PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENCACAHAN BERBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN dan HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENGARUH JENIS DAN KETEBALAN MULSA DALAM MEMPERTAHANKAN KANDUNGAN AIR TANAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

PENGARUH MULSA JERAMI PADI DAN FREKUENSI WAKTU PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

PENGARUH PEMULSAAN JERAMI PADI DAN SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. merril) NON-ORGANIK

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

RESPON TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) PADA BERBAGAI TINGKAT KETEBALAN MULSA JERAMI PADI

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN TINGKAT KETEBALAN MULSA JERAMI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

PENGARUH PUPUK KANDANG DAN Crotalaria juncea L. PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PENGARUH MACAM BAHAN ORGANIK DAN INOKULUM RHIZOBIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

Irmawaty Harun , Zulzain Ilahude, Fauzan Zakaria, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

Jimy Eko Julianto. 1) Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno. 2) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2)

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: Dewi Ratih Rizki Damaiyanti 1*), Nurul Aini, Koesriharti

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN BERBAGAI MULSA ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) VAR.

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH LAMA PENGGUNAAN MULSA DAN PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS POTRE KONENG

PENGARUH PUPUK HIJAU Crotalaria mucronata DAN C. juncea PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) terhadap Pemberian Mulsa dan Berbagai Metode Olah Tanah

THE INFLUENCE OF COVER CROPS UTILIZATION OROK-OROK (CROTALARIA JUNCEA L.) TOWARD WEED CONTROL ON MAIZE (ZEA MAYS L.) IN RAIN SEASON ABSTRAK

PENGARUH JARAK TANAM DAN DEFOLIASI DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: (Print), ISSN: (Online, Vol. 4, No.2: , Oktober 2015

PENGARUH APLIKASI LEGIN DAN PUPUK KOMPOS TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS JERAPAH

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

INFLUENCE THE NUMBER OF PLANTS PER POLYBAG AND COMPOSITION OF PLANT MEDIA ON GROWTH AND YIELD OF CUCUMBER (Cucumis sativus L.) VAR.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

PEMBERIAN MULSA JERAMI PADI DAN PUPUK HIJAU Crotalaria juncea L. PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG VARIETAS KRETEK TAMBIN

PENGARUH MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH TIGA KULTIVAR KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) DI LAHAN PASIR PANTAI

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN KERTAS UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KEDELAI DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH

PENGARUH WAKTU DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

PENGATURAN TEKNIK APLIKASI BERBAGAI SUMBER BAHAN ORGANIK PADA BUDIDAYA MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

SKRIPSI HASIL KACANG TANAH

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BIOAKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI TANPA OLAH TANAH

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

Ulfa Annisa Sutarto* ), Koesriharti dan Nurul Aini

Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) pada Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

THE EFFECT OF VARIOUS DOSAGES OF ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZERS ON PLANT GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata Sturt)

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

PENGARUH PENGGUNAAN RHIZOBIUM DAN PENAMBAHAN MULSA ORGANIK JERAMI PADI PADA TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine max (L) Merril) VARIETAS DETAM 1

KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK CAIR ABA TERHADAP PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea (L.) Merr.

PENGARUH APLIKASI BIOURINE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI THE EFFECT OF BIOURINE APLICATION TO RICE GOWTH AND YIELD

Interaksi Kompos Kotoran Sapi dan Mulsa Jerami Padi terhadap Hasil Kedelai Edamame di Lahan Kering

THE EFFECT OF SOIL CONDITIONER FROM LUMPUR LAPINDO ON THE GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glicyne max L. Merrill)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS APLIKASI MIKORIZA PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata sturt) DI TANAH REGOSOL

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Pengaruh Teknik Dan Dosis Pemberian Pupuk Organik Dari Sludge Bio- Digester Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TAKARAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Arief Fadriansyah

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

Widyana Rahmatika 1 1) Agriculture Faculty of Kadiri Islamic University

USING SOME MULCH ON PRODUCTION OF HYBRID VARIETIES OF BABY CARROT (Daucus carota L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

