1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam:

dokumen-dokumen yang mirip
1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam:

KONSEP FREKUENSI SINYAL WAKTU KUNTINYU & WAKTU DISKRIT

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM. GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. -

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM. GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. -

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM

MATERI PENGOLAHAN SINYAL :

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analog to Digital Converter (ADC)

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

Tujuan Belajar 1. Peserta mengetahui definisi, representasi matematis, dan pengertian dasar tentang sinyal, sistem, dan pemrosesan sinyal

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan

2. Sinyal Waktu-Diskret dan Sistemnya

2.1. Filter. Gambar 1. Bagian dasar konverter analog ke digital

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

Digital to Analog Conversion dan Rekonstruksi Sinyal Tujuan Belajar 1

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 5 Modulasi Pulsa

MODULASI DELTA ADAPTIF

Pengolahan Sinyal Elektronik (PENDAHULUAN)

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com

Untai Elektrik I. Waveforms & Signals. Dr. Iwan Setyawan. Fakultas Teknik Universitas Kristen Satya Wacana. Untai 1. I. Setyawan.

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

BAB III METODE PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA SEISMOELEKTRIK. palu. Dari referensi pengukuran seismoelektrik di antaranya yang dilakukan oleh

TEORI ADC (ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL. Nyquist dan Efek Aliasing, dan Transformasi Fourier Diskrit

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi==

SIMULASI KONVERTER A/D DELTA-SIGMA TINGKAT-1 DENGAN MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

Control II ( ADC DAC)

Investigasi Terhadap Kemampuan 2 Tipe ADC

TEKNIK PENGKODEAN SINYAL Review from William Stalings. Waode Nurlailah (E1E )

Elektronika Lanjut. Sensor Digital. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Bauer, yang menerapkan

Materi-3 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

1. Pendahuluan. 2. Tujuan. 3. Gambaran Disain. MODUL 2 Codec dan Sampling

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

PENGOLAHAN SINYAL DAN SISTEM DISKRIT. Pengolahan Sinyal Analog adalah Pemrosesan Sinyal. bentuk m dan manipulasi dari sisi sinyal dan informasi.

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital

1. Sinyal adalah besaran fisis yang berubah menurut. 2. X(z) = 1/(1 1,5z 1 + 0,5z 2 ) memiliki solusi gabungan causal dan anti causal pada

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

MODUL 4 SAMPLING SINYAL

Jaringan Komputer. Transmisi Data

1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut:

KED PENGGUNAAN TURUNAN

QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION ( Q A M ) Sigit Kusmaryanto,

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB III METODE PENELITIAN

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

PENGGUNAAN TURUNAN. Maksimum dan Minimum. Definisi. Andaikan S, daerah asal f, memuat titik c. Kita katakan bahwa:

RANGKAIAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER (DAC) DAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

TINJAUAN PUSTAKA. Pengenalan Suara

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital

Praktikum Pengolahan Sinyal Analog to Digital Converter Modul 2

Jaringan Komputer Data Encoding Data Enc

Komunikasi Data. Bab 5. Data Encoding. Bab 5. Data Encoding 1/46

MODUL 4 SAMPLING DAN ALIASING

TEKNIK PENGKODEAN SINYAL

Dasar II Tahun : 2007 GELOMBANG BUNYI PERTEMUAN 03 (OFC)

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat

KOMUNIKASI DATA Data, Sinyal & Media Transmisi. Oleh: Fahrudin Mukti Wibowo, S.Kom., M.Eng

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1

Transformasi Laplace

Bab 3. Transmisi Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 4 Modulasi Frekuensi

BAB II LANDASAN TEORI

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

KONSEP SINYAL. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani February EL2032 Sinyal dan Sistem

II. LANDASAN TEORI. 2. P bersifat aditif tak hingga, yaitu jika dengan. 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

BAB III PERANCANGAN SISTEM PENYAMA

Tujuan dari Bab ini:

Analisa Numerik. Teknik Sipil. 1.1 Deret Taylor, Teorema Taylor dan Teorema Nilai Tengah. 3x 2 x 3 + 2x 2 x + 1, f (n) (c) = n!

