BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada


BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

19 Oktober Ema Umilia

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

AKTIFITAS ILLEGAL DI DALAM KAWASAN HUTAN. Penebangan Liar Pencurian Kayu Perambahan Hutan Perladangan Liar Pengembalaan Liar

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB 5 RTRW KABUPATEN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi kawasan konservasi ternyata tidak dengan otomatis berarti habitat dan keanekaragaman yang berada di kawasan tersebut terlindungi dengan baik. Kawasan-kawasan konservasi di seluruh Indonesia mempunyai masalah konservasi yang mengancam kelestariannya. Salah satu ancaman terhadap kawasan konservasi berasal dari kegiatan masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup seperti bahan makanan, pakaian dan bahan bangunan yang diambil dari dalam kawasan. Selain itu sebagian masyarakat juga melakukan aktifitas perladangan berpindah, kegiatan pariwisata dan bahkan bermukim di kawasan konservasisehingga menyebabkan tekanan terhadap kawasan tersebut. Berbagai aktifitas sosial kemasyarakatan yang berkembang di wilayah ini seperti kepariwisataan, perdagangan, transportasi dan kegiatan ekonomi lainnya termasuk kegiatan penambangan galian C, kegiatan pengambilan hasil hutan dan kegiatan pertanian yang membuka tutupan vegetasi pada lahan dengan tingkat kemiringan tinggi oleh warga di sekitar kawasan cagar alam yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak terkontrol dan diawasi dengan baik akan menjadi persoalan yang pelik di kemudian hari. Menurut hasil survey lapangan yang dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2011, terdapat 6(enam) spot kerusakan di Cagar Alam Lembah Anai yang sebagian besar terdapat di Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam yakni pada kawasan Anai Resort.Konflik kepentingan antara masyarakat dan kawasan konservasi menjadi tidak terhindarkan, kedua belahpihak merasa memiliki alasan yang kuat untuk mempertahankan kepentingannya di kawasan tersebut. Pendekatan penegakan hukum untuk melindungi kawasan konservasi dari masyarakat yang hidup di sekitarnya sulit mencapai keberhasilan. Sebaliknya,

2 membiarkan masyarakat untuk terus beraktifitas di dalam kawasan konservasi dan memanen hasil alam secara tidak terkendali dari kawasan akan secara langsung akan berakibat buruk bagi kelestarian kawasan dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti. Secara harfiah konservasi merupakan pelestarian atau perlindungan, sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Istilah hutan konservasi merujuk pada kawasan hutan yang diproteksi atau yang dilindungi, perlindungan itu sendiri dimaksudkan untuk melestarikan hutan dan kehidupan di dalamnya agar dapat menjalankan fungsi secara maksimal. Termasuk dalam pengertian di atas adalah Kawasan Konservasi Lembah Anai sebagai salah satu kawasan hutan yang dilindungi melalui Keputusan Gouvernment Besluit (G.B.) Nomor 25 Staatblat 756 Tahun 1922 yang terdiri dari kawasan cagar alam dan kawasan taman wisata alam.lebih lanjut disebutkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 salah satu klasifikasi kawasan konservasi adalah kawasan suaka alam yang didalamnya mencakup kawasan cagar alam, dan kawasan pelestarian alam yang di dalamnya mencakup kawasan taman wisata alam. Peruntukan kawasan cagar alam adalah untuk melindungi tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang khas agar dapat berkembang secara alami. Dalam cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, penelitian, pendidikan serta kegiatan lain yang menunjang budidaya, sedangkan di

3 taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,budaya dan wisata alam. Untuk kegiatan kepariwisataan,pemerintah mengeluarkan izin kegiatan dengan dengan megikutsertakan masyarakat dengan memenuhi kegiatan tertentu dan tidak mengurangi fungsi kawasan. Meskipun banyak aturan yang harus dipatuhi dalam hal pemanfaatan kawasan konservasi, bukan berarti tidak boleh melakukan kegiatan di cagar alam, tetapi dalam pemanfaatannya harus mantaati peraturan perundangan yang telah ditetapkan dan pemanfaanfaatanya harus sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan, harus mempertimbangkan pengelolaan sumber daya alam dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilaksanakan sedemikian rupa dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang. B. Masalah Penelitian Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang perlu dijaga kelestariannya baik sebagai penghasil oksigen untuk kehidupan makhluk hidup maupun sebagai habitat bagi makhluk hidup yang menghuninya. namun yang terjadi sampai saat ini masih maraknya pembalakan liar yang dikenal dengan illegal logging sehingga menghancurkan kawasan hutan dengan keaneka ragaman hayati yang ada di dalamnya. Kerusakan lingkungan akibat kegiatan ilegal logging dan perambahan hutan di kawasan Lembah Anai merupakan salah satu kegiatan masyarakat yang mengancam eksistensi kawasan ini sebagai kawasan konservasi. kerusakan lingkungan tidak saja akibat dari kegiatan illegal logging tetapi juga pembukaan lahan pertanian. Pembukaan lahan ini sebagian besar ditemukan di Kenagarian Singgalang dan Kecamatan 2x11 Kayu Tanam (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Prov. Sumbar, 2011). Akibat dari pembukaan hutan ini akan memicu pengikisan permukaan tanah sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan banjir bandang di kawasan Lembah Anai. Topografi kawasan Lembah Anai yang bergelombang dan sebagian besar curam dengan struktur tanah yang labil sangat rentan terhadap bahaya gerakan tanah atau bahaya longsor. Salah satu kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya

