BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

BAB 5. MULTIVIBRATOR

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

8 pin DIP 14 pin DIP

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA

BAB III PERANCANGAN ALAT

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

Elektronika. Pertemuan 8

OPERATIONAL AMPLIFIERS

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

LOGO RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI DAN PENANGGULANGAN KEBOCORAN GAS LPG BERBASIS SENSOR TGS2610

Gambar 2.1. simbol op amp

BAB III PERANCANGAN ALAT

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER )

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51.

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

dan sensor warna sebagai masukan atau inpu, dan keluaran atau ou^u, ya 8 berupa respon dari Valve. Blok diagram sistem dapa, diliha, pada Gambar 3.

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Penguat Inverting dan Non Inverting

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN RANGKAIAN CHARGER TELEPON SELULER DENGAN SUMBER CATUAN HANDSET LAIN ABSTRAKSI

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

PENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II Transistor Bipolar

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Ultrasonik Frekuensi sendiri merupakan identitas sebuah suara, dimana frekuensi adaiah jumlah geiombang yang terjadi pada 1 satuan wak.u. Jarak antara gelombang satu dengan gelombang lainnya inilah yang disebu, dengan panjang gelombang. Jadi frekuensi akan lebih rendah, bila panjang gelombangnya besar. Frekuensi ini diukur dalam satuan hertz dan disingkat Hz. Telinga manusia masih mampu mendeteksi suara mulai dari frekuensi 20 Hz hingga 20.000 Hz atau 20 khz. Gelombang suara yang frekuensinya dibawah 20 Hz disebu. dengan subsonic. Dinamakan demikian karena frekuensi ini berada di bawah ambang batas pendengaran manusia. Tempi walau ki«a tidak bisa mendengar suara subsonic, kita masih bis* merasakan beberapa bagiannya, karena frekuensi ini bisa menyebabkan getaran atau vibrasi. Sedangkan gelombang suara yang frekuensinya di atas 20 khz disebu, uurasonic. Disebut demikian karena frekuensi ini berada di atas ambang batas pendeugaran telinga, dan telinga manusia umumnya tidak bisa mendeteksi frekuensi-frekuensi di atas ambang batas ini. Suara yang muncul di frekuensi ini adalah suara yang ekstra nyaring, maka tidak heran ketika masuk ke telinga, telinga merasakan frekuensi ini sebagai sebuah tekanan.

'-)./ AL..MIN.M / 1 k+ H- <l -+- 1 / V - i\-"^;:i-!een Gambar 2.1 Dimensi Sensor Ultrasonik Sensor Ultrasonik yang digunakan yaitu sensor ultrasonik 400ST160 dan 400SR160, dimana merupakan dua buah sensor yaitu transmitter ultrasonic dan receiver ultrasonic. Sensor ini bekerja pada frekuensi 40 khz (sesuai data sheet ultrasonic transducer). Dengan diameter 16,2 mm, sensor ini mempunyai sensitifitas tinggi. Sensor ini dapat bekerja dengan tegangan masukan maksimum 12 Volt. Pada sistem ini menggunakan tegangan masukan 9Volt. 2.2 Multivibrator Astabil Multivibrator ada dua macam, yaitu multivibrator stabil dan tak stabil. Pada rangkaian multivibrator tak stabil, keluarannya selalu berubah, dengan kata lain outputnya dalam kondisi yang tidak stabil. Multivibrator yang digunakan adalah IC NE555, Alasan digunakannya IC NE555 karena selain harganya murah, juga mudah didapatkan. Beberapa kemampuan IC NE555 ini antara lain: a. Stabil dalam perubahan temperatur

.. b. Dapat menghasilkan arus 200 ma c. Siklus kerja dapat diatur. Rangkaian IC NE555 ini dikemas dalam bentuk DIP (Dual in Line Package) 8pin. Secara garis besar mempunyai 4komponen internal yaitu: a. Output drive b. Pengosongan transistor c. Pembanding (komparator) d. Flip-flop pengendali GND 1 8 v+ Trigger 2 7 Discharge Output 3 6 ]Threshold Reset u j Control Voltage Gambar 2.2 Konfigurasi Pin IC NE555. Fungsi masing-masing pin dalam IC NE555 adalah: Pin 1 Pin 2 : GND (Pentanahan) : Sebagai pemicu (trigger) Pin 3 : Output (keluaran) Pin 4 :Sebagai reset (jika pin ini tidak difungsikan maka dihubungkan ke GND Pin 5 :Mengendalikan tingkat keluaran tegangan picu dengan tegangan ambang, memodulasi bentuk gelombang keluaran, melewatkan gangguan riak

tegangan yang mungkin muncul dari catu daya bila dihubungkan dengan kapasitor ke GND Pin 6 : Terminal ambang Pin 7 : Sebagai pengosongan muatan yang dihasilkan selama proses (digunakan sebagai operasi untuk saklar transistor) Pin 8 : Sebagaicatu daya(vcc) r s THRESH - * R COHTRCL VO_TA'3E 5 6 -r>- - COMPARA-^ -> I R > t" < O S- CHARGE 7 :. I 1 ~"~-J "f*- 1 OUTPJ* STAGE >- CCMPAR*TC=J "-C- 2 FLP FLOP A 3 * 1 OUTPU- I3ND TR I3G>E=*. RESET 4. Gambar 2.3 Blok Diagram NE555 Rangkaian astable dibuat dengan mengubah susunan resistor dan kapasitor luar pada IC 555 seperti gambar 2.4 berikut. Ada dua buah resistor Ra dan Rb serta satu kapasitor eksternal C yang diperlukan.

