OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

1 UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tugas Pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENCATATANNYA PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA JAMBI DI LIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

Isfatul Fauziah Achmad Husaini M. Shobaruddin

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

Transkripsi:

73 OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET Eko Syafputro dan Mariaty Ibrahim FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Optimizing the Performance Budget Budget in Perspective. This study aimed to knowing the efficiency of performance budget on APBD Rokan Hulu calculations period 2006-2010. Third Knowing performance rationality budget on APBD Rokan Hulu calculations period 2006-2010. This research is descriptive quantitative and qualitative or conclusive, quantitative data obtained through analysis of the theory of rationality associated with performance budgeting APBD Rokan Hulu. The research proves that analysis of qualitative effectiveness of performance budgeting APBD Rokan Hulu calculations period 2006-2010 are in the good category. Abstrak: Optimalisasi APBD dalam Perspektif Performance Budget. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas performance budget pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif atau konklusif, data kuantitatif diperoleh melalui analisis teori yang berhubungan dengan rasionalitas performa budgeting APBD Kabupaten Rokan Hulu. Hasil penelitian membuktikan bahwa analisis kualitatif efektivitas pelaksanaan performance budgeting perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010 berada pada kategori baik. Pada perhitungan skala Likert diketahui jumlah total tanggapan responden terhadap indikator efektivitas adalah 332 dengan persentase 66.4 %. Efisiensi pelaksanaan performance budgeting perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu berada pada kategori cukup baik. Kata Kunci: Efektivitas, efisiensi, rasionalitas, dan performance budget.. PENDAHULUAN Realisasi penerimaan PAD Kabupaten Rokan Hulu bersifat fluktuatif. Secara keseluruhan ratarata realisasi penerimaan PAD adalah Rp. 25,250,675,352.67, dengan rata-rata selisih pertahun adalah Rp. 1,279,655,773.11 atau 6,26 %. Tahun 2007 terjadi penurunan realisasi PAD sebesar -0,49 % dibandingkan realisasi PAD tahun 2006. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar 1,07 %, sedangkan tahun 2009 merupakan peningkatan realisasi PAD dengan tingkat persentase paling tinggi, sebesar 32.54 %. Kondisi yang berlawanan terjadi tahun 2010, dimana terjadi penurunan realisasi PAD sebesar -8,08 %. Kondisi ini mengindikasikan bahwa masih banyak sumber-sumber PAD yang belum tergali dan dimaksimalkan oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, sebagaimana dijelaskan dalam UU, penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan kepada daerah yang mengacu pada, dimana besarnya disesuaikan dan 73 diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah. Namun belum terkelolanya sumber-sumber PAD adalah bukti kuat rendahnya kualitas pelayanan publik. Pendapatan daerah tidak hanya bersumber dari PAD saja, salah satu sumber keuangan daerah lainnya adalah adanya transfer pemerintah pusat, transfer pemerintah provinsi (dana perimbangan) dan dana lain-lain pendapatan yang sah. Total dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Rokan Hulu selalu mengalami fluktuasi. Rata-rata dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah mencapai Rp. 766,135,139,343.51 dengan selisih pertahun adalah Rp. 38,498,446,594.75 (6,18 %). Dana perimbangan yang diterima Kabupaten Rokan Hulu bersifa fluktuatif sedangkan pendapatan lain-lain yang sah cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 dijelaskan bahwa semua-sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan. Daerah diberikan hak untuk men-

