Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

dokumen-dokumen yang mirip
Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

MATERI DAN METODE. Materi

EFEK PENAMBAHAN TEPUNG KULIT NANAS (Ananas comosus (L) Merr.) DALAM PAKAN TERHADAP JUMLAH TELUR DAN KUALITAS TELUR ITIK

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III METODE PENELITIAN

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang Peralatan dan Perlengkapan Pakan dan Air Minum

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari,

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

PENAMBAHAN GRIT KERANG DAN PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KUALITAS KERABANG TELUR AYAM ARAB (Silver brakel Kriel)

PENGARUH PEMBERIAN SPIRULINA DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM ARAB

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAHE MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

PENGGUNAAN POLLARD DENGAN ASAM AMINO SINTESIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS FISIK TELUR

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

Roesdiyanto, Rosidi dan Imam Suswoyo Fakultas Peternakan, Unsoed

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

Kualitas Telur Pertama Burung Puyuh (Coturnix coturnix javonica) Dengan PemberianTepung Daun Pepaya (Carica papaya L) Dalam Ransum

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

ENERGI METABOLIS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI RANSUM AYAM BROILER YANG MENGANDUNG LIMBAH RESTORAN SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH LABU KUNING/WALUH (Cucurbita moschata) DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP BERAT TELUR, TEBAL KERABANG, DAN EGG MASS

Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam Ransum pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

Tilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36.

PENGARUH PEMBERIAN LEVEL PROTEIN-ENERGI RANSUM YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM BURAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian kombinasi tepung kayambang

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

Peningkatan Indeks Warna Kuning Telur dengan Pemberian Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Kepala Udang dalam Pakan Itik

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014, bertempat di Laboratorium

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

PERFORMA AYAM SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

PENGGUNAAN CAMPURAN CASSAVA DAN TEPUNG INDIGOFERA SEBAGAI PENGGANTI JAGUNG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PUYUH PETELUR PADA UMUR 1 5 MINGGU

Transkripsi:

Pengaruh Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) Terhadap Kualitas Telur Itik Talang Benih The Effect of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Talang Benih Duck Egg Quality Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu kususiyahkususiyah@yahoo.com ABSTRACT The aim of this research was to evaluate the effect of taro (Colocasia esculenta) on egg quality of Talang Benih duck. Twenty five of laying females of Talang Benih duck were reared in individual cages. Five treatments of feed composition were arranged in a randomized complete design with five replications. Treatments included 87.5% basal feed with addition of 12.5% taro, i.e. 35% leaf + 40% petiole + 25% stem (P1), 25% leaf + 25% petiole + 50% stem (P2), 12,5% leaf + 12,5% petiole + 50% stem (P3), 100% stem (P4), and control, consisted of 100% basal feed (P0). Measured variables included egg weight, yolk color, thickness of egg shell, and physical composition of egg. The results showed that addition of taro with varied composition in leaf, petiole and stem at 12.5% feed significantly increased egg weight, improving yolk color, and increasing thickness of egg shell but did not affect of physical composition of egg. Key Words : Egg Quality, Talang Benih Duck, Taro (Colocasia esculenta) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan talas (Colocasia esculenta ) terhadap kualitas telur Itik Talang Benih. Dua puluh lima ekor Itik Talang Benih sedang produksi dipelihara dalam kandang baterai individual. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 5 perlakuan dengan 5 ulangan. P0 sebagai kontrol menggunakan 100 % ransum basal tanpa menggunakan talas, P1 menggunakan 87,5% ransum basal + 12.5 % talas (35% daun + 40% tangkai daun + 25% umbi), P2 menggunakan 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (25% daun + 25 % tangkai daun + 50 % umbi), P3 menggunakan 87,5% ransum basal + 12,5% talas (12,5% daun + 12,5% tangkai daun + 75% umbi), dan P4 menggunakan 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (100% umbi). Peubah yang diukur meliputi berat telur per butir, warna yolk, tebal kerabang telur, dan komposisi fisik telur. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan talas 12,5% berpengaruh secara nyata terhadap berat telur per butir, warna yolk, dan tebal kerabang telur, tetapi tidak berpengaruh secara nyata terhadap kmposisi fisik telur. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan talas dengan berbagai kombinasi penggunaan antara bagian daun, tangkai daun dan umbi sebanyak 12,5% secara nyata (P<0,05) meningkatkan berat telur per butir, memperbaiki warna yolk, dan meningkatkan tebal kerabang telur tapi tidak berpengaruh secara nyata (P>0,05) terhadap komposisi fisik telur. Kata Kunci : Kualitas Telur Itik Talang Benih, Talas (Colocasia esculenta) PENDAHULUAN Biaya pakan dalam industri peternakan merupakan komponen biaya yang paling tinggi. Oleh karena itu diperlukan kejelian peternak untuk dapat memanfaatkan bahan-bahan sumber pakan yang murah agar biaya pakan menjadi lebih rendah tanpa mengurangi performans dan kualitas ternak yang dipelihara. Talas merupakan tanaman yang banyak tumbuh liar di daerah rawa dan belum dimanfaatkan secara optimal. Talas yang merupakan tanaman asli daerah Pengaruh Penggunaan Talas 100

