BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

PENDIDIKAN FORMAL PROGRAM INTRAKURIKULER PROGRAM KOKURIKULER PROGRAM EKSTRAKURIKULER

Karakteristik Laki-Laki Perempuan Rata-rata SD Rata-rata SD. Pendidikan Ayah (tahun) 3,94 1,43 3,82 1,30. Pendidikan Ibu (tahun) 3,64 1,70 3,40 1,56

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Hakikat Ekstrakurikuler

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

Menjadi Sekolah Berprestasi, Berkarakter, Religius, dan Berwawasan Lingkungan. Humas78

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri dalam berbagai disiplin ilmu. Lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP NEGERI YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

PROGRAM KERJA KOORDINATOR EKSTRAKURIKULER SMP ITUS JALAKSANA TAHUN AJARAN 2015/2016 SMP ITUS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang positif, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menengah Atas Negeri yang ada di ProvinsiRiau, Indonesia. Terletak di jalan

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi. Di dalam proses sosial tersebut seseorang akan terpengaruh oleh. individu, kelompok maupun organisasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi

ORGANISASI KEMAHASISWAAN

BAB I PENDAHULUAN. demikian untuk sebagian orang lainnya. Betapa sering kita mendengar

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dari kredibilitas dari universitas itu sendiri. yang di miliki oleh lembaga pendidikan tersebut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap siswa tentu mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang berbedabeda.

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. umum, sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. ekstrakurikuler atau kegiatan organisasi siswa. Kegiatan-kegiatan yang diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :.

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

BAB I PENDAHULUAN. dan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu tempat pendidikan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki individu baik dalam segi kognitif, afektif, maupun psikomotor melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah (dalam Tuparia, 2014). Pendidikan mempunyai berbagai macam jalur, salah satunya dengan pendidikan di sekolah dapat kegiatan belajar mengajar didalam maupun di luar kelas. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 71 Jakarta merupakan Sekolah Menengah Atas yang berada di wilayah Jakarta Timur, pendirian sekolah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan di wilayah Jakarta Timur terutama di wilayah Duren Sawit (Kecamatan Jatinegara), Kelurahan Duren Sawit. Sekolah ini berdiri pada tanggal 30 Juli 1983 dengan luas tanah/bangunan 4800M dengan NIS/NSS: 30067/301016403072 dan diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1983 (Enggar, 2017). Jumlah siswa di sekolah ini berjumlah 864 orang, yang terdiri dari 24 kelas X, XI,XII dan dibagi menjadi 4 kelas. Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 69 Tahun 2013 siswa SMA dibagi menjadi berdasarkan kelas IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) di setiap jenjangnya. Pada umumnya sekolah negeri memiliki tiga jenis kegiatan kurikulum yaitu kegiatan intrakurikuler, kegiatan kokurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler (Fatmala & Nurwidawati, 2016). Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang sudah jelas, teratur, dan terjadwal dengan sistematik yang merupakan program utama dalam proses mendidik siswa. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang menunjang dan membantu kegiatan intrakurikuler siswa. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa (di luar intrakurikuler).

