BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai. penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai agar warga negara terhindar dari kebodohan. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

Kinerja guru di Kota Solo masih rendah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Solo, Etty Retnowati,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetnsi Dasar)

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetnsi Dasar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan dalam bekerja. Peningkatan profesionalisme guru atau

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, maka berkaitan dengan kinerja guru diperlukan adanya totalitas dan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah sangat strategis. Walaupun perkembangan teknologi cukup pesat, sampai saat ini peranan guru sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih belum tergantikan. Guru dalam pengertian konvensional adalah orang yang bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran di kelas. Peranan guru dalam proses pembelajaran meliputi banyak hal, yakni: mengajar, melatih, membimbing, pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan. Undang-Undang Guru dan Dosen Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 menggariskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk mencapai ini, dituntut keefektifan guru dalam melakukan pembelajaran. Hal ini dikarenakan keefektifan guru dalam mengajar sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran di sekolah sebab gurulah yang langsung melaksanakan pembelajaran di kelas. Ketika guru berada dalam kelas dan pembelajaran berlangsung, guru bisa tampil dengan sosok yang menarik perhatian, menyenangkan bagi siswa, mengajak siswa berpikir kritis, kreatif, pertanyaan guru yang menuntut daya analisis dan menantang. Sebaliknya guru bisa tampil 1

di kelas dengan penampilan yang membosankan, tidak menarik, bahkan penampilan guru yang membuat siswa merasa takut dan tidak nyaman, tidak menuntut kreativitas siswa, sehingga keefektifan guru dalam mengajar tidak maksimal. Dalam percakapan sehari-hari keefektifan pembelajaran guru seringkali menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap keefektifan guru dalam melaksanakan pembelajaran cenderung negatif. Tumbuh suburnya bimbingan belajar di luar sekolah, banyak siswa yang bolos pada jam-jam belajar, tauran antar pelajar menguatkan persepsi negatif masyarakat terhadap keefektifan pembelajaran di sekolah. Suryosubroto (2002:10) mengemukakan efektivitas mengajar dalam proses interaksi belajar mengajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu muridmurid agar bisa belajar dengan baik. Kontribusi yang tinggi terhadap efektivitas pembelajaran meliputi: (1) persiapan dan prosedur pelajaran; (2) manajemen kelas; (3) penguasaan mata pelajaran yang diajarkan; dan (4) kepribadian. Selanjutnya (Fitriani 2011:6) mengatakan Efektivitas pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Salavin (2006:105) bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan oleh 4 aspek, yaitu kualitas pembelajaran, kesesuaian tingkat pembelajaran, intentif, dan waktu. Lebih lanjut Kurniawan (2005:109) mendefenisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi gegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaanya. 2

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektifitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Studi pendahuluan telah dilakukan di SMA Negeri sekecamatan Lawe Sigala Gala pada bulan Mei 2015, melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, bahwa sekolahsekolah di SMA Negeri sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara mengalami masalah dalam efektifitas pembelajaran guru. Berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah menunjukkan antara lain: (1) masih ada 25% guru yang masuk kelas tidak membawa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; (2) masih ada 40% guru mengajar tidak sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusunnya; (3) terlambat menyerahkan laporan nilai yang menjadi tanggung jawabnya dari batas waktu yang telah ditentukan; (4) melakukan remedial tanpa melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa; dan (5) guru kurang berupaya melakukan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi diri dan seiring dengan perkembangan pendidikan. 3

Tabel 1.1 Studi awal mengenai keefektifan guru melalui wawancara bersama Kepala sekolah SMA Negeri sekecamatan lawe sigala gala No Nama Sekolah TMRPP TSRPP TMLN MRTMA MPMK 1. SMA Negeri 1 Lawe sigala 75% 60% 50% 70% 50% gala 2. SMA Negeri 2 Lawe sigala gala 75% 60% 50% 70% 50% 3 SMAN 1 Bukit Merdeka 75% 60% 50% 70% 50% 4. SMA Negeri 1 Simpang 75% 60% 50% 70% 50% Semadam Total 300% 240% 200% 280% 200% 75% 60% 50% 70% 50% Keterangan: TMRPP : Tidak membawa rencana pelaksanaan pembelajaran TSRPP : Tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran TMLN : Terlambat menyerahkan laporan nilai MRTMA : Melakukan remedial tanpa melakuan anlisis KMPD : Kurang melakukan pengembangan diri Dari hasil pengamatan awal dapat disimpulkan bahwa guru belum efektif dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Keefektifan pembelajaran yang dilakukan guru berarti mengerjakan pekerjaan yang benar (doing the right things) dalam mengajar dan mencapai hasil (tujuan) sesuai yang ditentukan sekolah. Guru adalah salah satu faktor penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. Menurut UU No. 14 tahun 4