tropis telah lama dibudidayakan di Indonesia. Menurut Suhardi (2006), talas mengandung calsium, vitamin A, dan vitamin C jauh lebih baik dibandingkan dengan beras dan gandum. Umbi dan daun talas mengandung karbohidrat, protein, dan lemak (Somantri, 2006). Potensi talas sebagai bahan pakan telah terbukti dengan adanya peternak itik di berbagai daerah yang memberikan talas pada itik yang dipeliharanya. Diyakini bahwa dengan memberikan talas pada pakan itik, dapat mengurangi biaya pakan dan mampu meningkatkan produksi telur itik. Seberapa besar pengaruh penggunaan talas terhadap kualitas telur itik perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan talas terhadap kualitas telur itik Talang Benih. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan Itik Talang Benih betina sedang produksi umur 32 minggu sebanyak 25 ekor. Itik dipelihara pada kandang baterai individual ukuran 40 cm x 25 cm x 40 cm sebanyak 25 petak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 5 ulangan. Ransum disusun iso protein 17 %. Susunan ransum basal ditampilkan pada Tabel 2. dan disusun berdasarkan kandungan nutrisi bahan penyusun ransum (Tabel 1.). Komposisi ransum perlakuan ditampilkan pada Tabel 3. Teknik Pemberian Talas Daun, tangkai daun, dan umbi talas dicuci, dicacah-cacah berukuran sekitar 2 cm, untuk selanjutnya dikukus selama sepuluh menit. Setelah dingin talas tersebut dicampur dengan ransum basal dengan proporsi sesuai perlakuan. Ransum diberikan dua kali sehari, pagi pada pukul 7.00 WIB dan sore pada pukul 16.00 WIB, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Perlakuan pemberian talas dalam berbagai kombinasi daun, tangkai daun dan umbi digunakan 12,5%. Kelima perlakuan pemberian talas tersebut adalah : P0 : sebagai kontrol, menggunakan 100 % ransum basal tanpa menggunakan talas P1 : 87,5% ransum basal + 12.5 % talas (35 % daun + 40 % tangkai daun + 25 % umbi ) P2 : 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (25 % daun + 25 % tangkai daun + 50 % umbi ) P3 : 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (12,5 %daun +12,5% tangkai daun +75% umbi ) P4 : 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (100 % umbi) Peubah yang diukur meliputi: Berat telur per butir Berat telur per butir diketahui dengan menimbang berat per butir telur Warna yolk Warna yolk diukur dengan memberikan skor berdasarkan yolk color fan Tebal kerabang telur Tebal kerabang telur diukur dengan menggunakan jangka sorong, diukur pada bagian ujung lancip, ujung tumpul, dan bagian tengah telur Komposisi fisik telur Komposisi fisik telur didapat dengan menghitung persentase yolk, albumen, dan kerabang telur terhadap bobot telur utuh. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 4, No 2. Juli Desember 2009 101

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan penyususn ransum Bahan Penyususn Ransum Protein Kasar (%) Energi Metabolis (kkal/kg) Serat Kasar (%) Lemak (%) Dedak 10,45 1.856,49 19,34 9,78 Jagung 8,55 3.105,66 2,42 2,97 Konsentrat Layer Khusus 31,67 2800,00 9,83 6,73 Daun Talas 4,11 2918,25 13,28 4,44 Tangkai Daun Talas 3,02 2355,45 22,20 1,47 Umbi Talas 2,10 3420,23 2,59 0,69 Tabel 2. Komposisi bahan penyusun ransum basal dan kandungan nutrisinya Bahan Penyusun Ransum Persentase Dedak (%) 31,5 Jagung (%) 34,5 Konsentrat Layer Khusus (%) 34,0 Kandungan Nutrisi : Protein Kasar (%) 17,00 Energi Metabolis (kkal/kg) 2.608,78 Serat Kasar (%) 10,27 Ether Extrac (%) 6,27 Pengambilan data dilakukan setiap hari selama satu bulan. Data yang diperoleh dianalisis keragamannya, apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut DMRT. HASIL DAN PEMBAHASAN Berat telur per butir Ukuran telur menjadi tolok ukur harga sebutir telur itik; biasanya telur itik dengan ukuran besar mempunyai berat yang lebih tinggi sehingga harga per butir telurnya menjadi lebih mahal dibandingkan dengan telur yang berukuran kecil. Pengaruh pemberian talas terhadap rataan berat telur per butir ditampilkan pada Tabel 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berat per butir telur dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh penggunaan talas dalam ransum. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa berat telur itik P0 yang tidak mendapat talas, nyata lebih rendah dibandingkan dengan P2, P3, dan P4, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan P1. Terlihat dari Tabel 4. bahwa berat per butir telur pada itik yang diberi talas berkisar antara 63,03-65,41 g/butir adalah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi talas (P0) dengan berat telur per butir 60,14 g/butir. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan talas dalam ransum mampu meningkatkan berat per butir telur. Selanjutnya diantara itik yang mendapat perlakuan penggunaan talas, meskipun tidak berbeda secara nyata, semakin besar persentase pemberian bagian umbi akan menyebabkan semakin berat telur itik yang dihasilkan. Berat telur itik yang tanpa menggunakan talas 60,14 g, berat telur P1 dengan penggunaan bagian umbi 25% mencapai 63,03 g, berat telur P2 dengan penggunaan bagian umbi 50% mencapai 63,63 g, berat telur P3 dengan penggunaan bagian umbi 75% mencapai 64,94g, dan berat telur P4 dengan pengguaan 100% bagian umbi mencapai Pengaruh Penggunaan Talas 102