Menurut Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan no 62 tahun 2014 (dalam Azizah, 2014) Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan dan pengawasan satuan. Tujuan utama dari kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan bakat dan minat dari para siswa melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang ada di dalam sekolah maupun di luar yang tidak tercantum di dalam kurikulum pendidikan (Yudistiro, 2016). Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial dengan teman, guru, serta orang lain yang ada di sekitar mereka. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMAN 71 sebanyak 22 macam jenis kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat aktif, yaitu Paskibra, Palang Merah Remaja (PMR), Mading, silat, taekwondo, karate, Rohani Katolik (Rohkat) Rohani Kristen (Rohkris), Rohis, Basket, Futsal, Badminton, Paduan Suara (Padus), Band, Angklung, Drumband, Tari Salsa, Tari Saman, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Ilmu Computer (ICT), Fotografi, Nihon, dan English club. Kegiatan ekstrakurikuler di SMAN 71 Jakarta memiliki jenis kegiatan ekstrakurikuler dengan prestasi olahraga terbaik contohnya adalah pada bidang olahraga basket yang telah berhasil menjuarai Loop 3X3 Competition National Championship 2015 dan 2016 pada kompetisi DBL dengan hadiah tiket keluar negeri yaitu ke Amerika, juara 2 runner up,juara 1 basket putra dan putri Sejabodetabek di SMA Diponegoro,JIS Cup, SMAN 107, dan juga prestasi di bidang solo vocal, band, dan paduan suara yang juga meraih prestasi dalam rangka 10th National Folklore Festival UI dan Symphony of Trilogi Universitas Trisakti. Pencak silat, PMR, Lomba Tari Saman, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya juga banyak mendapat prestasi di bidangnya masing-masing (dalam Enggar, 2017). Masalah-masalah yang sering terdapat di sekolah adalah drop out (Papalia, Olds, & Feldman, 2008), bullying, berkelahi (Santrock, 2018), jalan jalan di mall, main game online, serta nongkrong dengan teman teman yang mengakibatkan tugas tugas terbengkalai (Bintarangningtyas, 2015). Selain itu, Ferrari (dalam Ghufron, 2010, dalam Widyari, 2012) menyebutkan sekitar 25% sampai dengan 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka. Hasil tersebut didukung oleh Widyari (2012) yang menemukan bahwa prokrastinasi atau penundaan merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota

masyarakat dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil, seperti sebagian pelajar diluar negeri. Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan crastinus yang berarti keputusan hari esok, yang jika digabungkan bermakna menunda sampai hari berikutnya (Ghufron & Risnawita, 2014). Prokrastinasi yang terjadi pada area akademik disebut sebagai prokrastinasi akademik (Chriswanto, 2016). Beberapa penelitian memaparkan banyaknya prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh pelajar. Menurut Alinda (2006, dalam Pradini, 2014), perilaku yang sering di lakukan adalah bermain sepulang sekolah 70%, malas mengerjakan tugas 40% dan bolos sekolah 37%. Selain itu menurut hasil penelitian Desandi (2007, dalam Pradini, 2014), sebanyak 47% siswa yang menjadi responden (78 orang) melakukan penundaan tugas akademik pada seluruh area prokrastinasi. Solomon dan Rothblum (1984, dalam Chriswanto, 2016) menyebutkan bahwa prokrastinasi merupakan kecenderungan menunda memulai menyelesaikan suatu tugas dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga tugas menjadi terhambat, tidak selesai tepat waktu, dan sering terlambat dalam mengumpulkanya. Mereka juga menjelaskan bahwa terdapat enam area akademik, yaitu tugas membuat laporan, tugas belajar menghadapi ujian, tugas membaca mingguan, tugas administratif (mengambil kartu studi, mengembalikan buku, dan membaca pengumuman), tugas kehadiran (membuat janji dan bertemu dosen untuk tutorial, tugas kehadiran (membuat janji dan bertemu dosen untuk tutorial) dan tugas akademik secara umum. Para siswa yang memiliki perilaku prokrastinasi akademik memberikan pengaruh pada strategi belajar siswa secara mandiri siswa. Lemahnya dalam mengatur atau membagi waktu mengakibatkan siswa kesulitan dalam menentukan jadwal kapan mereka akan mengerjakan tugas dan tergesa-gesa pada saat mengumpulkan. Guru dapat mengawasi cara belajar siswa saat pembelajaran di dalam kelas. Namun, ketika diluar kelas, siswa dituntut untuk belajar secara mandiri agar mereka mampu mengintegrasikan pengetahuan di sekolah dengan kegiatan-kegiatanya di luar sekolah (Fatmala & Nurwidawati, 2016). Menurut University Of Buffalo Counseling Service (2010, dalam Santrock, 2011) alasan para siswa yang melakukan prokrastinasi akademik adalah buruknya

