. Membelajarkan siswa untuk mengidentifikasi cerpen merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan guru bahasa Indonesia. Pada kenyataannya, apabila guru menyuruh siswa mengidentifikasi cerpen, mereka mengalami kesulitan untuk melakukannya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan agar kegiatan mengidentifikasi menjadi kegiatan yang tidak membebani bahkan menyenangkan adalah dengan cara mempraktikan pembelajaran mengidentifikasi dengan baik dan kreatif. Perlu disadari bahwa proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan sebuah pembelajaran. Pengajar harus lebih kreatif untuk terus mencari teknik dan media pembelajaran menarik agar dapat menghadirkan suasana pembelajaran yang diharapkan siswa maupun pengajar itu sendiri. Pada dasarnya, kemampuan membaca, berpikir, mengidentifikasi hingga menulis harus dimiliki siswa untuk mempersiapkan diri agar mampu menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang

6 serta kompetitif. Dengan didukung kemajuan ilmu pengetahuan saat ini, di perlukan adanya pembaharuan-pembaharuan di lingkungan pendidikan yang mengarahkan pembelajaran ke dalam situasi yang lebih baik. Konfusius (dalam Silberman 2009: 23) menyatakan, When I hear I forget (apa yang saya dengar saya lupa), what I see I remember (apa yang saya lihat saya ingat), what I do I understand (apa yang saya lakukan saya paham). Pernyataan sederhana ini menunjukkan betapa pentingnya siswa untuk belajar aktif. Belajar merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik. Keterlibatan siswa turut aktif dalam belajar akan membuat ilmu yang mereka peroleh dapat diingat lebih lama karena mereka terlibat secara langsung. Saat ini banyak sekali metode, teknik dan media yang dapat menambah kemudahan dalam belajar, salah satunya adalah metode inkuiri. Metode pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertayangkan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Wina Sanjaya (dalam Suyadi 2013, hal 115). Berdasarkan fenomena dan kenyataan seperti disebutkan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk memilih judul penelitian tentang Pembelajaran Mengidentifikasi Keterkaitan Hubungan Plot dengan Tema Cerpen melalui Analisis Wacana Kritis dengan Menggunakan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ciparay Tahun Ajaran 2015/2016.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut. 1) Seorang pembaca harus memusatkan perhatiannya pada pesan/makna yang disampaikan suatu teks. 2) Pengajaran sastra hanya dapat berlangsung dengan baik apabila berlandaskan hasil sastra untuk dihayati. Penghayatan itu semakin mendalam apabila disertai pemahaman terhadapnya. 3) Pengajaran sastra menunjuk pada telaah suatu karya sebagai fakta pengetahuan, kemudian membongkarnya dengan jalan mengidentifikasi guna lebih memaknai penghayatan seseorang dalam mengapresiasi dan mempelajari sastra. 1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah 1.3.1 Perumusan Masalah Dalam suatu penelitian, rumusan masalah merupakan penuntun bagi langkahlangkah yang akan dilakukan peneliti dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang perlu dirumuskan untuk memperjelas arah penelitian, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut. 1) Mampukah penulis merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK) dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ciparay?

8 2) Mampukah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ciparay mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK) dengan menggunakan metode inkuiri? 3) Efektifkah metode inkuiri digunakan untuk pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian AWK? 1.3.2 Pembatasan Masalah Pembatasan menjadikan ruang lingkup pembahasan yang berfungsi sebagai pedoman yang mengarahkan masalah, sehingga penelitian yang hendak dilakukan tidak menyimpang dari tujuan. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut. 1) Kemampuan penulis dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK) dengan menggunakan metode inkuiri. 2) Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK) dengan menggunakan metode inkuiri. 3) Keefektifan penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK).

9 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang jelas memberikan landasan untuk merancang penelitian. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) untuk mengetahui keberhasilan penulis dalam melaksanakan pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK); 2) untuk mengetahui kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ciparay dalam mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK) dengan menggunakan metode inkuiri; 3) untuk mengetahui keefektifan metode inkuiri dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis (AWK) pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ciparay. 1.4.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara praktis. Manfaat penelitian secara praktis yang diharapkan adalah sebagai berikut. 1) Bagi Penulis Manfaat untuk penulis setelah dilakukan penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman, serta keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran cerpen sebagai calon guru yang mengajarkan Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur

10 keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian AWK dengan menggunakan metode inkuiri. 2) Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat membiasakan siswa untuk mampu mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen yang baik melalui kajian AWK sehingga siswa terampil, aktif, dan mudah dalam mengikuti pembelajaran hingga tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. 3) Bagi Dunia Pendidikan Hasil penelitian ini pun dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam meningkatkan kemampuan membaca khususnya dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian AWK. 1.5 Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang penulis gunakan dalam judul penelitian, secara operasional istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut. 1) Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

11 2) Mengidentifikasi cerita pendek adalah proses penelaahan dalam kegiatan membaca dengan menyelidiki hal-hal tertentu yang ada di dalam sebuah karya prosa fiksi yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan dan bisa dibaca dalam sekali duduk. 3) Cerpen adalah salah satu prosa fiksi yang pendek, maksudnya yang terdiri dari 500 sampai 5000 kata, dan habis dibaca sekali duduk. Maksudnya dibaca sekali duduk, adalah pembaca tidak perlu berpindah tempat untuk membaca teks cerpen tersebut 4) Alur/plot adalah Rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam membangun cerita,biasanya sering disebut juga jalan cerita. Munculnya sebuah peristiwa dalam sebuah cerita harus mempunyai hubungan dengan peristiwa lainnya, artinya terjadinya suatu peristiwa alasan mengapa pelaku itu melakukan suatu perbuatan. 5) Tema adalah gagasan utama yang menjadi pokok permasalahan dalam sebuah cerita. Tema dalam suatu karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya 6) Analisis wacana kritis adalah alat untuk membantu pembaca memahami pesan/maksud kata yang tertulis dengan melalui proses penguraian untuk menghasilkan penjelasan dari sebuah teks yang dikaji. 7) Metode inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat

12 menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan. Dari definisi-definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran mengidentifikasi unsur keterkaitan hubungan plot dengan tema cerpen melalui kajian analisis wacana kritis dengan menggunakan metode inkuiri adalah suatu proses dan cara untuk meningkatkan keterampilan mengidentifikasi teks dengan menelaah dan menghayati secara mendalam dan berusaha mengarahkan siswa untuk mampu aktif dan kreatif dalam mengidentifikasi karya prosa fiksi yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan dan bisa dibaca dalam sekali duduk. Kegiatan ini perlu diarahkan sehingga metode inkuri yang digunakan dapat membantu proses belajar mengajar berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.