BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maka akan tercipta suatu masyarakat yang cerdas, intelek, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

I. PENDAHULUAN. keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dan menuntut kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki multi peran sehingga menciptakan kondisi belajar mengajar yang

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

PENDAHULUAN BAB I. 1.1.Latar Belakang Masalah

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran di dalam kelas. Pada proses pembelajaran, anak. untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang terdapat dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2009:3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Pasal 1 ayat 1) (Sugiyono, 2008: 42). Sanjaya (2009: 201), pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat disaksikan. Proses pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan disekolah (Suryosubroto, 2009:2). Proses pedidikan menurut Al-Qur an dalam surat Al-alaq ayat 1-5 adalah membaca. Sebagaimana firman-nya : Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah! Dan Tuhanmulah 1

2 yang paling pemurah (3), yang mengajar (manusia) dengan kalam (4), dia mengajarkan kepada manusia apa yang telah diketahui (5). Pembelajaran IPA khususnya mata pelajaran Biologi, sangat dibutuhkan strategi pembelajaran yang tepat, yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin secara intelektual maupun secara emosional. Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa. Selain menguasai materi seorang guru dituntut untuk menguasai strategistrategi penyampaian materi tersebut, cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruhh terhadap respon siswa dalam pembelajaran. Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar, maka akan memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar. Pembelajaran mengajar, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran disekolah (Sudjana, 2009:12-13). Berdasarkan pengalaman selama PPL (Praktek Profesi Lapangan) di sekolah, dalam pembelajaran IPA khususnya Biologi, seringkali siswa merasa kesulitan memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran Biologi bahkan menjadikan mata pelajaran ini sebagai mata pelajaran yang membosankan bagi mereka, mata pelajaran biologi juga dianggap menakutkan karena terlalu banyak hapalan dan istilah-istilah yang sangat sulit untuk dihapal. Sebagian besar model pembelajaran yang digunakan adalah konvensional, sedangkan pada

3 pembelajaran konvensional siswa cenderung pasif karena sistem pembelajarannya dengan metode ceramah. Proses pembelajaran yang baik adalah terciptanya suasana yang hidup artinya terjadi komunikasi berbagai arah baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Jadi, belajar tidak hanya teacher center tetapi siswa terlibat aktif didalamnya. Untuk meningkatkan hasil belajar Biologi sebaiknya diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Dalam hal ini proses pembelajaran biologi yang membuat siswa banyak beraktifitas dan mempunyai perasaan yang menyenangkan bukan malah menjadi tertekan. Untuk menyikapi hal ini perlu adanya model pembelajaran baru yang diperkaya dengan pemahaman materi melalui keaktifan berfikir dalam mencapai hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif siswa lebih aktif, dan siswa secara kooperatif dalam menuntaskan materi belajarnya. Siswa juga tidak membeda-bedakan dalam kelompok saat pembelajaran, menyelesaikan tugas, latihan yang diberikan oleh guru dengan berkelompok. Sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan memberikan efek positif pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuan adanya pembelajaran kooperatif ini adalah untuk memberikan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses kegiatan pembelajaran. Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai

4 hasil yang maksimal ada lima unsur dalam model pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu Saling ketergantungan yang positif, Tanggungjawab perorangan, Interaksi tatap muka, Komunikasi antar anggota, dan Evaluasi proses kelompok (Lie, 2008 : 31) Model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur (Wardhani,2012). Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (kompak-partisi-pasif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. (Adang,dkk, 2012: 153) Pembelajaran Two Stay Two Stray adalah teknik pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Menurut Lie (2008:61) model pembelajaran dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Pembagian kelompok dalam pembelajaran dalam kooperatif Two Stay Two Stray memperhatikan kemampuan akademis, keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan komposisi kelompok yang heterogen. Oleh karena itu dapat disimpulkan

5 pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang cukup berhasil yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari suatu pokok bahasan tertentu, dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari anggota-anggota yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan bervariasi sehingga diharapkan dapat saling bekerjasama dalam mengatasi kesulitan dalam proses belajar. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pernah dilakukan oleh Fitriyah (2012) yang berjudul, Evektivitas Kooperatif Two Stay-Two Stray Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray efektif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa di MTs. Negeri Sulang. Adapun materi yang akan dijadikan penelitian adalah mengenai Alat Indera. Pengambilan materi tersebut dikarenakan alat indera merupakan salah satu materi yang erat kaitanya dengan organ tubuh manusia. Alat indra terdiri dari bagian-bagian yang berfungsi menerima, mengolah, dan menjawab rangsang. Manusia memiliki lima macam indra, yaitu indra penglihatan (mata), indra pendengaran (telinga), indra peraba (kulit), indra pengecap (lidah), indra pembau (hidung). Pembelajaran biologi di SMA Pasundan Rancaekek, menurut beberapa guru biologi yang mengajar di kelas XI model pembelajaran yang diterapkan cukup beragam namun model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) belum pernah diterapkan, selama ini materi Alat indera belum diberikan secara menyeluruh oleh guru. Biasanya guru menyampaikan materi tersebut dengan model pembelajaran konvensional dan terkesan monoton karena guru

6 yang memegang peran utama dalam proses pembelajaran sedangkan siswa sebagai objek. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penyusun tertarik untuk menerapkan suatu penelitian model Two Stay Two Stray (TSTS). Melalui pemilihan model pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya guru yang berpikir kritis tetapi siswapun diharapkan lebih efektif, kritis dan teliti dalam berpikir dan menyerap materi pelajaran, serta kematangan pemahaman terhadap jumlah materi pelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penyusun menuangkannya dalam sebuah judul yaitu : Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa pada Materi Alat Indera (Penelitian pada siswa kelas XI SMA Pasundan Rancaekek Semester II Tahun Ajaran 2013/2014). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari masalah diatas maka rumusan masalahnya sebagai berrikut: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi Alat indera di SMA Pasundan Rancaekek? 2. Bagaimana langkah-langkah evaluasi pembelajaran model Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi Alat indera di SMA Pasundan Rancaekek? 3. Bagaimana hasil belajar dengan diterapkannya model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi Alat indera di SMA Pasundan Rancaekek?

