FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL COUPLER KONFIGURASI 3 3 SUSUNAN SEGITIGA BERBAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-38

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

BAB III METODE PENELITIAN

PROPOSAL SKRIPSI PERANCANGAN DIRECTIONAL COUPLER VARIABLE MENGGUNAKAN DUA JENIS SERAT OPTIK MULTIMODE

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

Fabrikasi Dan Karakterisasi Directional Coupler Sebagai Devais Pembagi Daya

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

Karakteristik Serat Optik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab kedua ini akan dijelaskan secara detail mengenai serat optik, fiber

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian aplikasi multimode

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAN KONSENTRASI SAMPEL

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN. iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... KATA PENGANTAR. vi. DAFTAR ISI ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN.

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Cahaya, Detektor dan Serat Optik

Endi Dwi Kristianto

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE

Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler

Studi Teori dan Eksperimen Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler dengan Target Cermin Cekung

BAB 4 KARAKTERISASI KOMPONEN PENDUKUNG EDFA

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER)

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28

FIBER NETWORK CABLING. By: Abdul Hak Bin Mahat (ILPS)

ANALISIS SPLITTING PULSA PADA SERAT OPTIK DUA-CORE DENGAN KENONLINEARAN KERR BERDASARKAN VARIASI KOEFISIEN KOPLING DAN DISPERSI INTERMODAL

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro 1

BAB III METODE PENELITIAN

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro & Komunikasi 1

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

RANCANG BANGUN SISTEM PENGONTROL FREKUENSI GETARAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling

BAB II LANDASAN TEORI

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. banyak digunakan. Bukan hanya sebagai pengganti dari jenis sistem transmisi

Rancang Bangun Sensor Strain Menggunakan Metode Interpolasi Lagrange Berbasis Serat Optik Berstruktur SMS (Singlemode-Multimode- Singlemode) dan OTDR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK

KARAKTERISASI RUGI LENGKUNGAN SERAT OPTIK DENGAN OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER UNTUK PENGGUNAANNYA SEBAGAI SENSOR PERGESERAN TANAH

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK

MEDIA TRANSMISI. 25/03/2010 Komunikasi Data/JK 1

BAB III DUAL BAND WILKINSON POWER DIVIDERS

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu

Kata kunci : laju aliran udara, tabung venturi dan fiber coupler.

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer)

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi literatur. Pengujian daya optik pada sensor serat optik

ROMARIA NIM :

Gambar 2.1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Young & Freedman, 2008)

Transkripsi:

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD-620-10 LUCKY PUTRI RAHAYU NRP 1109 100 012 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono, M.T.

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Directional coupler berfungsi sebagai komponen optical switching, multiplexing, pemecah berkas (splitter) dan pemecah daya atau power divider. Fabrikasi directional coupler singlemode maupun multimode berbentuk pandu gelombang slab masih sulit dilakukan dan membutuhkan peralatan yang rumit. Fabrikasi directional coupler dengan metode Fused Biconical Tapered (FBT) pada bahan serat optik plastic step index multimode (Sekartedjo dkk, 2007)

Metode Fused Biconical Tapered (FBT) pada bahan serat optik plastic step index multimode tipe FD-320-05 (diameter serat optik 0,5 mm) Directional coupler yang dihasilkan memiliki coupling ratio 0,31 dengan daerah panjang interaksi kopling antar serat optik 25 mm. (Supadi dkk, 2006). Directional coupler pada bahan serat optik plastic step index multimode tipe FD-620-10 (serat optik diameter core yang cukup besar) dengan panjang kopling lebih besar dari 25 mm Diperoleh nilai coupling ratio 0,498 dengan daerah panjang kopling lebih besar dari 25 mm, yang sesuai untuk divais pembagi daya (power divider) (Edy Hariyanto,2011). Directional single dan double coupler dari bahan serat optik plastic step index multimode tipe FD-620-10 dengan panjang kopling 28 mm dan 34 mm.