2005 pasal 1 ayat 1 menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Sagala (2011:39) Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, dinyatakan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Penguasaan materi secara luas dan mendalam termasuk didalamnya penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai. Guru yang ingin melaksanakan pembelajaran efektif di kelas harus memiliki kemampuan untuk menggali informasi kependidikan dan bidang studi dari berbagai sumber, termasuk dari sumber elektronik dan pertemuan ilmiah, serta melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang mendidik. Jika mengacu pada empat kompetensi yang harus dikuasai guru menurut undang-undang, maka kompetensi yang sangat 5

penting dan terkait langsung dengan tugas guru adalah keefektifan pembelajaran di kelas. Kompetensi profesional yang merupakan kemampuan dasar guru menurut Cooper (1994:15) terbagi empat komponen, yakni: (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya; (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya; dan (4) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Menurut Lefra Cois dalam Jamal (2009:37), kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Rusman (2012:70) kompetensi guru ialah merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Selanjutnya Muslim (2009:178) mengatakan kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu guru harus memiliki kualitas yang baik dan memadai sebagai seorang guru. Guru dapat menjadi penentu bagi keberhasilan pendidikan melalui kompetensi profesionalnya. Maka meningkatkan mutu pendidikan harus memperhatikan aspek kompetensi guru menyangkut kompetensi profesional maupun kesejahteraannya. 6

Akan tetapi realita tentang kompetensi guru saat ini sepertinya masih sangat beragam. Komptensi guru Indonesia khususnya Provinsi Aceh di muat dalah koran harian analisa Aceh (29 April 2015) mengatakan saat ini mendapat sorotan yang tajam karena masih adanya guru yang dianggap belum layak mengajar di jenjangnya masing-masing. Berdasarkan data dari hasil uji kompetensi awal (UKA) guru tahun 2012 untuk wilayah Aceh termasuk dalam kategori rendah. Dari 33 provinsi, Provinsi Istimewa Aceh menempati peringkat ke-22, dengan nilai rata-rata 37,4 berdasarkan hasil ujian UKA. Ini jauh di bawah rata-rata nasional yakni 42,25. UKA tahun 2012 telah dilaksanakan pada Februari 2012 lalu. Provinsi yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi adalah Daerah Istimewa Jogjakarta dengan nilai rata-rata 50,1. Setelah Jogjakarta, provinsi yang masuk 10 besar adalah propinsi DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1), dan Banten (41,1). Sedangkan untuk nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai terendah adalah 1,0. Sehingga, rata-rata nasional nilai UKA 2012 ini adalah 42,25 dengan standar deviasi 12,72. Hal ini tentunya akan berakibat pada penurunan kualitas SDM yang dihasilkan dari proses pendidikan. Menurut Engkoswara (2008:126) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan. Dalam menjalankan tugas profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan yang bersifat psikologis kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi 7

kepala sekolah dengan kompetensi guru; (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi dengan kompetensi guru; dan (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dan motivasi dengan kompetensi guru. Dalam penelitian di atas, kepala sekolah dianggap berperan dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran di kelas karena merupakan atasan langsung guru. Kepala sekolah harus dapat menciptakan iklim kerja yang baik dan menjadi mitra guru dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah sangat perlu dilakukan untuk memberikan masukan kepada guru-guru dalam menjalankan tugasnya. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang ideal dan sesuai dengan langkah kerja yang benar. Arikunto (2010:23) menyatakan, kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran, diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan hal itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah. Untuk itu pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah harus dilasanakan secara baik dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran di kelas. Dari beberapa pendapat di atas, adapun keterkaitan keefektifan pembelajaran di kelas dengan keprofesionalan guru ialah dimana semakain baik proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Dimana kualitas pendidikan sangat dipengaruhi keprofesionalan guru ataupun pendidikanya. Semakin berkompeten seorang guru maka semakin 8

efektiflah pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Guru saat ini harus profesional dan berkompeten. Sebab guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar. Untuk menghasilkan proses pembelajaran di kelas yang efektif dan kondusif serta menghasilkan peserta didik yang berprestasi, tentu berawal dari seorang guru yang memberikan ilmu kepada mereka. Kompetensi pedagogik guru adalah salah satu yang dapat mempengaruhi efektivitas guru. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 10 menyatakan Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Sedangkan pedagogik menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) adalah ilmu yang mempelajarai masalah bimbingan anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hudupnya. Kompetensi pedagogik berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas guru. Menurut Agung (2012:81) terdapat empat unsur penting yang perlu diperhatikan, yakni: (1) pengelolaan pembelajaran; (2) pengembangan strategi pembelajaran; (3) pengembangan diri secara berkelanjutan; dan (4) pemanfaatan dan refeleksi hasil kerja. Pengelolaan pembelajaran secara sederhana dapat diartikan kegiatan guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksakan pembelajaran, dan penilaian. Dalam pengelolaan pembelajaran, guru harus memperhatikan aspek yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran tersebut, antara lain perhatian guru terhadap kemampuan dan karakteisttik 9