PENGARUH PEMBERIAN AIR DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK BIOURIN SAPI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis Melalui Penerapan Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian Mulsa pada Lahan Kering

PENGARUH KOMBINASI DUA KULTIVAR DAN JENIS MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT. ( Lycopersicum esculentum Mill ) Dede Mulyati

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada berbagai Dosis Mulsa Alang-alang dan Pengolahan Tanah

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Transkripsi:

116 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Januari 2017: 116-124 ISSN: 2527-8452 PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) THE EFFECT OF TILLAGE SYSTEMS AND ORGANIC MULCH ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max (L.) Merril) Rendy Wahyu Pradoto *), Husni Thamrin Sebayang dan Titin Sumarni Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia *) E-mail: rendy.wahyu61@gmail.com ABSTRAK Kedelai adalah salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia. Tanaman kedelai akan tumbuh dengan baik apabila syarat tumbuhnya terpenuhi dengan melakukan teknik budidaya yang tepat. Oleh karena itu, olah tanah dan mulsa adalah teknik budidaya yang tepat diterapkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman kedelai. Pengaruh yang ditimbulkan akibat olah tanah dan mulsa bergantung pada tingkat olah tanah dan bahan mulsa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh olah tanah dan mulsa organik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, serta mendapatkan kombinasi yang tepat antara olah tanah dan mulsa organik untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil kedelai yang optimal. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Jatikerto, Kabupaten Malang, pada bulan Juni sampai September 2014. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan mulsa organik dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah tanah minimal dan mulsa jerami 6 ton ha -1 dapat meningkatkan secara nyata tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, jumlah polong pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji, hasil biji per hektar. olah tanah minimal dan mulsa jerami 6 ton ha -1 menghasilkan panen lebih besar 2,26 ton ha -1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa olah tanah dan tanpa mulsa dengan peningkatan hasil 96,52 %. Kata kunci: Kedelai, Budidaya, Sistem olah tanah, Mulsa Organik ABSTRACT Soybean is one of the important food commodity in Indonesia. Soybean crop will grow well if the requirements are met with the growth of proper cultivation techniques. Therefore, tillage and mulch is appropriate cultivation techniques applied to support the growth of soybean plants. The influence caused by tillage and mulch tillage depends on the level and mulch material. This research aims to study the influence of tillage and organic mulch in enhancing the growth and yield of soybean crops, as well as getting the right combination of tillage and organic mulch to obtain soybean growth and yield are optimal. Research conducted at the experimental field of the Faculty of Agriculture Jatikerto, Malang, in June until September 2014. The research method is done by using randomized block design (LSD) with 9 treatments and 3 replications of organic mulch. The results showed that the minimum tillage and straw mulching 6 ton ha -1 can significant different with plant height of plants, number of leaves, leaves area, plant growth rate, total dry weight, number of pods/ plant, the weight of pods/ plant, the weight of seed/ plant, the number of seed/ pods, the weight of seed/ plant, harvest/ ha and the 100 weight of seeds. Minimum tillage and straw mulching 6 ton ha -1 resulted in a greater harvest of 2.26