74 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 4, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 1-118 dapatkan sumber keuangan antara lain berupa: a. Kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan, b. Kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak bagi mendapatkan bagi hasil dari sumber daya nasional yang berada didaerah dan dana perimabangan lainnya, c. Hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumbersumber pendapatan lain yang sah serta sumbersumber pembiayaan. Sementara besarnya dana perimbangan (fluktuatif) yang disebabkan besar kecilnya jumlah dana yang diberikan ditentukan oleh pemerintah di dasarkan pada persentase yang telah ditetapkan kepada kabupaten dan kota bertujuan mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Tingginya ketimpangan fiskal tersebut dapat dilihat dari rata-rata total dana perimbangan tahun 2006 sampai 2010, sebesar Rp. 158, 607,860,349.20. sementara rata-rata PAD pada kurun waktu yang sama hanya Rp. 25,250, 675,352.67. Kondisi ini membuktikan bahwa PAD berbanding terbalik dengan total dana perimbangan yang diterima (PAD hanya menyumbang 15.92 % dari rata-rata total dana perimbangan terhadap APBD). Pada sisi biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu dalam rangka pemungutan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan biaya yang terdiri dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumbersumber pendapatan daerah. Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD dari tahun 2006-2010 mengalami fluktuasi. Biaya paling besar yang dikeluarkan adalah tahun 2009, sedangkan biaya paling rendah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu adalah pada tahun 2008. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu telah mengupayakan seminimal mungkin biaya untuk memperoleh pendapatan dari PAD. Keterbatasan sumber-sumber PAD berakibat belum meningkatnya realisasi PAD. Alasan yang sama juga membuktikan bahwa rendahnya kualitas pelaksanaan kegiatan pemerintahan (pelayanan publik) memberi celah tidak terkelolanya sumbersumber PAD dengan baik dan optimal. Pada sisi pengeluaran realisasi pengeluaran yang dilaksanakan melalui belanja operasional, belanja modal dan belanja tidak terduga, menunjukkan terjadinya realisasi pengeluaran yang lebih kecil dari anggaran yang telah ditetapkan, sehingga selalu terjadi sisa lebih perhitungan anggaran selama periode pengamatan. Rata-rata APBD Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah Rp. 796,127,164,216.18, dengan ratarata selisih perkembangan APBD setiap tahun adalah Rp. 45,704,789,267.86 atau 5.09 %. Peningkatan realisasi APBD paling besar terjadi pada tahun 2008, yaitu Rp. 883,925,278, 741.85 dengan selisih Rp. 169,729,471,443.05 atau 23.77 % dibandingkan tahun 2007. Penurunan realisasi APBD paling rendah terjadi pada tahun 2009, yaitu Rp. 769,748,633, 790.94, dengan selisih penurunan mencapai Rp. -114,176,644,950.91 atau -12.92 %. Salah satu alat ukur kinerja adalah analisis rasio keuangan daerah yang merupakan inti pengukuruan kinerja sekaligus konsep pengelolaan organisasi pemerintah untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-lembaga pemerintah kepada masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas performance budget pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010 HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Pelaksanaan Performance Budget Efektivitas pelaksanaan performance budget pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010 secara kualitatif dilihat berdasarkan beberapa aspek sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Berdasarkan analisa skala Likert, sebagaimana formula efektivitas anggaran pada Bab III, halaman 72, diperoleh nilai tertinggi /maksimal total tanggapan responden diperoleh interval efektivitas pelaksanaan APBD Kabupaten Rokan Hulu 2006-