PERMASALAHAN Bagaimana fabrikasi dan karakterisasi directional single dan double coupler dari serat optik plastik (POF) step index multimode tipe FD-620-10 dengan panjang kopling 28 mm dan 34 mm? TUJUAN Fabrikasi directional single dan double coupler degan panjang kopling 28 mm dan 34 mm Karakterisasi menggunakan web camera dan BF5R-D1-N sehingga diperoleh parameterparameter coupling ratio (CR), Crosstalk (Ct), excess loss (Le) dan insertion loss (Lins).

TINJAUAN PUSTAKA

SERAT OPTIK Pandu gelombang dielektrik yang berperan sebagai media transmisi gelombang cahaya yang berbentuk silinder dan biasanya terbuat dari bahan plastik atau silica Gambar 1 Struktur dasar penyusun serat optik (Keiser, 1984)

Perbedaan indeks bias antara core dan cladding dibuat besar, selisih indeks bias antara core dan cladding didefinisikan sebagai fraksi indeks bias. Struktur dan Sifat Transmisi = n 1 2 n 2 2 2n 1 2 n 1 n 2 n 1 (1) Single mode Multimode Serat Optik Penjalaran Gelombang melalui Inti Step index Graded Index

Gambar 2 Struktur serat optik multimode step-index dan gradded-index serta profil indeks biasnya (Keiser, 1984)

Mekanisme Pemanduan Gelombang Cahaya Dalam Serat Optik Gambar 3 Refleksi dan refraksi berkas cahaya pada bidang batas dua medium Transmisi cahaya ke dalam serat optik

Pada sudut θ tertentu sinar akan dibiaskan dalam arah sejajar bidang batas dan sudut Ø pada keadaan tersebut dinamakan sudut kritis yang dilambangkan dengan θ c θ c = aaaaaa n 2 n 1 (2) Penerapan hukum Snellius pada sudut sinar masukkan ke dalam inti serat optik. n 0 sin θ a = n 1 sin θ sin θ a = n 1 2 n 2 2 NN = n 1 2 n 2 2 (3) (4) Perbedaan nilai n 1 dan n 2 sangat kecil, sehingga nilai Δ juga kecil NN = n 1 Untuk serat optik step-index multimode dari bahan plastik berdiameter core besar, nilai NA antara 0,3-0,5. (Krohn, 2000) 2 (5)

Directional Coupler Divais optik tersebut tersusun atas dua pandu gelombang yang saling berdekatan dalam orde panjang gelombang optik. Divais ini dapat mendistribusikan daya optik ke dua port atau lebih, atau sebaliknya menggumpulkan daya optik ke port tunggal. Secara sederhana divais coupler dapat buat dari serat optik multimode yaitu dengan cara memadukan atau menggabungkan dua buah serat optik multimode dengan panjang interaksi tertentu dengan tekhnik FBT (Fused Biconical Taperred) (Supadi dkk, 2006).

Sebuah directional coupler yang tersusun dari dua buah serat optik mempunyai empat buah port disebut directional coupler berstruktur simetri 2 x 2 Gambar 4 Directional coupler struktur simetri 2 x 2 (Iga dan Kokubun, 2006)

Parameter-parameter pokok dalam divais Directional coupler optik antara lain: Splitting atau Coupling ratio (CR), proporsi perbandingan antara daya output terhadap masing-masing daya CC = P BB (P BB + P AA ) (6) output. Nilai CR diperoleh dari saluran keluaran, yaitu port A2 dan port B2 (Crisp and Elliott, 2005) (Farrei, 2002) Insertion loss, (L ins ), yaitu rugi yang terjadi akibat daya dari saluran masukan coupler serat optik terdistribusi di antara saluran keluaran dengan port A2 dan port B2. (Crisp and Elliott, 2005) (Supadi dkk, 2006) L iii = 10 log P AA P AA dd (7)