7 C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar Siswa pada materi Sistem Indera. Tujuan penelitian ini dipaparkan tersebut dapat dijabarkan dalam tujuan khusus yaitu: 1. Mengetahui penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi Alat Indera di SMA Pasundan Rancaekek. 2. Mengetahui langkah-langkah evaluasi pembelajaran model Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi Alat Indera di SMA Pasundan Rancaekek. 3. Mengetahui hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi Alat Indera di SMA Pasundan Rancaekek. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini secara teoritis dapat menambah sumber pengetahuan, pengalaman, serta dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang dialami para peserta didik pada umumnya dan peserta didik kelas XI SMA Pasundan Rancaekek. 2. Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memungkinkan siswa berkesempatan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dengan memberikan pengalaman baru dan suasana belajar yang lebih manarik bagi siswa, selain itu dapat memberikan

8 informasi pada guru-guru tentang pentingnya penggunaan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar, dan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dalam pembelajaran. 3. Hasil penelitian ini bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan aspek lain dari pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang belum diteliti. E. Definisi Operasional Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional, maka definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Model Two Stay Two Stray adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Model pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok, kemudian guru memberikan tugas berupa permasalahanpermasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk membagikan hasil atau informasi ke anggota kelompok lain. 2. Hasil belajar adalah skor pencapaian peserta didik dalam menjawab soal-soal materi alat indera sesudah proses pembelajaran. Soal yang dikembangkan berdasarkan kerangka taksonomi Bloom yang direvisi pada dimensi

9 pengetahuan konseptual dan dimensi proses kognitif C1 C5 yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya. F. Kerangka Pemikiran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyusun kurikulum, mengatur materi-materi pelajaran dan petunjuk bagaimana seharusnya guru mengajar di kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam model pembelajaran pula terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu. Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan banyak faktor diantaranya guru. Guru yang memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang berkaitan erat dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada siswa. Adapun siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga memotivasi dalam belajar. disamping itu, sikap terhadap pembelajaran guru dapat meningkatkan penguasaan konsep belajar serta efektivitas belajar lebih baik.

10 Pada intinya, keberhasilan proses belajar mengajar suatu kelas terkait pada kerjasama antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, guru harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada setiap siswa. Proses belajar mengajar, khususnya dalam pemilihan model harus paling tepat, sesuai dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Menurut Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2011: 15) Pembelajaran cooperative merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerjasama dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang akan membuat siswa aktif dan merasa senang yaitu model Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan model pembelajaran kooperatif yang berarti Dua Tinggal Dua Tamu. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ini hampir mirip dengan model pembelajaran Kepala Bernomor (Numbered Heads). Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk membagikan hasil atau informasi ke anggota kelompok lain. Tahap-tahap pelaksanaannya adalah (1) Diskusi kelompok (2) Dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima tamu (dua orang dari kelompok lain) (3) Siswa kembali ke kelompok asal, (4) Melakukan diskusi kelompok (5) laporan hasil diskusi kelompok (Lie 2008). Dengan model pembelajaran ini siswa saling bertukar informasi, siswa memiliki peran dan tanggung jawab untuk mempelajari bahan diskusi bersama kelompok ketika menjadi 'tamu' maupun 'tuan rumah'. Dengan

11 demikian, pengetahuan dan wawasan siswa berkembang, siswa lebih menguasai topik diskusi sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan tahapan pembelajaran di atas, model pembelajaran ini dapat di lihat kelebihannya sebagai berikut: 1. Mudah dipecah menjadi berpasangan 2. Lebih banyak ide muncul 3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan 4. Guru mudah memonitor. (Lie,2008:47) Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengjaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2008:3). Langkah-langkah evaluasi dalam penelitian ini yaitu berupa hasil diskusi menggunakan LKS dan presentasi individu Menurut Sudjana (2009: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Ranah kognitif yang akan diteliti hanya meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) yang diukurnya adalah kemampuan siswa dalam menjawab 25 soal pilihan ganda opsi pada posttes. Sehubungan dengan materi alat indera, banyak sekali aspek aspek yang dapat ditelaah oleh siswa untuk menggali informasi seluas mungkin terhadap materi

12 tersebut yang memotivasi siswa untuk berfikir dalam mencari permasalahan ataupun solusi penyelesaiannya. Dari uraian diatas secara sederhana kerangka pemikiran dari pemilihan ini dapat digambarkan sbagai berikut.

14 G. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan tersebut dikemukakan hipotesis penelitian: model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat membantu siswa dalam memahami materi Alat Indera dengan baik. Adapun hipotesis statistik dapat dirumuskan sebagai berikut: HO :Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) tidak dapat membantu siswa dalam memahami materi Alat indera dengan baik. Ha :Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat membantu siswa dalam memahami materi Alat indera dengan baik.