4 longsor baik di tebing maupun di sungai adalah penambangan bahan galian C baik berupa batu sungai dan kerikil maupun batu tebing. Penambangan bahan galian C di kawasan ini berupa penambangan batu sungai dan kerikil yang terjadi di aliran Sungai Batang Anai, sedangkan penambangan batu sungai dan kerikil terdapat di sisi tebing sepanjang jalan negara Padang-Bukittinggi yang berada dikawasan Lembah Anai. Tingginya aktifitas ekonomi di kawasan Lembah Anai membuat semakin tingginya tekanan terhadap eksistensi kawasan konservasi Lembah Anai. Peningkatan akifitas tersebut dibarengi dengan alih fungsi lahan untuk pembangunan fisik secara liar di kawasan Lembah Anai. Pengalihan fungsi lahan menjadi bangunan diantaranya adalah adanya kios-kios makanan (food stall), water park, warung makan, mushala dan bahkan ada dibangun bengkel. Selain alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, kegiatan ini juga menimbulkan permasalahan dalam hal pembuangan sampah, pencemaran air sungai akibat sampah merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat yang menjadikan Batang Anai sebagai sumber air. Aktifitas masyarakat yang tidak terkendali di dalam Kawasan Konservasi Lembah Anai tersebut memberikan tekanan secara langsung terhadap kawasan yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kawasan konservasi tersebut. Terus berjalannya aktifitas masyarakat di dalam Kawasan Konservasi Lembah Anai dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai keberlanjutan kawasan konservasi yang belum tumbuh dalam diri masyarakat yang berada di sekitar kawasan.permasalahan yang mengancam keberlanjutan kawasan konservasi sangat kompleks dan melibatkan masyarakat sehingga lembaga pemerintah maupun non pemerintah belum mampu berbuat banyak dalam mengatasi masalah ini. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai keberlanjutan kawasan konservasi belum tumbuh dalam diri masyarakat yang berada di sekitar kawasan, kesadaran bahwa kawasan konservasi dibutuhkan tidak hanya pada saat sekarang tapi juga untuk masa depan belum menjadi salah satu nilai kehidupan masyarakat. Nilainilai keberlanjutan kawasan mutlak dibutuhkan pada setiap individu masyarakat

5 agar kesadaran untuk menjaga kelestarian kawasan ada setiap saat bukan hanya ketika ada peraturan yang mengatur serta aparat penegak hukum yang mengawasi. Perilaku masyarakat dalam beraktifitas dalam kawasan konservasi dipengaruhi oleh persepsinya terhadap kawasan itu sendiri, apakah masyarakat mengetahui tentang pentingnya keberlanjutan kawasan konservasi yang notabene sangat diperlukan dari masa ke masa. Dengan mengetahui persepsi masyarakat maka akan membantu perencanaan, penataan dan pengelolaan kawasan kedepan termasuk peningkatan pemahaman masyarakat terhadap kawasan konservasi. Menurut Sumardi, dkk. (1997) bahwa persepsi seseorang terhadap lingkungan sangat berpengaruh pada model integrasinya, sehingga akan menimbulkan sikap menolak, bekerja sama dan atau mengurus lingkungan, misalnya jika sebuah kawasan lindung dipandang sebagai penghalang, masyarakat dapat menggagalkan langkah-langkah pelestarian. Namun jika pelestarian dipahami sebagai suatu yang bermanfaat maka masyarakat akan ikut bekerja sama dalam melindungi kawasan. Kegiatan-kegiatan yang ada pada kawasan tersebut, apabila tidak terkontrol dan diawasi dengan baik akan menjadi bumerang dan berpotensi menimbulkan persoalan yang pelik dikemudian hari untuk menyelesaikannya. untuk menjaga potensi kekayaan alam di kawasan ini dari ancaman kerusakan akibat aktivitas yang melampaui daya tampung dan daya dukung lingkungan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat di sekitar cagar alam tentang kawasan konservasi sehingga kebijakan yang dilaksanakan nantinya sesuai di lapangan. Berdasarkan hal tersebut pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan kawasan? 2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan kawasan menurut ciri sosial-ekonomi masyarakat di kawasan Lembah Anai? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan kawasan. 2. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan kawasan menurut ciri sosial-ekonomi masyarakat di kawasan Lembah Anai.

6 D. Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan persepsi terhadap keberlanjutan kawasan antara masyarakat yang mempunyai ciri sosial-ekonomi yang berbeda. E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat di Kawasan KonservasiLembah Anai terhadap keberlanjutankawasan sehingga mempengaruhi keberlanjutankawasan Konservasi Lembah Anai. 2. Memberikan kontribusi pemikiran peningkatan peran pemerintah dalam pengambilan kebijakan dalam pengelolaan Kawasan KonservasiLembah Anai.