65,41 g. Terlihat bahwa peningkatan penggunaan bagian umbi talas meningkatkan ukuran berat telur per butir. Peningkatan tertinggi terjadi pada telur itik dengan penggunaan bagian umbi 100 %. Bila dibandingkan dengan kontrol, penggunaan 100% bagian umbi dapat meningkatkan ukuran telur sebesar 8,65 %. Peningkatan ukuran berat telur ini disinyalir disebabkan oleh peningkatan kandungan energi ransum. Tabel 3. memperlihatkan bahwa semakin tinggi penggunaan talas bagian umbi, kandungan energi ransum meningkat, dan hal ini diikuti oleh meningkatnya berat telur per butir. Warna Yolk Warna yolk merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas telur (Stadelman, 1997). Warna yolk yang disukai oleh kebanyakan konsumen adalah warna kuning tua dan tidak pucat. Warna yolk dapat diukur dengan memberikan skor warna berdasarkan warna standard Yolk Color Fan (Sudaryani, 2006). Rataan skor warna yolk itik Talang Benih selama penelitian disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan talas dalam ransum berpengaruh secara nyata (P<0,05) terhadap skor warna yolk. Skor warna yolk itik P0 yang tidak mendapatkan talas (5,38) nyata lebih rendah dibandingkan dengan itik yang mendapatkan talas P1 dengan skor 7,02, P2 dengan skor 7,03, P3 dengan skor 6,95, dan P4 dengan skor 6,90. Selanjutnya diantara itik yang mendapatkan talas, skor warna yolk itik P1 yang menggunakan daun 35% dan tangkai daun 40% adalah 7,02 tidak berbeda dengan skor warna yolk P2 yang menggunakan daun 25% dan tangkai daun 25% yaitu 7,03. Skor warna kuning telur P1 dan P2 ini lebih tinggi dibandingkan dengan P3 yang hanya menggunakan daun dan tangkai daun masing-masing 12,5% maupun P4 yang tanpa menggunakan daun dan tangkai daun. Hal ini menunjukkan bahwa daun dan tangkai daun talas memberikan kontribusi dalam pewarnaan yolk. Peningkatan warna yolk akibat penggunaan talas ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan daun indigofera segar, sebagaimana hasil penelitian Akbarillah et al. (2005) yang menyatakan bahwa skor warna yolk dengan pemberian indigofera 5%-15% berkisar 11,63 11,91. Tebal Kerabang Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan talas berpengaruh secara nyata (P<0,05) terhadap tebal kerabang telur. Tabel 4. menunjukkan bahwa tebal kerabang telur itik P1 (0,59 mm) yang tidak menggunakan talas nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan lain ( P1 0,65 mm, P2 0,65 mm, P3 0,66 mm, dan P4 0,64 mm). Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan talas dalam ransum itik dapat meningkatkan ketebalan Tabel 3. Komposisi bahan penyusun ransum perlakuan dan kandungan nutrisinya Bahan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Ransum Basal (g) 170 148,75 148,75 148,75 148,75 Daun Talas (g) 0 7,44 5,31 2,66 0 Tangkai Daun Talas (g) 0 9,56 5,31 2,66 0 Umbi Talas (g) 0 5,31 10,63 15,94 21,25 Kandungan Nutrisi Protein Kasar (%) 17,00 15,58 15,48 15,40 15,32 Energi Metabolis (kkal/kg) 2608,78 2906,57 2926,26 2968,12 3009,46 Serat Kasar (%) 10,27 12,23 11,14 10,34 9,54 Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 4, No 2. Juli Desember 2009 103