117 Pradoto, dkk, Pengaruh Sistem Olah Tanah. tons ha -1 higher than the no tillage treatment and without mulching with increased yield 96.52%. Keywords: Soybean, Cultivation, Tillage System, Organic Mulch. PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max L.) adalah salah satu komoditas penting di Indonesia sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi (Wiryanta, 2006). Permintaan konsumen terhadap kedelai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar. Hal ini seiring dengan tingginya konsumsi masyarakat terhadap produk yang berasal dari kedelai. Tetapi kendala yang dihadapi kedelai adalah produktifitas kedelai yang tergolong rendah. Kebutuhan kedelai di Indonesia sekitar 1,8 juta ton per tahun. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan total produksi kedelai di Indonesia sedangkan potensi hasil tanaman kedelai semua varietas unggul rata rata sudah tinggi yaitu antara 2,5-3,5 ton ha -1. Menurut Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa total produksi kedelai Indonesia pada tahun 2007 sebesar 776.491 ton dengan produktifitasnya sebesar 1,26 ton ha -1 dan pada taun 2008 mencapai 850.226 ton dengan produktifitasnya sebesar 1,28 ton ha -1 (Martoni, 2007). Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa produktifitas tanaman kedelai di Indonesia masih rendah. Kendala budidaya tanaman kedelai ialah ketersediaan air yang rendah dan kompetisi dengan gulma. Ketersedian air tanah dan kompetisi dengan gulma dipengaruhi oleh tindakan pengolahan tanah secara intensif. Tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar (Rachman et al., 2004), sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah lebih baik dibanding tanpa olah tanah. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan kemantapan agregrat yang menurun sehingga evaporasi tinggi. Olah tanah minimal menghasilkan kualitas tanah yang lebih baik secara fisik maupun biologi (meningkatkan kadar bahan organik tanah, kemantapan agregrat dan infiltrasi) serta hasil tanaman kedelai yang relatif tinggi dibandingkan dengan perlakuan olah tanah intensif (Silawibawa, 2003). Kendala budidaya tanaman kedelai dapat dikendalikan dengan pengolahan tanah dan penggunaan mulsa yang tepat. Pemulsaan adalah salah satu teknik budidaya yang tepat diterapkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman kedelai. Mulsa organik adalah mulsa yang bahannya berasal dari tanaman sisa pertanian. Tujuan pemulsaan antara lain menjaga kelembapan tanah dan suhu tanah yang relatif lebih merata, mencegah timbulnya rumput dan mencegah percikan air dari tanah (Dwiyanti, 2005). Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan permukaan tanah dengan sisa sisa tanaman merupakan hal yang bisa dilakukan. Adanya tanaman penutup tanah seperti mulsa organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah sehingga pengikisan tanah lapisan atas dapat ditekan, disamping itu juga dapat menekan pertumbuhan gulma serta mempertahankan kelembaban tanah (Hamdani, 2009). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang yang terletak pada ketinggian 303 m di atas permukaan laut. Alat yang digunakan antara lain :tugal, sabit, cangkul, meteran, timbangan digital, LAM. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai grobogan, pupuk SP36, KCL, pupuk Urea. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 9 perlakuan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan yang dilakukan adalah M0 = tanpa olah tanah + tanpa mulsa, M1 = tanpa olah tanah + mulsa jerami 6 ton ha -1, M2 = tanpa olah tanah + mulsa sekam 6 ton ha - 1, M3 = olah tanah minimal + tanpa mulsa, M4 = olah tanah minimal + mulsa