reset tl t2 output Gambar 2.4 Rangkaian Multivibrator Astabil Prinsipnya rangkaian astable dibuat agar memicu dirinya sendiri berulangulang sehingga rangkaian ini dapat menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya. Pada saat power supply rangkaian ini di hidupkan, kapasitor Cmulai terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat tegangan ini tercapai, dapat dimengerti komparator Adari IC 555 mulai bekerja mereset flipflop dan seterusnya membuat transistor Ql ON. Ketika transisor ON, resistor Rb seolah dihubung singkat ke ground sehingga kapasitor Cmembuang muatannya (discharging) melalui resistor Rb. Pada saat ini keluaran pin 3menjadi 0(GND). Ketika discharging, tegangan pada pin 2terus turun sampai mencapai 1/3 VCC.

Ketika tegangan ini tercapai, bisa dipahami giliran komparator Byang bekerja dan kembali memicu transistor Ql menjadi OFF. Ini menyebabkan keluaran pin 3 kembali menjadi high (VCC). Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin3. Terlihat di sini sinyal pemicu (trigger) kedua komparator tersebut bekerja bergantian pada tegangan antara 1/3 VCC dan 2/3 VCC. Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa dan periode osilasi yang dihasilkan. Dari gambar 2.4. waktu pengisian dan pengosongan kapasitor dapat diperoleh: t, =In (2) (Ra+Rb) C =0.693 (Ra+Rb)C C2-1) t2 =ln(2)rbc =0.693RbC <2-2) dengan, ti: waktu pengisian kapasitor t2: waktu pengosongan kapasitor * Sumber: ElectronicLab.com. IC Timer 555. 14 april 2007 [http://www.electroniclab.com] Periode osilator dapat diketahui dengan menghitung T=t, +12. Persentasi duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan dihitung dari rumus t,/t. Jadi jika diinginkan duty cycle osilator sebesar (mendekati) 50%, maka dapat digunakan resistor Ra yang relatifjauh lebih kecil dari resistor Rb.

10 2.3 Operating Amplifier lstilah "penguat operasional" atau op-amp awalnya dikenal dalam bidang elektronika analog biasanya digunakan untuk operasi-operasi aritmatik seperti penjumlahan, integrasi dan Iain-lain. Op-amp sebenarnya merupakan sebuah penguat tegangan DC difrensial yang memiliki karakteristik ideal sebagai berikut: a. Lebar pita yang tak berhingga (infinite bandwidth) b. Impedansi masukan yang tak-berhingga (infinite input impedance) c. Impedansi keluaran sama dengan nol (zero out put impedance). -V<c Input 6 Output 4 -Vcc Gambar 2.5 Simbol Op-Amp Op-amp memiliki dua masukan, yaitu masukan non-inversi atau masukan positif (+) serta masukan inversi atau masukan negatif (-). Perbedaan antara kedua masukan pada IC op-amp tersebut adalah sebagai berikut: a. Jika sinyal melalui masukan non-inversi atau positif (+) maka keluarannya sefase (in phase) dengan masukannya. Jika masukannya positif begitu juga dengan keluarannya.

11 b. Jika sinyal melalui masukan inverse atau negatif (-) maka keluarannya berbeda fase 180 (out of phase by 180'7) atau setengah siklus. Jika sinyalnya positif maka keluarannya menjadi negatif. 2.4 Komparator Komparator adalah suatu penguat operatif yang digunakan untuk membandingkan dua tegangan masukan yaitu V, dan V2 sesuai dengan kebutuhannya. Komparator mempunyai prinsip kerja membandingkan tegangan, apabila tegangan yang masuk pada kaki inverting lebih besar daripada tegangan yang masuk pada kaki non inverting maka keluaran dari komparator akan bernilai rendah, sedangkan apabila tegangan yang masuk pada kaki non inverting lebih besar dari pada tegangan yang masuk pada kaki inverting maka keluran dari komparator akan bernilai tinggi. Jika komparator disusun seperti gambar 2.6 maka tegangan keluaran dari komparator dapat diatur dengan mengatur tegangan referensinya, selama tegangan referensinya lebih besar daripada tegangan masukannya maka keluaran komparator akan berlogika 1, atau sama dengan Vcc. +Vcc VAh._ +VCC, ^/y/^ Vonrt R1 / R2 Tftref Gambar 2.6 Rangkaian Komparator

