STUDI RESIKO KERJA OPERATOR LABORATORIUM PENGUJIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QEC (QUICK EXPOSURE CHECK) (STUDI KASUS PT.

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERBAIKAN MEJA KERJA DENGAN METODE (QEC) DAN ANTROPOMETRI DI PABRIK TAHU SUMEDANG

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

ANALISA RESIKO ERGONOMI KERJA OPERATOR INSPEKSI ERGONOMIC RISK ANALYSIS OF INSPECTION OPERATOR. Benedikta Anna Haulian Siboro 1

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Analisis Resiko Cidera Kerja pada Kegiatan Proses Produksi dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di PT. XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. X merupakan gabungan antara perusahaan swasta nasional dan

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu.

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu

Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 8 ISSN : Pekanbaru, 9 November 2016

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan


Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

Penilaian Postur Kerja di Area Konstruksi CV. Valasindo dengan Metode Quick Exposure Check

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

Rancangan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode Quick Exposure Check (QEC) di Bengkel Sepatu X di Cibaduyut *

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN PIPA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN CUTTING YANG TIDAK ERGONOMIS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA GANGGUAN OTOT PADA OPERATOR.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

Usulan Perbaikan Stasiun Kerja pada PT. Sinar Advertama Servicindo (SAS) Berdasarkan Hasil Evaluasi Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC) *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

SimposiumNasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014

PERANCANGAN FOOTREST UNTUK MENGURANGI KELELAHAN OPERATOR PADA BAGIAN KAKI DI CELL S/A COIL XS156 DI PT.ABC

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Prosiding Teknik Industri ISSN:

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

Transkripsi:

STUDI RESIKO KERJA OPERATOR LABORATORIUM PENGUJIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QEC (QUICK EXPOSURE CHECK) (STUDI KASUS PT. SUCOFINDO BATAM) THE STUDY OF OPERATOR WORK RISK AT WATER TESTING LABORATORY WITH QEC METHOD (QUICK EXPOSURE CHECK) (A CASE STUDY : PT SUCOFINDO BATAM) Benedikta Anna Haulian Siboro 1, Surifto 2 1 2 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam, Indonesia 1 b.anna79@gmail.com, 2 surifto@yahoo.com Abstrak Laboratorium PT Sucofindo Batam memiliki laboratorium pengujian yang berkaitan dengan mutu dalam hubungannya dengan keselamatan, keandalan dan kinerja produk atau kualitas material. Salah satu pengujian yang dilakukan di laboratorium ini adalah pengujian air. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara manual dan berulang ulang dalam posisi berdiri yang dilakukan selama rata-rata 8 jam kerja dengan 1 jam istirahat setelah 4 jam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa fasilitas kerja yang ada di laboratorium pengujian air dengan pendekatan Quick Exposure Check (QEC) di PT.Sucofindo Batam. Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan, wawancara terhadap pekerja, dan kuesioner. Output yang didapat berupa total exposure level dari skor 4 bagian tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keluhan pada bagian punggung, bahu dan leher dikarenakan proses kerja yang membungkuk. Selain itu hasil QEC menunjukkan 50% (61,32%) yang artinya perlu tindakan (action) yang harus diambil yaitu perbaikan fasilitas kerja guna mengurangi keluhan dan kelelahan akibat kerja. Kata Kunci : laboratorium pengujian air, keluhan, kelelahan, QEC Abstract The Laboratory of PT Sucofindo Batam has testing laboratories that related with quality in relation to safety, reliability and product performance or material quality. One of the tests conducted in this laboratory is water testing. This work is done manually and repeatedly in a standing position performed for an average of 8 hours of work with 1 hour of rest after 4 hours of work. The purpose of this research is to analyze existing work facilities in water testing laboratory with Quick Exposure Check (QEC) approach in PT.Sucofindo Batam. Data collection was done by field study, interview to workers, and questionnaire. Output obtained in the form of total exposure level of score of 4 body parts. The results showed that there are complaints on the back, shoulders and neck due to work processes that bend. In addition QEC results show 50% (61.32%) which means need action that must be taken to improve the work facilities to reduce complaints and fatigue due to work. Keywords: water testing laboratory, complaints, fatigue, QEC 226