118 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 116-124 jerami 6 ton ha -1, M5 = olah tanah minimal + mulsa sekam 6 ton ha -1, M6 = olah tanah maksimal + tanpa mulsa, M7 = olah tanah maksimal + mulsa jerami 6 ton ha -1, M8 = olah tanah maksimal + mulsa sekam 6 ton ha -1. Kegiatan dalam penelitian diawali dengan olah tanah, pembuatan plot berukuran 1,4 x 2,8 meter. Setelah plot selesai dibuat, penanaman dapat dilakukan, pemulsaan dilakukan pada 14 hst. Pemupukan P dan K dilakukan sekaligus, sedang Urea dilakukan 2 kali yaitu awal tanam dan 21 hst. Pemeliharaan meliputi penjarangan, pengairan dan penyiangan. Panen dilakuakan pada umur 75 hst. Pengamatan pertumbuhan dan hasil panen yang dilakukan secara destruktif. Pengamatan pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, luas daun, bobot kering total tanaman dan laju pertumbuhan relatif tanaman. Pengamatan hasil tanaman meluputi jumlah polong isii, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman, bobot 100 biji, hasil biji per hektar. Selain itu juga dilakukan pengamatan pendukung yaitu temperatur tanah, kelembaban tanah. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Pertumbuhan Tanaman Tinggi tanaman Berdasarkan hasil pengamatan pada tinggi tanaman kedelai menunjukkan pengaplikasian sistem olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 berbeda nyata dengan tanpa olah tanah dan tanpa mulsa pada semua pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan data diatas menunjukan bahwa dari semua perlakuan, perlakuan olah tanah minimal+mulsa jerami 6 ton ha -1 memberikan hasil tertinggi dibanding dengan perlakuan lainnya. Damaiyanti et al.,(2013) menyatakan bahwa terjadinya dekomposisi dari bahan mulsa organik dapat mensuplai unsur hara bagi tanaman dan juga kondisi lingkungan serta mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman.pada pengamatan tinggi tanaman menunjukan bahwa dari perlakuan olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 hasilnya tidak berbeda jauh dengan lainnya, begitu juga pada olah tanah minimal + mulsa sekam 6 ton ha -1 (Tabel 1). Jumlah daun Analisis ragam menunjukkan Pengamatan pada jumlah daun pada 15, 30, 45 dan 60 hst terjadi perbedaan nyata pada perlakuan olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 dibandingkan dengan perlakuan tanpa olah tanah + tanpa mulsa. olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 memiliki hasil tertinggi dibanding perlakuan lainnya (Tabel 2) Menurut Kumalasari et al.,(2005), terjadinya dekomposisi dari bahan mulsa organik sehingga mensuplai unsur hara bagi Tabel 1 Rerata Tinggi Tanaman Akibat Kombinasi Sistem Olah Tanah dan Mulsa Organik pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata tinggi tanaman (cm)/umur TOT + Tanpa mulsa 7.47 a 17.73 a 26.73 a 29.33 a TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 7.50 ab 21.83 b 28.80 b 31.97 b TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 7.53 ab 21.43 b 28.90 b 31.40 ab OTM + Tanpa mulsa 7.63 ab 22.30 b 31.30 c 37.20 c OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 7.80 b 24.87 c 35.00 d 41.80 de OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 7.83 b 22.50 b 34.30 d 39.80 d OTS + Tanpa mulsa 7.70 b 26.73 c 32.60 cd 42.90 e OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 7.85 b 26.47 c 33.70 d 41.90 de OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 7.77 b 25.13 c 33.00 cd 41.70 de BNT 5% 0.23 2.23 2.05 2.45 KK 2.73% 5.56% 3.75% 3.76%

119 Pradoto, dkk, Pengaruh Sistem Olah Tanah. Tabel 2 Rerata Jumlah Daun Akibat Kombinasi Olah Tanah dan Mulsa pada Umur Pengamatan Rerata jumlah daun/umur TOT + Tanpa mulsa 3.00 a 4.00 a 6.67 a 8.00 a TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 3.17 ab 4.17 ab 7.33 b 8.35 ab TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 3.17 ab 4.00 a 7.67 bc 8.50 ab OTM + Tanpa mulsa 3.33 ab 4.50 b 7.83 bc 8.75 b OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 3.83 b 5.33 c 9.17 d 10.67 d OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 3.17 ab 5.00 c 9.00 d 9.30 bc OTS + Tanpa mulsa 3.17 ab 4.00 a 8.00 c 8.70 b OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 3.50 b 5.30 c 9.00 d 9.80 c OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 3.33 ab 5.00 c 8.50 cd 8.70 b BNT 5% 0.42 0.42 0.60 0.62 KK 7.30% 5.24% 4.33% 3.97% Tabel 3 Rerata Indeks Luas Daun Akibat Kombinasi Olah Tanah dan Mulsa pada Umur Pengamatan Rerata indeks luas daun/umur TOT + Tanpa mulsa 0.11 a 0.45 a 0.80 a 0.74 a TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 0.14 b 0.56 b 0.87 a 0.75 a TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 0.12 a 0.59 b 0.87 a 0.84 a OTM + Tanpa mulsa 0.19 c 0.66 c 1.04 b 1.08 b OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 0.24 e 0.83 d 1.15 bc 1.28 c OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 0.23 d 0.82 d 1.08 bc 1.16 bc OTS + Tanpa mulsa 0.21 cd 0.68 c 1.05 b 1.13 b OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 0.22 cd 0.85 d 1.20 c 1.27 c OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 0.21 cd 0.80 d 1.14 bc 1.18 bc BNT 5% 0.03 0.07 0.12 0.12 KK 9.03% 5.56% 7.01% 6.44% Tabel 4 Rerata Laju Pertumbuhan Tanaman (g m -2 hari -1 ) Akibat Kombinasi Sistem Olah Tanah dan Mulsa Organik pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata laju pertumbuhan tanaman pada umur 15-30 30-45 45-60 TOT + Tanpa mulsa 5.83 a 4.11 a 6.03 c TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 6.00 a 6.17 c 6.97 d TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 6.44 bc 5.44 b 5.89 bc OTM + Tanpa mulsa 6.72 c 7.22 d 5.17 b OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 6.44 bc 8.11 e 7.00 d OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 6.50 bc 8.00 e 5.97 bc OTS + Tanpa mulsa 6.33 b 7.50 de 3.83 a OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 6.67 c 7.56 de 7.47 d OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 6.78 c 7.39 d 5.72 bc BNT 5% 0.27 0.52 0.81 KK 2.44% 4.42% 7.74%