Optimalisasi APBD dalam Perspektif Performance Budget (Eko Syafputro dan Mariaty Ibrahim) 75 2010 diketahui jumlah total tanggapan responden terhadap indikator efektivitas adalah 332. Dengan membandingkan antara nila total tanggapan responden dengan nilai tertinggi, maka diperoleh persentase tanggapan responden sebagaimana formula berikut ini: Apabila nilai tanggapan responden adalah 332 dengan persentase 66.4 %, maka kategori pelaksanaan performance budgeting dari sisi efektivitas termasuk pada kategori baik. Berdasarkan penjabaran mengenai efektivitas pelaksanaan performance budget pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010, kinerja manajemen pemerintah daerah telah menunjukkan keberhasilan yang baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meskipun pada dasarnya tidak setiap periode pada tahun-tahun tersebut kinerja pemerintah dapat dikatakan efektif. Efisiensi Pelaksanaan Performance Budget Secara keseluruhan efisiensi pelaksanaan APBD Rokan Hulu periode 2006-2010 berjalan tidak baik. Berdasarkan analisa skala Likert, formula efisiensi pelaksanaan anggaran pada Bab III, apabila nilai tanggapan responden adalah 683 dengan persentase 68.3 %, maka kategori pelaksanaan performance budgeting dari sisi efisiensi termasuk pada kategori cukup baik. Sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006, efisiensi adalah hubungan antara masukan dan keluaran, efisiensi merupakan ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli dan digunakan oleh organisasi perangkat pemerintahan untuk mencapai tujuan organisasi perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat tertentu. Berdasarkan penjabaran mengenai efisiensi pelaksanaan performance budget pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010, kinerja pemerintah daerah mampu menggunakan semua sumber daya dan kemampuan dengan cukup baik untuk mencapai tujuan pemerintahan. Salah satunya dibuktikan dengan kemampuan menekan biaya pemungutan PAD seminimal mungkin dan menghasilkan PAD yang lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Rasionalitas Pelaksanaan Performance Budget 1. Rasio Kemandirian Rasio kemandirian merupakan perbandingan antara PAD dengan bantuan pemerintah pusat/provinsi dan pinjaman. Menggunakan formula di atas, dapat diperoleh dan diketahui rasio kemandirian sebagai salah satu bentuk pelaksanaan performance budgeting pada perhitungan APBD Rokan Hulu tahun 2006 sampai dengan 2010 serta masing-masing tahun anggaran, sebagaimana rincian dibawah ini: a) Rasio Kemandirian Anggaran Tahun 2006 adalah 0,0328 atau 3,28 % b) Rasio Kemandirian Anggaran Tahun 2007 adalah 0,0327 atau 3,27 % c) Rasio Kemandirian Anggaran Tahun 2008 adalah 0,0265 atau 2,65 % d) Rasio Kemandirian Anggaran Tahun 2009 adalah 0,0409 atau 4,09 % e) Rasio Kemandirian Anggaran Tahun 2010 adalah 0,0329 atau 3,29 % Dengan demikian diperoleh rata-rata rasio kemandirian anggaran Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah 0,0332 atau 3.32 % per tahun. Pada tahun 2009 merupakan tingkat kemandirian anggaran yang jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun lainnya, kemandirian anggaran adalah 4.09 %, sedangkan kemandirian anggaran yang paling rendah adalah pada tahun 2008, yaitu 2.65 %. Angka ini membuktikan masih tingginya ketergantungan Kabupaten Rokan Hulu terhadap pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, melalui bantuan pemerintah dan dana pinjamanan lainnya. 2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi a) Rasio Efektivitas Rasio efektivitas merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan PAD dengan target