Benedikta Anna Haulian Siboro dan Surifto; studi Resiko Kerja Operator Laboratorium... PENDAHULUAN Kinerja seorang operator dapat dipengaruhi oleh kondisi dari stasiun kerja tempat operator tersebut melakukan aktivitas kerjanya. Kondisi yang diharapkan dari stasiun kerja ataupun lingkungan kerja yang baik bagi seorang operator tentunya adalah kondisi yang efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien. Pada umumnya seseorang operator yang bekerja dengan pergerakan yang berulang-ulang secara terus menerus, pergerakan postur tubuh yang tidak baik, dan penggunaan sejumlah kekuatan yang diperlukan pada suatu aktivitas secara belebihan dapat mengalami cedera berupa gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder). Pada umumnya seseorang operator yang bekerja dengan pergerakan yang berulangulang secara terus menerus, pergerakan postur tubuh yang tidak baik, dan penggunaan sejumlah kekuatan yang diperlukan pada suatu aktivitas secara belebihan dapat mengalami cedera berupa gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder). Berdasarkan wawancara kepada operator laboratorium pengujian air bahwa operator mengeluh pegal-pegal pada leher dan juga punggung. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan Usulan perbaikan sistem kerja tersebut berdasarkan hasil analisis dari metode Quick Exposure Check (QEC). Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya dan akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi serta mempelajari peralatan atau perangkat buatan (Sholihah & Anward, 2012). Tujuan ergonomi adalah untuk menambah efektivitas penggunaan objek fisik dan fasilitas yang digunakan oleh manusia, dan merawat atau menambah nilai tertentu yang layak misalnya kesehatan, keselamatan, kenyamanan, kepuasan pada proses penggunaan tersebut. Ruang lingkup ergonomi meliputi teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi, antropometri, sosiologi, fisiologi, desain dan lain-lain (Sholihah, 2013) yang cakupan ini termasuk dalam penelitian ergonomi yang dilakukan oleh banyak penelitian (Santoso, Siboro, & Annisa Purbasari, 2014) Dalam aplikasinya, penerapan ergonomi dapat ditemui dalam kehidupan sehari seperti posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja, mengangkat dan lain-lain. Sering kali pada saat beraktivitas ditemukan ketidaksesuaian mesin, alat kerja atau produk dengan penggunannya yang tidak hanya berdampak pada ketidaknyamanan, tetapi juga berdampak pada hal lainnya seperti 227

kerja otot yang berlebihan, produktivitas menurun, resiko kesalahan kerja, keluhan pegal dan ngilu serta kelelahan pada bagian sistem otot-rangka jika penggunaannya dilakukan dalam waktu lama(irdiastadi & Yassierli, 2014). Kelelahan yang berkepanjangan akan mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh antara lain cedera pada sendi, saraf, tendon, otot, ligament, sendi, tulang rawan, tulang cakram belakang dan jaringan neurovaskular atau istilah umumnya disebut dengan gangguan MSDs (Musculoskeletal Disorders). Musculoskeletal Disorders (MSDs) Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir. MSDs terjadi dengan dua cara: 1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang statis; 2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak terduga. Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan punggung. Quick Exposure Check ( QEC) Quick Exposure Check (QEC) merupakan suatu metode untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot di tempat kerja. Metode ini menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher QEC membantu untuk mencegah terjadinya WMSD s seperti gerak repetitive, gaya tekan, postur yang salah, dan durasi kerja (Stanton, Hedge, Brookhuis, Salas, & Hendrick, 2005). Konsep dasar dari metode ini sebenarnya adalah mengetahui seberapa besar exposure score untuk bagian tubuh tertentu dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Exposure score dihitung untuk masing- masing bagian tubuh seperti pada punggung, bahu/lengan atas. Salah satu karakteristik yang penting dalam metode ini adalah penilaian dilakukan oleh peneliti dan pekerja, dimana faktor risiko yang ada dipertimbangkan dan digabungkan dalam implementasi dengan tabel skor yang ada. Implementasi dari QEC tersebut meliputi, worksheet dari pengamat 228

