BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia dini diharapkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Deteksi dini diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang sesuai usianya. Kemampuan deteksi dini karenanya diperlukan oleh pendidik. Hasil deteksi dinitumbuh kembang seorang anak menjadi dasar untuk memberikan stimulasi dan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Stimulasi dan intervensi tersebut dituangkan ke dalam program-program kegiatan yang sesuai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, deteksi dini pada aspek kognitif dilakukan untuk melihat hambatan yang berhubungan dengan aspek kematangan proses berpikir (kurikulum 2013). Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini yang ada di jalur pendidikan sekolah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman 1
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum. Dimensi pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2014/2015 memenuhi kedua dimensi tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang dengan optimal apabila distimulasi atau diberi rangsangan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yanng dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pada masa keemasan atau golden age anak memiliki kemapuan belajar luar biasa, keinginan anak untuk belajar menjadikan anak aktif dan eksploratif. Anak dalam mengembangkan pengetahuannya belajar seraya bermain. Bagi anak bermain adalah kegiatan yang serius namun mengasyikkan. Melalui aktivitas bermain, anak akan mencoba berkreasi tentang segala hal yang dapat mengembangkan kemampuan berimajinasi dan bereksplorasinya. 2
Vygotsky (dalam Mutiah, 2010) mengungkapkan bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak. Menurut Piaget, pada usia 5-6 tahun merupakan pada tahap praoperasional (dalam Mutiah, 2010), dimana ketika anak belajar sambil bermain harus menggunakan alat yang menarik. Piaget (dalam Santrock, 2007) mengatakan pada tahapan praoperasional permainan yang digunakan adalah permainan symbolic, yang artinya mereka belajar mentransformasi objek menganggap satu objek sebagai objek lain dan berlakon seolah-olah mereka sedang bermain dengan objek lain tersebut, misalnya : kegiatan bermain anak bermain piring makan, anak menganggap piring makan sebagai UFO. Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya permasalahan pada anak kelompok B yang ada di RA Mluweh, dari 10 anak yang tercatat sebanyak 4 anak yang masih belum bisa menyebutkan nama bentuk dengan benar dan 6 anak sudah bisa menyebutkan nama-nama geometri. Ada anak yang masih dibantu oleh pendidik untuk menyebutkan nama benda dan nama bentuk. Dan anak yang lain cepat menyebutkan nama bentuk dan nama benda dengan cepat dan benardan sesuai dengan harapan dari pendidik.secara detail dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Dari 10 anak yang tercatat sebanyak 6 anak yang sudah bisa menyebutkan nama bentuk geometri, 2. menyebutkan nama benda dan mencocokan bentuk ke pola yang sama dengan cepat dan benar dengan sesuai harapan pendidik. 3
3. 1 Anak belum mampu mencocokkan bentuk ke pola yang sama dan menyebutkan nama bentuk geometri tetapi sudah bisa menyebutkan nama benda. 4. 1 Anak belum mampu mencocokkan bentuk ke pola yang sama tetapi sudah bisa menyebutkan nama bentuk geometri dan menyebutkan nama benda dengan bantuan dari pendidik. 5. 2 Anak belum mampu menyebutkan nama bentuk geometri, menyebutkan nama benda dan mencocokkan bentuk ke pola yang sama. Masih rendahnya kemampuan anak dalam kegiatan belajar dengan menggunakan alat permainan yang baru disebabkan oleh kurangnya guru memberikan dorongan motivasi pada saat anak belajar dengan menggunakan APE dan anak dilepas begitu saja tanpa diberi contoh nama benda seperti apa dan nama bentuknya apa dengan secara benar sesuai bentuknya seperti apa, guru jarang memberikan kegiatan belajar menggunakan lempar dadu geometri kepada anak misalnya dalam satu minggu diberikan hanya 1 kali. Karena dengan menggunakan alat belajar melalui permainan dadu geometri dapat mengenalkan pada anak bahwa bentuk geometri menggunakan dadu dapat diolah menjadi bahan baru dan dimanfaatkan sebagai alat belajar seperti tempat buku, atap rumah dan sebagainya. Selain itu juga melatih anak untuk menciptakan ramah lingkungan, mengurangi sampah atau pencemaran, dan mendidik anak untuk hidup hemat. Melalui kegiatan belajar dengan menggunakan lempar dadu 4