manajemen waktu, sulitnya konsentrasi, rasa takut dan cemas, kepercayaan yang negatif, masalah personal (masalah keuangan, masalah dengan pacar, dan lainsebagainya), rasa bosan, ekspektasi yang tidak realistis, dan perfectionist (percaya bahwa kamu harus membaca semua yang tertulis pada materi sebelum kamu mulai menulis paper), rasa takut gagal (berpikir bahwa jika tidak dapat a, maka kamu gagal). Penulis melakukan wawancara sebagai studi pendahuluan dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, guru mata pelajaran, dan 8 siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dalam hal ini penulis menemukan suatu fenomena mengenai perbedaan antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler, khususnya antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan bahasa. Hal tersebut didapatkan dari hasil wawancara pada tanggal 10 Mei 2017 dengan ibu Y wakil kepala sekolah bagian kesiswaan bahwa terdapat siswa yang melakukan penundaan tugas seperti tidak mengerjakan PR serta telat dalam mengumpulkan tugas dimana menurut beliau siswa SMAN 71 melakukan penundaan tugas di sekolah disebabkan karena padatnya jadwal latihan untuk menuju perlombaan dalam bidang olahraga. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kurang optimal dalam memenuhi kegiatan intrakurikuler atau kegiatan akademiknya. Akibatnya, tugas mereka menumpuk dan terlambat dalam mengumpulkan tugas. Sebaliknya, dalam kegiatan ekstrakurikuler bahasa, kegiatan lomba sangat sedikit jumlahnya atau musiman. Kondisi tersebut membuat para siswa anggota kegiatan ekstrakurikuler bahasa dapat mengumpulkan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dengan tepat waktu. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh penulis, beberapa siswa di SMAN 71 Jakarta yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler terkadang meninggalkan proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan terlambat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru-guru pelajaran di kelas. Banyak siswa yang mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sebenarnya tidak mengganggu kegiatan belajar mereka. Namun, mereka lemah dalam mengatur waktu untuk kegiatan mereka. Mereka sulit membagi waktu antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler telah mendapatkan persetujuan dari para orang tua karena memiliki beberapa dampak positif, yaitu anak menjadi aktif, menambah kegiatan, memperluas pertemanan serta pengalaman berorganisasi, serta mengekspresikan kreativitas sang anak. Mereka memiliki jadwal ekstrakurikuler sekali

dalam seminggu atau paling banyak 3 kali dalam seminggu, selain kegiatan belajar di sekolah. Mereka juga mengatakan bahwa mereka memiliki kegiatan lain selain di sekolah, yaitu kegiatan les atau bimbingan belajar (bimbel), bermain bersama teman, dan juga kegiatan di rumah ibadah seperti gereja. Salah satu siswa bernama N, seorang anggota Basket Putri mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler terkadang mengganggu karena ia pulang malam dan merasa lelah ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Namun, hal tersebut tidak terlalu sering dirasakan karena kegiatan ekstrakurikuler dan mata pelajaran saling melengkapi. Siswa W, seorang anggota Basket Putra juga mengungkapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidak mengganggu, tetapi tertundanya tugas disebabkan karena dirinya malas akibat pulang latihan terlalu malam. Siswa C anggota Futsal mengatakan bahwa ia mengikuti ekstrakurikuler karena hobi. Ia juga mengungkapkan ketika harus mengerjakan tugas, ia tidak langsung mengerjakan tugasnya melainkan menundanya dan lebih senang berkumpul dengan teman-teman di daerah sekolah maupun rumahnya. Ia pun lebih senang melihat tugas teman di sekolah. Sebaliknya A, anggota English Club (bahasa inggris) mengatakan bahwa ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena suka terhadap kegiatan ekstrakurikulernya. Ketika ditanya mengenai tugas akademik dari guru di kelas, A mengatakan bahwa terkadang ia langsung mengerjakan tugas yang diberikan guru bersama dengan teman jika sedang malas mengerjakanya sendiri, ataupun mendiskusikannya bersama teman pada saat kegiatan ekstrakurikuler telah berlangsung di sekolah. Bila melihat permasalahan diatas, maka dapat terlihat bahwa siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga cenderung lebih suka menunda-nunda tugasnya dan sulit mengatur waktu dibandingkan dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bahasa. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji apakah terdapat perbedaan prokrastinasi akademik yang signifikan pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler bahasa di SMA Negeri 71 Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaaan prokrastinasi akademik yang signifikan pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler bahasa di SMA Negeri 71 Jakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk melihat ada tidaknya perbedaaan prokrastinasi akademik yang signifikan pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler bahasa di SMA Negeri 71 Jakarta.