120 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 116-124 tanaman dan kondisi lingkungan serta mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman. Indeks Luas Daun Hasil pengamatan indeks luas daun menunjukan bahwa pada umur 15 dan 60 hst, luas daun pada perlakuan olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 dan olah tanah minimal + mulsa sekam 6 ton ha -1 an memiliki hasil tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa olah tanah + tanpa mulsa. Namun pada pengamatan 30 dan 45 hst perlakuan olah tanah maksimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 memiliki hasil tertinggi (Tabel 3). Penggunaan mulsa organik memberikan dampak postif bagi pertumbuhan tanaman karena dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban dan mempertahankan ketersediaan air tanah yang digunakan untuk translokasi unsur hara dari akar ke daun (Wiryanta, 2006). Laju Pertumbuhan Tanaman Hasil analisis ragam menunjukan perlakuan pemberian berbagai mulsa organik,pada pengamatan 15-30 hst menunjukan olah tanah minimal + tanpa mulsa berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa olah tanah + tanpa mulsa., olah tanah maksimal + mulsa jerami maupun sekam memiliki nilai tertinggi. Pada pengamatan ke 30-45 hst, olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 dan olah tanah minimal + mulsa sekam 6 ton ha -1 memberikan hasil laju pertumbuhan tanaman lebih tinggi dari perlakuan lainnya dan berbeda nyata dibanding dengan perlakuan kontrol. Pada pengamatan 45-60 hst menunjukkan bahwa perlakuan tanpa olah tanah, olah tanah minimal, olah tanah maksimal yang disertai mulsa jerami memiliki hasil tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa pemulsaan yang telah terdekomposisi pada lahan, akan menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Dwiyanti, 2005). Rerata laju petumbuhan tanaman disajikan pada (Tabel 4). Laju Pertumbuhan Relatif Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa pada pengamatan umur 30-45 hst dan 45-60 hst, olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 memberikan hasil tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada pengamatan 15-30 hst perlakuan olah tanah maksimal + mulsa sekam 6 ton ha -1 memiliki hasil tertinggi berbeda nyata dengan tanpa olah + tanah tanpa mulsa (Tabel 5). Terjadinya dekomposisi dari bahan mulsa organik sehingga mensuplai unsur hara bagi tanaman dan kondisi lingkungan serta mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman (Ainun et al., 2011). Tabel 5 Rerata Laju Pertumbuhan Relatif (g g -1 hari -1 ) Akibat Kombinasi Sistem Olah Tanah dan Mulsa Organik pada Berbagai Umur Pengamatan Rerata laju pertumbuhan relatif pada umur 15-30 30-45 45-60 TOT + Tanpa mulsa 0.233 a 0.164 a 0.241 c TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 0.240 b 0.247 c 0.279 d TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 0.258 c 0.218 b 0.236 bc OTM + Tanpa mulsa 0.269 d 0.289 d 0.207 b OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 0.258 c 0.324 e 0.280 d OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 0.260 cd 0.320 e 0.239 c OTS + Tanpa mulsa 0.253 bc 0.300 de 0.153 a OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 0.267 cd 0.302 de 0.299 d OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 0.271 d 0.296 d 0.229 bc BNT 5% 0.011 0.021 0.032 KK 2.44% 4.42% 7.74%