76 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 4, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 1-118 PAD. Diketahui rasio efektivitas anggaran sebagai salah satu bentuk pelaksanaan performance budgeting Kabupaten Rokan Hulu per periode anggaran dan periode 2006-2010, sebagai berikut: 1) Rasio Efektivitas Anggaran Tahun 2006 adalah 1,2926 atau 129,26% 2) Rasio Efektivitas Anggaran Tahun 2007 adalah 0,4295 atau 42,95 % 3) Rasio Efektivitas Anggaran Tahun 2008 adalah 0,8217 atau 82,17 % 4) Rasio Efektivitas Anggaran Tahun 2009 adalah 1,2807 atau 128,07 % 5) Rasio Efektivitas Anggaran Tahun 2010 adalah 1,0380 atau 103,80 % Berdasarkan penjelasan dari formula rasio efektivitas anggaran Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006 sampai dengan 2010, diperoleh ratarata rasio efektivitas anggaran adalah 0,9725 atau 97,25 % per tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan pelaksanaan performance budgeting yang dilihat dari aspek efektivitas anggaran sudah berjalan dengan baik dan efektif. Rasio efektivitas anggaran pada tahun 2006 merupakan rasio paling tinggi dibandingkan tahun-tahun lainnya, yaitu 1,2926 atau 129,26 %, sedangkan rasio paling rendah adalah pada tahun 2007, yaitu 0,4295 atau 42,95 %. Efektivitas anggaran berjalan dengan baik disebabkan oleh banyaknya kegiatan pembangunan yang dilakukan Kabupaten Rokan Hulu pada periode 2006 sampai dengan 2010. Dalam artian yang lebih sederhana sumber daya dana atau keuangan dapat dimaksimalkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Sejalan dengan pernyataan responden penelitian pada analisis kualitatif penelitian yang membuktikan bahwa efektivitas pelaksanaan APBD Kabupaten Rokan Hulu sudah berjalan baik. Secara kuantitatif juga dapat dibuktikan melalui rasioalitas efektivitas anggaran bahwa pengelolaan sudah berjalan dengan baik, hanya saja perlu penggalian potensi sumber-sumber PAD sehingga realisasi PAD lebih meningkat dan percepatan pembangunan daerah dapat dilaksanakan. b) Rasio Efisiensi Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio ini dibandingkan dengan rasio efisiensi. Rasio efisiensi merupakan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD dengan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah. Semakin kecil rasio efisiensi, maka akan semakin baik kinerja pemerintah daerah. 1) Rasio Efisiensi Anggaran Tahun 2006 adalah 0,0061 atau 0,61 % 2) Rasio Efisiensi Anggaran Tahun 2007 adalah 0,0082 atau 0,82 % 3) Rasio Efisiensi Anggaran Tahun 2008 adalah 0,0060 atau 0,60 % 4) Rasio Efisiensi Anggaran Tahun 2009 adalah 0,0102 atau 1,02 % 5) Rasio Efisiensi Anggaran Tahun 2010 adalah 0,0084 atau 0,84 % Berdasarkan rincian rasio efisiensi anggaran di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio efisiensi anggaran Kabupaten Rokan Hulu sebagai bentuk pelaksanaan performance budgeting pada tahun 2006 sampai 2010 adalah 0,0016 atau 0,16 % per tahun. Efisiensi anggaran yang digunakan untuk memungut PAD pada tahun 2008 merupakan paling rendah dibandingkan tahun-tahun lainnya, yaitu 0,0060 atau 0,60 %. Sedangkan rasio efisiensi anggaran pada tahun 2009 merupakan yang paling tinggi diantara tahun 2006-2010, yaitu 0,0102 atau 1,02 %. Rincian efisiensi ini mengisyaratkan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Rokan Hulu berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan kemampuan Pemerintah Kabupaten menekan biaya pemungutan PAD seminimal mungkin dan menghasilkan PAD yang lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Sejalan dengan pernyataan responden penelitian pada analisis kualitatif penelitian yang membuktikan bahwa efisiensi pelaksanaan APBD Kabupaten Rokan Hulu sudah berjalan cukup baik. Analisis kuantitatif membuktikan bahwa rasioalitas efektivitas anggaran sudah berjalan dengan baik.