12 2.5 Penguat Darlington Dalam praktek biasanya untuk memperoleh suatu penguatan yang cukup besar, dapat dilakukan dengan menggandeng beberapa penguat atau biasa dikenal dengan penguat bertingkat. Untuk menjaga agar tegangan panjar (bias) pada suatu tahap tidak terganggu oleh tahap sebelum dan berikutnya, maka antara penguatpenguat tersebut dipisahkan dengan kapasitor. Rangkaian semacam ini lebih dikenal dengan penguat gandengan RC. Penguat gandengan RC hanya bekerja untuk isyarat AC. Bila isyarat berupa arus / tegangan DC atau bolak-balik dengan frekuensi sangat rendah, maka diperlukan rangkaian penguat gandengan DC. Pada penguat ini, antara transistor yang satu dengan yang lainnya dihubungkan secara langsung. Ada beberapa cara untuk memperoleh penguat gandengan DC diantaranya adalah penguat hubungan Darlington Karena penguatan tergantung pada harga /?, maka memproduksi transistor dengan p yang tinggi banyak memberi keuntungan. Tetapi untuk maksud tersebut diiperlukan lapisan yang sangat tipis pada daerah basis yang akan mengakibatkan transistor mempunyai tegangan dadal (breakdown voltage) rendah. Untuk mencapai maksud tersebut di atas bisa dilakukan dengan menghubungkan dua transistor yang biasa disebut dengan pasangan Darlington seperti terlihat pada gambar 2.7. Pasangan transistor tersebut terdapat di pasaran dalam paket dengan ujung-ujung kaki E', B' dan C.

13 C / 0, Pil (p1+p2+p1p2)i P(p+i)i B* (p +i)t,vi *!+ )(% + 1! E" Gambar 2.7 Rangkaian Darlington Jika diasumsikan arus masukan i seperti diperlihatkan pada gambar 2.7 dan menghitung arus yang mengalir, akan didapat penguatan efektif P=(h'/h-) adalah P=P,+p2 +PlP: <2-3> *P,P2 Pasangan Darlington sering juga digunakan dengan arus emitor yang relatif tinggi, sehingga 2 relatif kecil, jika tidak Qi mempunyai nilai arus rendah sehingga /?1bisa berharga kecil. Sehingga didapat: p =50x100 = 5000 Dari perhitungan diatas nilai /v dapat dihitung dari arus emitor dari Q2. Namun demikian Q2 dikendalikan dari sumber (Qi) yang memiliki arus yang sangat rendah, karenanya memiliki hambatan keluaran yang tinggi. Oleh sebab itu harga r* efektif pasangan Darlington diberikan oleh

14 Re = re2 + rei/p2 (2-4) Namun IE\ =IeiI P2 dan juga re\ =P2re2, dengan demikian harga re efektif diberikan oleh re-2re2 (2-5) Transistor pasangan Darlington banyak dimanfaatkan pada rangkaian pengikut emitor tenaga-tinggi, utamanya pada penguat daya audio. 2.6 Regulator Tegangan Regulator tegangan merupakan komponen yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan. Seri LM 78XX adalah regulator tegangan positif dengan tiga terminal seperti ditunjukkan pada gambar 2.8. Regulator ini memiliki kemampuan mengeluarkan arus yang besarnya bervariasi sesuai dengan tipe yang diberikan oleh pabrik. 1. IN 2. GND 3. OUT 1 2 3 Gambar 2.8 Koneksi Pin 78XX

15 Tabel 2.1 Karakteristik Regulator Tegangan Seri LM 78XX type V out (V) I out (A) V in (V) 78XXC 78LXX 78MXX Min. Max. 7805 5 1 0,1 0,5 7,5 20 7809 9 1 0,1 0,5 11,6 21 Sifat - sifat: 1. Arus keluaran dapat melebihi 1 A. 2. Pengamanan pembebanan lebih termik secar intern. 3. Tidak diperlukan komponen ekstern tambahan. 4. Ada pengamanan daerah aman untuk transistor keluaran. 5. Pembatas arus hubungan singkat intern. 2.7 Motor Servo Komponen ini digunakan sebagai tenaga penggerak kamera beserta sensor ultrasonik. Dalam serangkaian motor servo tersebut terdapat kotak yang berisi roda gigi yang berfungsi untuk memperkecil kecepatan motor dan memperbesar daya yang dihasilkan. Gambar 2.9 Motor Servo

16 Motor servo yang digunakan mempunyai perbandingan antara masukan dan keluaran dalam hal putarannya. Penempatan motor servo dalam pembuatan penggerak kamera ini, diletakkan pada bagian bawah kamera dan sensor, dan berfungsi untuk menggerak dan mengarahkan kamera ke posisi objek yang terdeteksi.