121 Pradoto, dkk, Pengaruh Sistem Olah Tanah. Tabel 6 Rerata Jumlah Biji/Petak, Bobot Biji/Petak, Bobot 100 Biji, Hasil Biji Ton Ha -1 Akibat Kombinasi Sistem Olah Tanah dan Mulsa Organik Rata-rata Jumlah biji petak -1 Bobot biji (g)/ petak Hasil panen (ton ha -1 ) Bobot 100 biji (g) TOT + Tanpa mulsa 256.32 a 55.36 a 1.15 a 21.23 a TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 296.72 b 67.96 b 1.42 b 23.33 b TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 285.08 b 66.08 b 1.38 b 23.07 b OTM + Tanpa mulsa 330.08 c 86.48 cd 1.80 cd 25.70 c OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 369.68 d 108.36 f 2.26 e 27.37 d OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 352.88 cd 92.20 d 1.92 d 26.27 cd OTS + Tanpa mulsa 337.72 cd 82.84 c 1.73 c 24.90 c OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 357.84 d 101.12 e 2.11 e 27.97 e OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 338.20 cd 87.20 cd 1.82 cd 26.00 c BNT 5% 23.62 7.25 0.15 1.37 KK 4.20% 5.03% 5.03% 3.16% Tabel 7 Rerata Temperatur Tanah ( O C) Akibat Kombinasi Sistem Olah Tanah dan Mulsa Organik pada Berbagai Waktu Pengamatan Rerata temperatur tanah ( o C) pukul 06.00 WIB/umur TOT + Tanpa mulsa 25.07 bc 25.28 b 24.98 25.29 b TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 24.20 a 24.21 a 24.17 24.22 a TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 24.27 a 24.52 a 24.27 24.22 a OTM + Tanpa mulsa 25.23 bc 25.25 ab 24.99 25.18 b OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 24.70 ab 24.68 a 24.65 24.72 ab OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 24.73 ab 24.43 a 24.70 24.42 a OTS + Tanpa mulsa 25.50 c 25.42 b 24.70 25.25 b OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 24.63 ab 24.54 a 24.50 24.64 ab OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 24.83 b 24.67 a 24.70 24.75 ab BNT 5% 0.55 0.54 tn 0.66 KK 1.29% 1.25% 1.90% 1.54% Rerata temperatur tanah ( o C) pukul 14.00 WIB/umur TOT + Tanpa mulsa 26.92 b 26.56 26.51 27.28 b TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 26.07 ab 26.06 26.02 26.99 b TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 26.23 ab 26.23 26.22 26.98 b OTM + Tanpa mulsa 26.37 ab 26.34 26.37 26.62 ab OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 25.95 a 25.92 25.68 26.37 ab OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 26.43 ab 26.2 26.3 26.43 ab OTS + Tanpa mulsa 26.57 b 26.1 26.5 26.48 ab OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 26.13 ab 26.0 26.0 26.27 a OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 26.37 ab 26.3 26.2 26.34 ab BNT 5% 0.51 tn tn 0.65 KK 1.13% 1.16% 1.11% 1.42%