Optimalisasi APBD dalam Perspektif Performance Budget (Eko Syafputro dan Mariaty Ibrahim) 77 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan perbandingan antara total belanja pembangunan yang bersumber dari APBD dengan total realisasi APBD pada periode anggaran. Berdasarkan formula tersebut, dapat diperoleh rasio aktivitas / belanja Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, sebagaimana rincian di bawah ini. a) Rasio Aktivitas Penggunaan Anggaran Tahun 2006 adalah 0,9322 atau 93,22 % b) Rasio Aktivitas Penggunaan Anggaran Tahun 2007 adalah 1,2039 atau 120,39 % c) Rasio Aktivitas Penggunaan Anggaran Tahun 2008 adalah 0,9362 atau 93,62 % d) Rasio Aktivitas Penggunaan Anggaran Tahun 2009 adalah 1,0406 atau 104,06 % e) Rasio Aktivitas Penggunaan Anggaran Tahun 2010 adalah 1,0755 atau 107,55 % Berdasarkan rincian rasio aktivitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio aktivitas penggunaan anggaran Kabupaten Rokan Hulu sebagai bentuk pelaksanaan performance budgeting pada tahun 2006 sampai 2010 adalah 1,0377 atau 103,77 % per tahun. Angka tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan anggaran berbasis kinerja yang dilihat dari aspek rasio aktivitas penggunaan anggaran pada Kabupaten Rokan Hulu sudah berjalan dengan baik. Rasio aktivitas anggaran paling tinggi adalah pada tahun 2007, yaitu 1,2039 atau 120,39 %, sedangkan rasio paling rendah adalah pada tahun 2006, yaitu 0,9322 atau 93,22 %. 4. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan terdiri dari 3 (tiga) rasio, diantaranya rasio pertumbuhan PAD, rasio pertumbuhan pendapatan dan rasio pertumbuhan belanja pembangunan. a) Rasio Pertumbuhan PAD Rasio pertumbuhan pendapatan merupakan perbandingan antara hasil pengurangan realisasi PAD pada periode tertentu dengan realisasi PAD tahun sebelumnya terhadap realisasi PAD tahun sebelumnya. Lebih jelas dapat dilihat sebagaimana rincian berikut ini. 1) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2006 dengan realisasi PAD tahun 2005 sebesar 44.443.631.327, adalah 0,4890 atau 48,90 % 2) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2007 adalah 0,0049 atau 0,49 % 3) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2008 adalah 0,00107 atau 1,07 % 4) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2009 adalah 0,3254 atau 35,54 % 5) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2010 adalah - 0,0808 atau 8,08 % Berdasarkan penjabaran mengenai rasio pertumbuhan PAD tersebut, diketahui rata-rata rasio pertumbuhan PAD Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006 sampai dengan 2010 adalah - 0,0477 atau - 4,77 % per tahun. Ini membuktikan bahwa rasio pertumbuhan PAD berfluktuasi dan cenderung menurun. Rasio pertumbuhan PAD paling besar terjadi pada tahun 2009, yang mencapai peningkatan sebesar 32,54 % atau sebesar Rp. 7.431. 834.479,74 dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan paling kecil terjadi pada tahun 2006, dimana realisasi PAD tahun sebelumnya (2005) adalah Rp. 44.443.631.327 menurun menjadi Rp. 22.710.161.208,93 pada tahun 2006 atau - 48,90 %. Ini membuktikan bahwa sumbersumber PAD tidak dikelola dengan baik serta berkurangnya sumber-sumber pendapatan seperti pajak hotel dan restoran, pajak galian C, pajak rumah makan dan restauran. Berkurangnya sumber pajak daerah sebagai sumber PAD pada Kabupaten Rokan Hulu disebabkan perkembangan daerah lebih cenderung pada sektor perkebunan. Sementara kondisi geografis yang berdekatan dengan ibukota provinsi (Pekanbaru) menyebabkan rendahnya mobilisasi penduduk dan pemilik perkebunan. Akibatnya sektorsektor usaha seperti rumah makan, restoran, dan hotel menjadi berkurang. b) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Merupakan akumulasi pengurangan dari realisasi penerimaan dan pendapatan pada periode tertentu dengan realisasi penerimaan dan