geometri diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan didalam kegiatan belajar mengajar yang ada di RA Mluweh pada kelompok B Ungaran Timur, di dalam pembelajaran peneliti menggunakan metode bermain. Media atau sumber belajar yang menarik sangat membantu anak untuk memahami geometri. Untuk membantu kelancaran belajar pengenalan nama bentuk geometri sangat diperlukan penunjang media untuk memberikan pengalaman yang berarti dan membentuk pemahaman anak. Salah satu media yang digunakan PAUD adalah Alat Permainan Edukatif. APE (Dewi, 2012) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, baik yang berasal dari lingkungan sekitar (alam) maupun yang sudah dibuat (dibeli). Berdasarkan permasalahan ini, peneliti merasa sangat perlu adanya perbaikan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dadu geometri dengan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan dunia anak. Peneliti menggunakan metode bermain dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut peneliti, salah satu permainan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam pemahaman geometri dengan permainan dadu geometri. Adapun alasan penulis memilih permainan dadu geometri adalah permainan yang didesain sedemikian rupa dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenal bentuk geometri. 5
Permainan dadu geometri adalah permainan yang dapat dilakukan secara bergantian yang mana pada dadu geometri diberi lambang gambar-gambar geometri (segitiga, persegi, bintang, hati dan persegi panjang). Permainan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri pada anak RA B Mluweh. Dalam permainan dadu geomeri ini anak harus melemparkan dadu yang terbuat dari kardus yang bertempel gambar geometri. Pada dadu yang terlempar kemudian anak menyebutkan nama bentuk geometri yang tertera pada dadu geometri tersebut. Dalam proses pembelajaran ini diharapkan bisa membantu anak dalam proses pembelajaran ini diharapakan bisa membantu anak dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, serta tidak membuat anak merasa bosan. Nursanti (2014) Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Bermain Mencipta Bidang Dari Kepingan Geometri Pada Kelompok B Tk IT Permata Bunda Mranggen Demak Tahun Ajaran 2014/2015, hasilnya menunjukan bahwa ada pengaruh kepingan geometri terhadap kreativitas anak. Rustiyanti (2014) dengan penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Dakon Geometri Pada Anak Kelompok A Di TK Arum Puspita Triharjo Pandak Bantul, hasilnya menunjukan bahwa ada peningkatan kemampuan anak mengenal bentuk geometri dari kondisi awal ke siklus I-II. 6
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti hendak melakukan penelitian pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Dadu Geometri Pada Siswa Kelompok B Anak Raudhatul Athfal Mluweh Ds. Mluweh Kec. UngaranTimur Kab. Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.2 Rumusan Masalah Apakah dengan permainan dadu geometri dapat meningkatkan kemampuan pengenalan bentuk-bentuk geometri pada siswa RA Mluweh pada kelompok B Ungaran Timur Tahun Pelajaran 2015/2016?. 1.3 TujuanPenelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkankemampuan mengenal bentuk geometri melalui permainan dadu geometri Pada anak RA Mluweh Kelompok B ungarantimur tahunpelajaran 2015/2016. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Dapat digunakan bagi para peneliti lain sebagai pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai upaya meningkatkan kognitif anak dengan menggunakan permainan dadu geometri. 7
2. Bagi ilmu pengetahuan, memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang progresif dan inovatif khususnya berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Manfaatbagi guru a. Meningkatkan ketrampilan dalam memilih metode dan pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran, sehingga mampu memberikan layanan terbaik bagi anak b. Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran. 2. Bagi anak didik: a. Meningkatkan motivasi dan semangat belajar anak melalui kegiatan belajar menggunakan permainan dadu geometri. 8