122 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 116-124 Komponen Hasil Tanaman Kedelai Jumlah biji perpetak, bobot biji per petak, bobot 100 biji, hasil panen per hektar Hasil analisis ragam menunjukkan menunjukkan bahwa pemberian olah tanah dan mulsa organik, didapat pada perlakuan olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha - 1 berpengaruh nyata pada jumlah biji per petak, bobot biji per petak, bobot 100 biji, dan hasil panen per hektar terhadap. Hasil analisis ragam menunjukan pada jumlah biji per petak olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 memiliki nilai tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Hasil pengamatan pada panen per hektar menunjukkan bahwa pada setiap olah tanah minimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 dan olah tanah maksimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 memiliki nilai yang tinggi dari perlakuan lainnya (Tabel 6). Penggunaan mulsa organik memberikan hasil yang baik karena selain mensuplai kebutuhan P bagi tanaman, juga dapat mensuplai hara lainnya. Di samping dapat mernpertahankan kelembaban tanah sehingga kebutuhan air bagi tanaman dapat tersedia dibanding tanpa mulsa (Wiryanta, 2006). Hal ini menunjukan ke efektifan dalam pengoptimalan suatu mulsa yang dibandingkan dengan aplikasi mulsa dan tanpa mulsa memiliki hasil yang berbeda nyata. Dimungkinkan karena aplikasi mulsa memberi pengaruh pada kelembapan suhu tanah. Menurut Hamdani (2009) Lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat, sehingga membantu dalam proses pengoptimalan pertumbuhan. Komponen Pengamatan Lingkungan Temperatur dan Kelembaban Tanah Pemberian mulsa organik berfungsi untuk menekan fluktuasi suhu tanah dan menjaga kelembaban tanah. Hal ini dibuktikan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 60 hst suhu tanah pukul 14.00 WIB pada perlakuan sistem olah tanah maksimal + mulsa jerami 6 ton ha -1, menunjukan hasil penurunan suhu 26,27 o C lebih rendah dibandingkan dengan tanpa olah tanah + tanpa mulsa. Selain itu perlakuan mulsa jerami tanpa cacah pada pengamatan kelembapan pukul 06.00, menunjukan lebih baik mempertahankan kelembabannya dengan hasil 40,24% lebih besar dibanding tanpa olah tanah + tanpa mulsa (Tabel 8). Hal ini menjadikan olah tanah maksimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 memiliki hasil suhu terendah dibanding 8 perlakuan lainnya (Tabel 7). Widyasari et al., (2011) menyatakan bahwa pemulsaan berfungsi untuk menekan fluktuasi temperatur tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat mengurangi jumlah pemberian air. Lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat. Penggunaan mulsa organik memberikan hasil yang baik karena selain mensuplai kebutuhan P bagi tanaman, juga dapat mensuplai hara lainnya. Di samping dapat mernpertahankan kelembaban tanah sehingga kebutuhan air bagi tanaman dapat tersedia dibanding tanpa mulsa (Raihan et al.,2001). Penggunaan Macam Mulsa Organik memberikan dampak postif bagi pertumbuhan tanaman karena dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban dan mempertahankan ketersediaan air tanah yang digunakan untuk translokasi unsur hara dari akar ke daun (Wiryanta, 2006). Menurut Mulyatri (2003) bahwa mulsa dapat mengurangi kehilangan air dengan cara memelihara temperatur dan kelembaban tanah. Ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan pada lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat seiiring meningkatnya dosis pemulsaan. Kelembaban tanah dan temperatur tanah yang optimal, akan berpengaruh pada ketersedian air di bawah permukaan tanah. Kondisi seperti ini sangat menguntungkan bagi tanaman, yang berpengaruh pada fase pertumbuhan dan pembentukan buah.