78 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 4, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 1-118 pendapatan periode sebelumnya terhadap realisasi penerimaan dan pendapatan periode sebelumnya. Berdasarkan formula dapat dirincikan rasio pertumbuhan pendapatan Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006 sampai dengan 2010 sebagai salah satu bentuk pelaksanaan performance budgeting, diantaranya: 1) Rasio Pertumbuhan Penerimaan Pendapatan Tahun 2006 dengan realisasi penerimaan 2006 sebesar Rp. 44.443.631.327 dan pendapatan periode yang sama adalah 490.023.035.299. adalah 0,3377 atau 33,77 % 2) Rasio Pertumbuhan Penerimaan Pendapatan Tahun 2007 adalah 0,0011 atau 0,11 % 3) Rasio Pertumbuhan Penerimaan Pendapatan Tahun 2008 adalah 0,2377 atau 23,77 % 4) Rasio Pertumbuhan Penerimaan Pendapatan Tahun 2009 adalah 0,1292 atau 12,92 % 5) Rasio Pertumbuhan Penerimaan Pendapatan Tahun 2010 adalah 0,1355 atau 13,55 % Berdasarkan penjelasan rumus rasio pertumbuhan penerimaan pendapatan Kabupaten Rokan Hulu tahun 2006-2010, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pertumbuhan penerimaan pendapatan adalah 0,1161 atau 11.61 % per tahun. Rasio paling tinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu 0,3377 atau 33.77 %, sedangkan rasio paling rendah adalah pada tahun 2009, yaitu 12,92 atau 12,92 % (terjadi penurunan pertumbuhan penerimaan pendapatan). Sekali lagi, kondisi ini membuktikan bahwa besar kecilnya jumlah dana yang diberikan sebagai bentuk penerimaan dan pendapatan daerah ditentukan oleh pemerintah di dasarkan pada persentase yang telah ditetapkan kepada kabupaten dan kota. Hal ini juga membuktikan belum terkelolanya sumber-sumber pendapatan daerah dengan baik serta adanya ketergantungan Pemerintah Daerah yang tinggi terhadap dana bantuan baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. c) Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan Rasio pertumbuhan belanja pembangunan merupakan akumulasi pengurangan realisasi belanja satu periode dikurangi dengan periode sebelumnya terhadap realisasi belanja tahun sebelumnya periode tersebut. Berdasarkan formula dapat diketahui rasio pertumbuhan belanja pembangunan Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, sebagaimana rincian berikut ini. 1) Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan Tahun 2006, dengan realisasi belanja pembangunan tahun 2005 adalah Rp. 417.704.741.143. Maka pertumbuhan belanja tahun 2006 adalah 0,5956 atau 59,56 % 2) Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan Tahun 2007 adalah 0,2900 atau 29,00 % 3) Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan Tahun 2008 adalah 0,0375 atau 3,75 % 4) Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan Tahun 2009 adalah 0,0321 atau 3,21 % 5) Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan Tahun 2010 adalah 0,2054 atau 20,54 % Berdasarkan rincian mengenai rasio pertumbuhan belanja pembangunan Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2006-2010, diperoleh rata-rata rasio pertumbuhan belanja pembangunan adalah 0,2043 atau 20,43 % per tahun. Rasio paling tinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu 0,5956 atau 59.56 %, sedangkan rasio paling rendah terjadi pada tahun 2008, yaitu 0,0375 atau 3,75 %. Kondisi ini membuktikan bahwa banyaknya pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu mengakibatkan tingginya angka pertumbuhan belanja untuk pembangunan dari tahun ke tahun. Dengan demikian, diketahui optimalisasi rasionalitas pelaksanaan performance budgeting pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010 sebagaimana perhitungan masing-masing rasionalisasi anggaran (kemandirian, efektivitas dan efisiensi, aktivitas dan pertumbuhan), diantaranya: 1. Rasio Kemandirian adalah 3.32 % 2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi masing-masing 97.25 % dan 0.16 %. Dari keduanya diperoleh rasio efektivitas dan efisiensi, sebagaimana formula berikut ini: 3. Rasio Aktivitas adalah 103.77 % 4. Rasio Pertumbuhan, masing-masing: Rasio Pertumbuhan PAD adalah -4.77 %, Rasio Pertumbuhan Pendapatan adalah 11.61 %