Tabel 4. Pengaruh penggunaan talas terhadap berat per butir telur, skor Yolk dan tebal kerabang telur Itik Talang Benih Perlakuan Berat Telur per Butir Skor Warna Yolk Tebal Kerabang (mm) (g/butir) P0 60,14±2,82b 5,38±0,23b 0,59±0,02b P1 63,03±1,25ab 7,02±0,24a 0,65±0,02a P2 63,63±2,56a 7,03±0,20a 0,65±0,01a P3 64,94±2,00a 6,95±0,24a 0,66±0,01a P4 65,41±2,32a 6,90±0,16a 0,64±0,00a Keterangan : P0 : sebagai kontrol, menggunakan 100 % ransum basal tanpa menggunakan talas P1 : 87,5% ransum basal + 12.5 % talas (35 % daun + 40 % tangkai daun + 25 % umbi ) P2 : 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (25 % daun + 25 % tangkai daun + 50 % umbi ) P3 : 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (12,5 % daun + 12,5% tangkai daun + 75% umbi ) P4 : 87,5% ransum basal + 12,5 % talas (100 % umbi) kerabang telur. Belum diketahui secara pasti mekanisme terjadinya peningkatan ketebalan kerabang dengan penggunaan talas ini, disinyalir talas mengandung zat aktif yang dapat memperbaiki efisiensi metabolisme calsium sebagai komponen yang mempengaruhi ketebalan kerabang telur. Kekurangan kalsium pada unggas yang sedang produksi dapat menyebabkan tipisnya kerabang telur (Wahyu, 1992). Tebal kerabang telur pada penggunaan talas ini berkisar antara 0,64-0,66 mm, adalah lebih tebal dibanding tebal kerabang telur itik Talang Benih yang diberi indigofera segar (Tris Akbarillah, et al, 2005 ) dengan tebal kerabang 0,37 0,39 mm. Komposisi Fisik Telur Itik Komposisi fisik telur dimaksud dalam penelitian ini meliputi persentase albumen (putih telur), persentase yolk, dan persentase kerabang telur. Penggunaan talas dalam ransum berpengaruh secara tidak nyata (P>0,05) terhadap komposisi fisik telur Itik Talang Benih. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi fisik telur tidak dipengaruhi oleh penggunaan talas dalam ransum. Tidak adanya pengaruh yang nyata ini diduga karena itik yang digunakan berumur sama. Pada umumnya ukuran tetur itik pada awalnya kecil kemudian meningkat dan akhirnya akan mengecil lagi saat mendekati masa akhir produksi (Kususiyah dan Kaharuddin, 2006). Menurut Amrullah (2003), kuning telur yang besar akan menghasilkan ukuran telur yang besar, sedangkan kuning telur yang kecil akan menghasilkan telur berukuran kecil. Persentase kuning telur Itik Talang Benih penelitian ini berkisar 31,16%-32,43% lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang dilaporkan Hardjosworo (1989) bahwa persentase yolk Itik Tegal berkisar antara 28,21%-28,84%, dengan persentase albumen berkisar 58,89%-59,40% dan kerabang telur 12,18%- 12,40%. KESIMPULAN Penggunaan talas 12,5% dari ransum dengan berbagai komposisi pemberian bagian talas secara nyata meningkatkan berat telur itik per butir, memperbaiki warna kuning telur, dan meningkatkan tebal kerabang telur tapi tidak berpengaruh secara nyata terhadap komposisi fisik telur. Pengaruh Penggunaan Talas 104

DAFTAR PUSTAKA Akbarillah, T., Kususiyah, dan Hidayat. 2005. Pengaruh penggunaan daun indigofera segar dalam ransum itik terhadap kualitas telur itik. Laporan Penelitian Universitas Bengkulu. Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor. Hardjosworo, P. S. 1989. Respon biologik Itik Tegal terhadap ransum pertumbuhan dengan berbagai kadar protein. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Kususiyah dan D. Kaharuddin. 2006. Respon produksi telur Itik Talang Benih pada level protein ransum berbeda serta kajian kualitas telur dengan CPO sebagai sumber karoten. Laporan Penelitian. Universitas Bengkulu. Bengkulu. Somantri, I. H. 2006. Mengenal Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Indonesia. Suhardi. 2006. Hutan dan Kebun sebagai Sumber Pangan Nasional. Kanisius. Yogyakarta. Stadelman, W. J. 1977. Egg Science and Tecnology. The Avipublising. Westport. Connecticut. Sudaryani, T. 2006. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 4, No 2. Juli Desember 2009 105