Exceess loss (L e ), adalah Rugi daya total yang dinyatakan dengan persamaan (Crisp and Elliott, 2005) (Supadi dkk, 2006): L e = 10 log P j p i dd = 10 log P AA + P BB P AA dd (8) Direktivitas (directivity) atau Crosstalk dari coupler optik diukur antar port-port masukan directional coupler, yaitu (Crisp dan Elliott, D = C t = 10 log P BB P AA dd (9) 2005) (Supadi dkk, 2006)

Tabel 1. Karakteristik Coupler standar hasil fabrikasi industry untuk serat optik (Jones Jr dan William B., 1988) (Supadi dkk, 2006). Design Class 2 x 2 Single Mode Jumlah Port CR (%) Toleransi Le CR 2 0.5 2 0.25 2-15 % 0.07-1 2 0.1 D 40-55 2 x 2 Multi Mode 2 0.5 2 0.25 2 0.1 2 0.0625 5 10 % < 1 35-40 1-2

METODOLOGI PENELITIAN

ALAT Laser dioda Web camera Bor akrilik BF5R-D1-N Selotip Pemotong fiber Gunting dan cutter Alat pemoles Alat penggandeng Power supply Penjepit buaya Magnetic holder Personal computer Kabel USB BAHAN Kaca akrilik Lem epoxy Alkohol 70 % Kertas gosok Serat optik step index multimode tipe FD-620-10 Benang Pipa kecil (selongsong bekas bulpoin)

Tahap Persiapan Pembuatan Alat Pengupas Coating dan Cladding. Pembuatan Set up alat pada proses karakterisasi menggunakan web camera. Tahap Fabrikasi Directional Single dan Double Coupler Tahap Pengupasan Coating dan Cladding Tahap Pemolesan Tahap Penggandengan Karakterisasi Directional Single dan Double Coupler Hasil Fabriksi Menggunakan web camera. Menggunakan BF5R-D1-N. Gambar 5 Diagram alir penelitian

Pada tahap persiapan Pembuatan alat pengupas coating dan cladding dirancang untuk mengupas serat optik dengan panjang kupasan 28 mm dan 34 mm. Gambar 6 Desain Rancangan Alat pengupas coating dan cladding Gambar 7 Alat pengupas coating dan cladding

Pembuatan set up alat pada proses karakterisasi menggunakan web camera Gambar 8 Tempat fiber untuk input dan output pada proses kaarakterisasi pada web camera

Proses Fabrikasi Fiber optik dikupas dengan panjang daerah kupasan 28 mm dan 34 mm dengan jarak kupasan yang pertama dan kedua 10 cm untuk double coupler. Pada daerah kupasan digosok menggunakan kertas gosok dari mess yang kecil hingga besar (500,800,1000,1200 ) Sebelum di gandeng pada daerah yang telah dikupas dbersihkan menggunakan Alkohol 70%

Tahap penggandengan directional coupler

Gambar 9 Hasil fabrikasi Directional double coupler (a) panjang kopling 28 mm (b) panjang kopling 34 mm Ujung-ujung pada fiber optik diratakan: Dengan cara membentuk angka 8 pada kertas gosok Dibersihkan menggunakan Alkohol 70% 8

PROSES KARAKTERISASI Menggunakan Web Camera Gambar 10 Set up alat pada proses karakterisasi menggunakan web camera (a) Pada single coupler (b) Pada double coupler

Gambar 11 Proses Karakterisasi menggunakan Web Camere

Menggunakan BF5R-D1-N Sensor ini merupakan sensor khusus untuk menganalisis daya keluaran yang diterima dari fiber optik. Tipe BF5R-D1-N Source Merah (660 nm) Power supply 12-24 Volt Arus maksimum 50 ma Waktu respon 500 μs Output P in (level light) 0-4000

Gambar 12 Set up alat pada proses karakterisasi menggunakan BF5R-D1-N (a) Pada single coupler (b) Pada double coupler

Gambar 13 Proses Karakterisasi menggunakan BF5R-D1-N

HASIL DAN PEMBAHASAN

WEB CAMERA DATA HASIL KARAKTERISASI BF5R-D1-N

WEB CAMERA Hasil image directional single coupler pada panjang kopling 28 mm dengan port A1 sebagai input dan A2-B2 sebagai ouput Plot grafik RGB directional single coupler pada panjang kopling 28 mm dengan port A1 sebagai input dan A2-B2 sebagai ouput