murid, penguasaan teori, pengembangan kurikulum, pengelolaan kelas, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penilaian. Dalam melaksanakan tugas, guru harus mampu melakukan pengembangan strategi pembelajaran. Materi ajar yang dinilai relatif mudah menuntut strategi yang berbeda dengan materi ajar yang dinilai relatif sulit. Untuk dapat memaksimalkan hasil belajar siswa, guru harus menguasai berbagai strategi pembelajaran. Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan peraturan yang berlaku atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kegiatan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, atau kegiatan kolektif guru seperti melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang dapat meningkatkan kompetensi dan keprofesian guru. Pemanfaatan dan refeleksi terhadap hasil kerja perlu dilakukan untuk dapat melakukan perbaikan selanjutnya terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian guru akan melakukan perbaikan terhadap kompetensinya dari waktu ke waktu. Menurut Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru kompetensi pedagogik guru mata pelajaran meliputi: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; (4) menyelenggarakan pembelajaran 10

yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, nampak betapa pentingnya peranan supervisi kepala sekolah, kompetensi pedagogik, dan prestasi kerja dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran di kelas. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Kompetensi Pedagogik, dan Kepuasan Kerja terhadap Keefektifan Pembelajaran di Kelas pada Guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Bagaimana keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (2) Apakah keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara sudah baik sesuai harapan (3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA Negeri 11

Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (4) Bagaimana supervisi akademik kepala sekolah di Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (5) Apakah supervisi akademik kepala sekolah mempengaruhi keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (6) Bagaimana kompetensi pedagogik di Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (7) Apakah kompetensi pedagogik mempengaruhi keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (8) Bagaimana kepuasan kerja guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (9) Apakah supervisi akademik kepala sekolah mempengaruhi kepuasan kerja guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (10) Apakah kompetensi pedagogik mempengaruhi kepuasan kerja guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara (11) Apakah kepuasan kerja mempengaruhi keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 1.3 Pembatasan Masalah Keefektifan pembelajaran di kelas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, namun dalam penelitian ini dibatasi hanya pada supervisi akademik kepala sekolah, kompetensi pedagogik, dan kepuasan kerja. Subjek dalam penelitian ini dibatasi hanya pada guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 12

1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara? 2. Apakah terdapat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara? 3. Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara? 4. Apakah terdapat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara? 5. Apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 2. Pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 13

3. Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 4. Pengaruh kompetensi pedagogik terhadap keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 5. Pengaruh kepuasan kerja terhadap keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA Negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat secara teoretis dalam penelitian ini adalah dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru dalam peningkatan keefektifan pembelajaran di kelas pada guru SMA negeri Sekecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara, dan sebagai masukan atau informasi bagi instansi dalam peningkatan keefektifan pembelajaran di kelas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan 1) Sebagai bahan masukan kepada dinas untuk memberikan arahan dan dorongan kepada guru dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran di sekolah. 14

2) Sebagai bahan masukan mengadakan seminar, pelatihan, dan workshop yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, kepuasan kerja dan keefektifan pembelajaran di kelas. 3) Sebagai bahan masukan memberikan Reward kepada kepala sekolah yang melakukan supervisi akademik secara rutin, baik dan terarah kepada guru yang nantinya akan memotivasi kepala sekolah yang lain serta akan meningkatkan keefektifan pembelajaran guru di kelas b. Bagi Kepala Sekolah 1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan supervisi akademik dalam upaya meningkatkan keefektifan pembelajaran di kelas. 2) Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah untuk mendorong guru meningkatkan kompetensi pedagogik. 3) Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah untuk memotivasi, melakukan penilaian terhadap guru dan membangun kerja sama yang baik di antara guru-guru. 4) Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah dalam memberikan penghargaan dan reward kepada guru yang memiliki semangat yang tinggi untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan supervisi akademik. c. Bagi Guru 1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran di kelas dalam upaya peningkatan mutu pelayanan 15

bagi masyarakat Kecamatan Lawe Sigala Gala Kabupaten Aceh Tenggara. 2) Sebagai bahan masukan untuk pembinaan yang diadakan kepala sekolah melalui supervisi akademik. 3) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. 4) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengembangan diri guru. d. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi untuk penelitian ke depan yang relevan di kemudian hari. 16