Benedikta Anna Haulian Siboro dan Surifto; studi Resiko Kerja Operator Laboratorium... dan dari operator, data berupa gambar dan video, tabel QEC, kemudian perhitungan Exposure skor. Dari Worksheet yang nantinya sudah diwawancarai dan diisi oleh pengamat dan operator, maka selanjutnya hasil worksheet di konversikan ke tabel exposur yang terdiri dari penilaian, punggung, bahu, pergelangan tangan dan leher. Berikut dibawah tabel exposur skor; Tabel 1. Exposure Score Exposure Score Score Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Punggung (statis) 8-15 16-22 23-29 29-42 Punggung(bergerak) 10-20 21-30 31-40 41-56 Bahu/Lengan 10-20 21-30 31-40 41-56 Pergelangan Tangan 10-20 21-30 31-40 41-46 Leher 4-6 8-10 12-14 16-18 Tabel 1. menunjukkan 4 bagian tubuh yaitu punggung (statis), punggung (bergerak), bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher. Jumlah skor Action level level 1 Tabel 2. Action level Penanganan Kurang dari Nilai tersebut dapat diterima 70 70 88 level 2 Investigasi lebih lanjut 89 123 level 3 Investigasi lebih lanjut dan dilakukan penanganan dalam waktu dekat Lebih dari 123 level 4 Investigasi lebih lanjut dan dilakukan penanganan scepatnya Selanjutnya, dari hasil skor yang telah didapat dari skor penelitian Quick Exposure Checklist (QEC) diatas, maka selanjutnya dapat juga dilakukan penentuan exposure score untuk tubuh yang telah diteliti (Tabel 2). Total skor untuk area tubuh ditentukan dari interaksi antara exposure level untuk faktor sakit di tubuh yang relevan dan faktor faktor lainnya. Faktor faktor tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3 Faktor QEC Punggung Bahu/Lengan Tangan/Pergelanga Leher n Beban berat Beban berat Kekuatan Durasi Durasi Durasi Durasi Postur Frekuensi Berat tugas Frekuensi pergerakan Permintaan visual Pergerakan Postur Frekuensi pergerakan Postur 229

Hasil dari perhitungan tabel exposure score ini kemudian akan digunakan untuk menghitung nilai exposure level menggunakan rumus: E (%) = X Xmax 100 % (1) X = Total skor yang didapat untuk paparan risiko cedera untuk punggung,bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan X max = Total maksimum skor untuk paparan yang mungkin terjadi untuk punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher. Xmax adalah konstan untuk tipe tipe tugas tertentu. Pemberian skor maximum ( Xmax = 162 ) apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri tanpa pengulangan ( repetitive ) yang sering dan penggunaan tenaga/beban yang relatif lebih rendah. Untuk pemberian skor maximum ( Xmax = 178 ) apabila melakukan material handling yaitu mengangkat, mendorong, menarik dan membawa beban. Setelah menghitung exposure level dari rumus Exposur (E), kemudian untuk menentukan tindakan apa yang dilakukan berdasarkan dari hasil perhitungan total exposure score. Tindakan yang harus diambil berdasarkan nilai yang dihasilkan dalam perhitungan exposure level dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4 Action Level QEC Total Exposure Level Action < 40% Aman 40-49% Perlu penelitian lebih lanjut 50-69% Perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan 70 % Dilakukan penelitian dan perubahan secepatnya METODOLOGI Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian berupa stasiun uji laboratorium dengan menggunakan metode Quick Exposure Check (QEC) pada departemen Uji sampel Laboratorium PT.SUCOFINDO yaitu metode suatu metode untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot di tempat kerja. Metode ini menilai gangguan risiko yang terjadi pada bagian belakang punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher. Selain metode QEC, didistribusikan juga kuisioner untuk mengetahui area keluhan dari pekerja laboratorium. PEMBAHASAN 230

Benedikta Anna Haulian Siboro dan Surifto; studi Resiko Kerja Operator Laboratorium... Berikut ini adalah kondisi aktual pekerja pada stasiun pengujian air pada laboratorium: Gambar 1 Proses pengujian air pada laboratorium Berdasarkan gambar aktual posisi berdiri pekerja dengan pungggung membentuk sudut 45º, kaki tidak berdiri tegak dan tangan membentuk sudut 150º, kepala juga menunduk yang mengakibatkan kelelahan pada bagian leher, bahu, pinggang, punggung serta tangan. Hal ini jika dilakukan berulang kali dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja yang berasal dari sikap postur kerja yang tidak ergonomis karena tidak adanya fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja.operator seharusnya bekerja dalam posisi berdiri tegak, dengan lengan atas dalam posisi santai dan dalam posisi vertikal dengan yang dekat dengan meja, dan dengan bawah inklinasi ( dimiringkan sedikit ) dari kedudukan horizontal. Hal ini dapat dicapai jika ketinggian tempat kerja kira kira 5 cm dibawah tinggi siku operator (Nurmianto, 1996). Dalam menentukan posisi tubuh dalam bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang diilakukan. Menurut Iriastadi dan Yassierli (2014) stasiun kerja yang mengharuskan operator berdiri tidak begitu disukai, tetapi seirng kali diperlukan.terutama untuk pekerjaan dengan kondisi sebagai berikut: a. Pekerjaan membutuhkan penanganan barang/material yang sering, apalagi jika materialnya berat b. Pekerjaan membutuhkan aktivitas menjangkau c. Pekerjaan membutuhkan mobilitas yang cukup tinggi, misalnya berpindah di sekitar stasiun kerja.