Tabel 2 Hasil Karakterisasi Directional Single Coupler dengan L c =28 mm Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins A1 8.821 0.383 8.635 0.495 0.094 3.059 A2 6.848 6.575 0.433 0.49 0.138 3.061 B1 0.427 10.44 10.61 0.496 0.087 3.063 D 16.67 8 15.04 8 17.01 5 B2 3.208 0.285 3.213 0.499 0.189 3.196 13.71 Tabel 3 Hasil Karakterisasi Directional Single Coupler dengan L c =34 mm Input A1 A2 6.752 B1 0.363 B2 7.7 Output (au) A1 A2 B1 B2 10.42 1 18.88 8 0.285 4 0.45 8 6.55 6 7.69 9.45 8 0.48 1 18.7 1 CR 0.476 0.493 0.502 0.500 3 Le 0.09 9 0.15 4 0.04 2 0.08 Lins 2.90 4 3.10 1 3.07 2 3.09 3 D 16.47 1 14.57 2 20.2 17.39 7 Tabel 4 Hasil Karakterisasi Directional Double Coupler dengan L c =28 mm Tabel 5 Hasil Karakterisasi Directional Double Coupler dengan L c =34 mm Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D A1 11.4 9 0.32 1 12.4 6 0.52 0.058 3.247 18.78 9 A1 13.1 8 0.41 9 12.8 0.493 0.06 9 3.017 17.99 8 A2 12.036 11.9 0.37 1 0.497 0.067 3.053 18.16 6 A2 18.3 6 18.1 3 0.28 3 0.497 0.03 4 3.017 21.13 2 B1 0.4146 8.22 3 8.38 7 0.495 0.107 3.075 16.13 5 B1 0.55 8 7.54 8 7.62 7 0.497 0.15 7 3.145 14.49 9 B2 16.735 0.29 8 18.0 8 0.481 0.037 2.882 20.71 4 B2 5.11 7 0.26 5.16 2 0.498 0.10 9 3.1 16.07 2

BF5R-D1-N Tabel 6 Hasil Karakterisasi Directional Single Coupler dengan L c =28 mm pada BF5R-D1-N (1) sebagai Input Tabel 7 Hasil Karakterisasi Directional Single Coupler dengan L c =28 mm pada BF5R-D1-N (2) sebagai Input Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D A1 464 23 432 0.482 0.11 2.968 16.016 A2 484 444 30 0.478 0.138 2.965 15.042 B1 28 415 479 0.464 0.134 2.844 15.176 B2 451 32 475 0.487 0.148 3.047 14.762 Tabel 8 Hasil Karakterisasi Directional Single Coupler dengan L c =34 mm pada BF5R-D1-N (1) sebagai Input A1 472 20 439 0.482 0.094 2.95 16.679 A2 485 426 23 0.468 0.108 2.846 16.086 B1 28 424 464 0.477 0.135 2.954 15.147 B2 426 20 470 0.475 0.096 2.898 16.609 Tabel 9 Hasil Karakterisasi Directional Single Coupler dengan L c =34 mm pada BF5R-D1-N (2) sebagai Input Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D A1 456 20 413 0.47 5 0.09 9 2.89 9 16.47 9 A1 444 27 425 0.489 0.133 3.049 15.209 A2 486 445 26 0.47 8 0.12 2.94 3 15.65 9 A2 458 400 20 0.466 0.1 2.826 16.425 B1 21 474 514 0.48 0.09 1 2.92 9 16.81 7 B1 29 411 452 0.476 0.144 2.952 14.88 B2 427 20 487 0.46 7 0.09 4 2.82 8 16.69 3 B2 424 22 439 0.491 0.109 3.045 16.045