123 Pradoto, dkk, Pengaruh Sistem Olah Tanah. Tabel 8 Rerata Kelembaban Tanah (%) Akibat Kombinasi Sistem Olah Tanah dan Mulsa Organik pada Berbagai Waktu Pengamatan Rerata kelembaban tanah (%) pukul 06.00 WIB/umur TOT + Tanpa mulsa 32.90 a 33.53 a 36.42 a 36.42 a TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 34.58 cd 35.25 b 38.68 c 38.01 b TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 33.66 b 35.96 bc 37.63 b 37.63 ab OTM + Tanpa mulsa 35.05 cd 35.75 b 37.17 ab 37.17 ab OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 36.22 e 37.95 d 40.25 d 40.24 c OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 35.52 de 36.67 c 39.04 cd 39.70 c OTS + Tanpa mulsa 34.40 c 35.28 b 37.59 b 36.93 ab OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 35.98 e 37.42 cd 39.72 d 39.39 c OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 35.25 d 37.15 cd 39.25 cd 38.58 bc BNT 5% 0.69 0.81 0.84 1.33 KK 1.15% 1.29% 1.26% 2.01% Rerata kelembaban tanah (%) pukul 14.00 WIB/umur TOT + Tanpa mulsa 30.43 a 32.86 a 34.66 a 34.40 a TOT + Mulsa jerami 6 ton ha -1 32.25 b 34.58 b 36.26 bc 35.92 b TOT + Mulsa sekam 6 ton ha -1 32.48 bc 34.48 b 36.75 c 35.88 b OTM + Tanpa mulsa 33.55 d 34.55 b 35.54 b 36.21 bc OTM + Mulsa jerami 6 ton ha -1 34.58 e 36.42 c 38.73 e 38.74 c OTM + Mulsa sekam 6 ton ha -1 33.24 cd 36.24 c 37.62 d 37.83 c OTS + Tanpa mulsa 32.92 c 34.92 bc 36.71 c 36.00 b OTS + Mulsa jerami 6 ton ha -1 34.35 e 36.35 c 38.46 e 37.76 c OTS + Mulsa sekam 6 ton ha -1 34.44 e 35.55 c 37.65 d 37.28 bc BNT 5% 0.48 0.90 0.78 1.47 KK 1.85% 1.49% 1.22% 2.31% KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah minimal tanah + mulsa jerami 6 ton ha -1 dan sistem olah tanah maksimal + mulsa jerami 6 ton ha -1 menghasilkan panen berturut-turut sebesar 2,26 ton ha -1 dan 2,11 ton ha -1, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa olah tanah + tanpa mulsa sebesar 1,15 ton ha -1 dengan peningkatan hasil panen berturutturut sebesar 96,52% dan 83,48 %. DAFTAR PUSTAKA Ainun, M., Nurhayati dan Susilawati, D. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Jenis Mulsa Organik Terhada Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L.). J. Floratek. 16 (6):192 201. Damaiyanti D. R. R., N. Aini, dan Koesriharti. 2013. Kajian Penggunaan Macam Mulsa Organik Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.). J. Hortikultura. 1 (2) : 25-32. Dwiyanti, S. 2005. Respon Pengaturan Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dan Jumlah Pemberian Air Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Hijau. J. Floratek.16 (6):192 201. Hamdani, J. S. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di

124 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 116-124 Dataran. Medium.Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bandung. Kumalasari, N. R., L. Abdullah dan S. Jayadi. 2005. Pengaruh Pemberian Mulsa (Chromolaena L.) Kings and Robins Pada Kandungan Mineral P dan N Tanah Latosol Dan Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.). J. Hortikultura. 23 (4):29-36. Martoni, A. 2007. Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami Padi Sebagai Pengendali Gulma Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai ( Glycine max L.). J. Hortikultura. 25 (2): 6-12 Mulyatri. 2003. Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). J. Produksi Tanaman 27(4) : 80-90. Raihan, H., Suadi dan Nurtirtayani. 2001. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap N dan P tersedia tanah serta hasil beberapa varietas jagung di lahan pasang surut sulfat masam. J. Agrivita 23 (1):13-19. Rachman, A., A. Ai dan E. Husen. 2004. Teknologi konservasi tanah pada lahan kering berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. p. 183-204 Silawibawa, I.P., H. Satriawan dan Suwardji. 2003. Pengaruh cara pengolahan tanah terhadap kualitas tanah, populasi gulma dan hasil jagung (Zea mays L.) pada sistem agroforestry lahan kering. Pros. Konf. Nas. 14. HIGI. Bogor. p. 188-195 Wiryanta, B. T. W. 2006. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J. Hortikultura. 16(3):197-201.