Gambar 2 Posisi kerja berdiri Dalam perancangan meja kerja dengan prinsip stasiun kerja berdiri, dimensi dimensi kritis pada gambar 2 perlu diperhatikan meliputi : tinggi siku berdiri, jangkauan tangan, rentangtangan. Menurut Pulat dan Clark (Tarwaka, 2011) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan posisi berdiri yaitu : a. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut b. Harus memegang obyek yang berat ( lebih dari 4,5 kg ) c. Sering menjangkau keatas kebawah dan kesamping d. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan kebawah e. Diperlukan mobilitas yang tinggi Berdasarkan hasil wawancara oleh 3 orang operator yaitu ketidaknyamanan bekerja yang dirasakan oleh operator berupa keluhan nyeri pada tangan, punggung, leher dan bahu, ketidaknyamanan fasilitas kerja meja kerja yang kurang tinggi dan diperlukan perbaikan secepatnya dan perlunya merancang meja dengan prinsip kerja berdiri. Gambar 3 Grafik keluhan operator laboratorium pengujian Air Pada Grafik dan tabel diatas, keluhan pada postur kerja yang membungkuk memiliki nilai persentase dan grafik yang sama adalah pada bagian punggung, bahu/ lengan dan leher 27% sedangkan pergelangan tangan hanya 18%. 232

Benedikta Anna Haulian Siboro dan Surifto; studi Resiko Kerja Operator Laboratorium... Sikap dan Postur Tubuh dari Hasil QEC Berdasarkan pengamatan dan hasil kuesioner dan wawancara,didapat dari 3 orang mengalami keluhan pada 4 bagian tubuh dan otot, maka didapatkan persentase resiko gangguan otot pada proses ini adalah sebagai berikut : Gambar 4. Grafik Persentase skor QEC Grafik diatas menjelaskan bahwa untuk skor lengan/bahu 30%, punggung 27%, pergelangan tangan 25% dan leher 18% berada pada level very high. Hal ini berkaitan dengan posisi membungkuk yang berulang ulang. Cara seperti itu sangatlah beresiko cidera kerja yang cukup tinggi. Selanjutnya, nilai Exposure level berdasarkan nilai X max, Xmax adalah konstan untuk tipe tipe tugas tertentu. Pemberian skor maximum ( Xmax = 162 ) apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri tanpa pengulangan ( repetitive ) yang sering dan penggunaan tenaga/beban yang relatif lebih rendah. Untuk pemberian skor maximum ( Xmax = 178 ) apabila melakukan material handling yaitu mengangkat, mendorong, menarik dan membawa beban. Tabel 5 Perhitungan Persentase Exposure check Dari hasil tersebut terlihat bahwa semua operator pengujian air memiliki hasil Exposure score 50% yaitu perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan dapat saja berupa perbaikan fasilitas kerja (meja kerja) sehingga dapat mengurangi kelelahan dan keluhan akibat kerja.

KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini, bahwa dapat disimpulkan bahwa fasilitas kerja yang digunakan tidak sesuai postur tubuh operator sehingga mengakibatkan kelelahan dan keluhan pada area punggung, bahu dan leher. Hal ini diperkuat juga dengan hasil QEC yang menunjukkan nilai QEC 50% (rata-rata 61,32%) yang artinya perlu dilakukan penelitian dan perbaikan guna mengurangi keluhan akibat kerja. DAFTAR PUSTAKA Irdiastadi, H., & Yassierli. (2014). Irdiastadi_Yassierli_Ergonomi Suatu Pengantar.pdf. (Nia, Ed.). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurmianto, E. (1996). Nurmianto_Konsep Dasar dan Aplikasinya.pdf. (I. K. Gunarta, Ed.). Jakarta: PT.Candimas Metropole. Santoso, A., Siboro, B. A. H., & Annisa Purbasari. (2014). Memenuhi Standar Pengukuran. Profisiensi, 2(2), 81 91. Retrieved from http://journal.unrika.ac.id/index.php/jurnalprofisiensi/article/view/317/293 Sholihah, Q. (2013). Sholihah_Ergonomi dan Keselamatan Kerja.pdf. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (Aup). Sholihah, Q., & Anward, H. H. (2012). Sholihah_Anward-Ergonomika dan Faktor Manusia.pdf. Yogyakarta: Nusa Media. Stanton, N., Hedge, A., Brookhuis, K., Salas, E., & Hendrick, H. (2005). Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. London: CRC Press. https://doi.org/10.1201/9780203489925 Tarwaka. (2011). Tarwaka_Ergonomi Industri.pdf. Surakarta: Harapan Press. 234