Tabel 10 Hasil Karakterisasi Directional Double Coupler dengan L c =28 mm pada BF5R-D1-N (1) sebagai Input Tabel 11 Hasil Karakterisasi Directional Double Coupler dengan L c =28 mm pada BF5R-D1-N (2) sebagai Input Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D A1 476 30 424 0.471 0.142 2.909 14.914 A1 435 24 420 0.491 0.12 3.05 5 15.63 8 A2 452 435 25 0.49 0.121 3.049 15.621 A2 439 422 20 0.49 0.1 3.02 5 16.43 9 B1 30 454 526 0.463 0.131 2.833 15.272 B1 27 434 487 0.471 0.12 5 2.89 3 15.45 4 B2 453 35 483 0.484 0.159 3.033 14.432 B2 433 28 469 0.48 0.13 3 2.97 3 15.21 3 Tabel 12 Hasil Karakterisasi Directional Double Coupler dengan L c =34 mm pada BF5R-D1-N (1) sebagai Input Tabel 13 Hasil Karakterisasi Directional Double Coupler dengan L c =34 mm pada BF5R-D1-N (2) sebagai Input Input Output (au) CR Le A1 A2 B1 B2 Lins D Input Output (au) A1 A2 B1 B2 CR Le Lins D A1 447 28 430 0.49 0.136 3.063 15.095 A2 435 399 23 0.478 0.118 2.945 15.713 B1 28 425 440 0.491 0.138 3.074 15.037 B2 412 24 445 0.481 0.12 2.966 15.648 A1 397 30 358 0.474 0.169 2.961 14.177 A2 440 344 21 0.439 0.115 2.623 15.836 B1 22 411 462 0.471 0.108 2.872 16.094 B2 384 27 396 0.492 0.148 3.092 14.755

PEMBAHASAN Hasil karakterisasi masing-masing directional single dan double coupler memperlihatkan nilai CR (coupling ratio), Le (excess loss), Lins (insertion loss), dan D (direcitivity) yang tidak sama pada tiap port masukan. Nilai yang dihasilkan pada karakterisasi menggunakan BF5R-D1-N (1) sedikit berbeda dengan BF5R-D1-N (2). Ketidaksimetrisan sepanjang daerah kopling (Lc) dan daerah ujung pengupasan antara kedua serat optik pada saat proses penggandengan Spesifikasi alat tidak persis sama dan alat sangat sensitif dengan perubahan lingkungan.

Dapat disimpulkan bahwa semua variasi telah memenuhi standar parameter directional coupler hasil fabrikasi industri untuk serat optik Nilai CR yang didapatkan mendekati 0,5 yaitu berkisar antara 0,464-0,52 Dari hasil dapat disimpulkan bahwa directional single dan double coupler dengan panjang kopling 34 mm paling baik digunakan sebagai pemecah berkas maupun pembagi daya sehingga nantinya dapat digunakan sebagai divais dalam sensor.

KESIMPULAN

Fabrikasi directional single coupler dan double coupler dari serat optik mode jamak dengan pendekatan metode Fused Biconical Taperred (FBT) dengan panjang kopling 28 mm dan 34 mm menghasilkan directional single coupler dan double coupler dengan hasil karakterisasi yang berbeda serta memenuhi standar fabrikasi. Hasil karakterisasi directional single dan double coupler menggunakan web camera didapatkan Nilai CR yang mendekati 0,5 yaitu pada panjang kopling 34 mm dengan input B2, pada single coupler nilai CR=0,5003 ; Le=0,08 db ; Lins=3,093; dan D=17,397 db. Serta pada double coupler nilai CR=0,498 ; Le=0,109 db ; Lins=3,1; dan D=16,072 db. Hasil karakterisasi directional single dan double coupler menggunakan BF5R-D1-N didapatkan Nilai CR yang mendekati 0,5 yaitu pada panjang kopling 34 mm dengan input B2, pada single coupler nilai CR=0,491 ; Le=0,109 db ; Lins=3,045; dan D=16,045 db. Serta pada double coupler nilai CR=0,492 ; Le=0,148 db ; Lins=3,092; dan D=14,755 db.

TERIMA KASIH