Optimalisasi APBD dalam Perspektif Performance Budget (Eko Syafputro dan Mariaty Ibrahim) 79 dan Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan adalah 20.43 %. Dengan diperoleh rasio pertumbuhan, maka diperoleh nilai rasionalitas tertinggi adalah 103.77 %, sedangkan rasionalitas terendah adalah 3.32 %. Dalam rangka memberikan penilaian terhadap tingkat optimalisasi pelaksanaan performance budgeting pada perhitungaan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010, penelitian ini menggunakan pendekatan interval dan pengkategorisasian yang dikemukan oleh Hadi (1979) dalam Arikunto (2006), sebagai berikut: Interval Optimalisasi Rasionalitas Pelaksanaan Performance Budgeting pada Perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu Periode 2006-2010 Interval Kriteria 3.32 24.32 Sangat Tidak Optimal 24.33 46.32 Kurang Optimal 46.33 68.32 Cukup Optimal 68.33 90.32 Optimal 90.33 103.77 Sangat Optimal Berdasarkan penjelasan mengenai rasionalitas pelaksanaan performance budgeting pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu Periode 2006-2010, diperoleh rata-rata rasionalitas anggaran sebesar 57.94 %. Berdasarkan tabel interval oprimalisasi Rasionalitas pelaksanaan Performance Budgeting pada perhitungaan APBD Kabupaten Rokan Hulu, rasionalitas anggaran termasuk dalam kategori cukup optimal. Cukup optimalnya rasionalisasi anggaran dapat dilihat dari kinerja anggaran, dimana: sudah efektifnya pelaksanaan perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu, tingkat efisiensi anggaran sudah dapat ditekan seminimal mungkin dalam rangka memaksimalkan PAD. Aktivitas daerah yang tinggi dalam pembangunan mengindikasikan penggunaan anggaran sudah berjalan dengan sangat baik. Selain itu rasio pertumbuhan pendapatan dan rasio pertumbuhan belanja pembangunan juga bersifat positif. Meskipun tidak keseluruhan dari rasio ini menandakan baik/optimalnya pelaksanaan performance budgeting, salah satunya adalah pertumbuhan PAD yang bersifat negatif, yang menandakan adanya kecenderungan penurunan pertumbuhan PAD Kabupaten Rokan Hulu selama periode penelitian. Terlepas dari penilaian optimal dan tidak optimal sebagaimana penjabaran hasil penelitian. Ketidakadaan ukuran yang jelas (mutlak / baku) menyebabkan semua nilai/angka, baik yang diperoleh berdasarkan analisis skala likert untuk penilaian optimalisasi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan APBD Kabupaten Rokan Hulu maupun perhitungan optimalisasi yang dilihat dari rasionalitas anggaran itu sendiri tidak terstandarisasi. SIMPULAN Analisis kualitatif optimalisasi efektivitas pelaksanaan performance budgeting pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010 berada pada kategori baik /optimal. Pada perhitungan skala Likert diketahui jumlah total tanggapan responden terhadap indikator efektivitas adalah 332 dengan persentase 66.4 %. Optimalisasi efisiensi pelaksanaan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010 berada pada kategori cukup baik / cukup optimal. Pada perhitungan skala Likert diketahui jumlah total tanggapan responden terhadap indikator efeiensi adalah 683 dengan persentase 68.3 %. Optimalisasi rasionalitas pelaksanaan performance budget pada perhitungan APBD Kabupaten Rokan Hulu periode 2006-2010, adalah cukup optimal, dengan rata-rata persentase rasionalitas anggaran adalah 57.94 %. DAFTAR PUSTAKA Ari Eko Widyantoro. 2009. Implementasi Performance Based Budgeting: Sebuah Kajian Fenomenologis (Studi Kasus pada Universitas Diponegoro). Tesis, Program Pasca Sarjana Beasiswa Unggulan Depdiknas. Semarang: Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.

80 Jurnal Kebijakan Publik, Volume 4, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 1-118 Deddi dan Ayuningtyas. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta. Handayaningrat, Soewarno. 1998. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. CV. Haji Mas Agung, Jakarta. Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat, Jakarta. Kuncoro Thesaurianto, 2007. Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kemandirian Daerah. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Tidak dipublikasikan Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Erlangga, Jakarta. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah: Good Governance, Democratization, Local Government Financial Management. Penerbit Andi, Yogyakarta.