MODUL 2 PEMBANGKITKAN SINYAL

SOAL UAS PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL WADARMAN JAYA TELAUMBANUA

Transkripsi:

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG Sinyal-sinyal analog di alam: 1. Suara 2. Sinyal biologis 3. Sinyal seismik 4. Sinyal radar 5. Sinyal sonar 6. Sinyal audio dan video Tiga langkah proses konversi A/D: 1. Pencuplikan. Adalah konversi sinyal waktu kontinu menjadi sinyal waktu diskret yang diperoleh dengan mengambil cuplikan sinyal waktu kontinu pada saat waktu diskret. x a (nt) x(n), dengan T adalah selang pencuplikan 2. Kuantisasi. Adalah konversi sinyal yang bernilai kontinu waktu diskret menjadi sinyal (digital) bernilai diskret, waktu diskret. Selisih antara cuplikan x(n) yang tidak terkuantisasi dan keluaran x q (n) yang terkuantisasi dinamakan Galat kuantisasi (Quantization error) 3. Pengkodean Dalam proses pengkodean, setiap nilai diskret x q (n) digambarkan dengan suatu barisan biner-b.

Perinsip konversi A/D, sinyal analog dapat disusun kembali dari cuplikan, yang memberikan bahwa laju pencuplikan cukup tinggi untuk menghindari masalah yang biasanya dinamakan pengaliasan (aliasing). 1.4.2 Pencuplikan Sinyal Analog Pencuplikan periodik atau pencuplikan seragam, yang merupakan tipe pencuplikan yang sering digunakan dalam praktik. x(n) adalah sinyal waktu-diskret yang diperoleh dengan mengambil cuplikancuplikan sinyal analog x a (t) setiap detik. T selang waktu antara cuplikan yang berurutan dinamakan periode pencuplikan atau selang cuplikan 1/T = Fs dinamakan laju pencuplikan (cuplikan per sekon) atau frekuensi pencupllikan (Hertz) F (atau Ω) untuk sinyal analog dan variabel frekuensi f (atau ) untuk sinyal waktudiskret. Untuk menetapkan hubungan ini, perlihatkan sinyal sinusoida analog yang berbentuk: x a (t) = A cos (2 Ft + ) bila dicuplik secara periodik pada laju Fs = 1/T cuplikan per sekon, menghasilkan Jika membandingkan variabel frekuensi F dan f berhubungan secara linear yaitu: Atau ekuivalen

Hubungan tersebut membenarkan nama frekuensi relatif atau ternormalisasi. Inerval variabel frekuensi F atau Ω untuk sinusoida waktu-kontinu adalah Namun, untuk situasi sinyal waktu-diskret adalah Dengan subtitusi ketiga persamaan terakhir, maka didaptkan bahwa frekuensi sinusoida waktu-kontinu bila dicuplik pada laju Fs =1/T, harus berada dalam interval, Atau ekuivalen Hubungan ini diringkas dalam tabel 1 berikut: Pencuplikan periodik suatu sinyal waktu-kontinu menunjukkan pemetaan interval frekuensi tak berhingga untuk variabel f (atau ). Karena frekuensi tertinggi dalam sinyal waktu-diskret adalah = atau f = ½, dengan laju pencuplikan Fs, nilai-nilai F dan Ω tertinggi yang sesuai adalah Contoh Pemakaian hubungan frekuensi ini dapat dinilai dengan memperhtikan dua sinyal sinusoida analog

Yang dicuplik dengan laju Fs = 40 Hz. Sinyal waktu-diskret atau barisan yang sesuai adalah Namun, cos 5 n/2 = cos(2 n + n/2) = cos n/2. Maka x 2 (n) = x 1 (n). Penting untuk memperhatikan bahwa F 2 bukan hanya alias dari F 1 tetapi pada laju pencuplikan 40 cupilkan per sekon, F 3 = 90 Hz juga merupakan alias dari F 1, F 4 = 130 Hz dst. Seluruh sinusoida cos 2 (F 1 + 40k)t, k = 1,2,3,4,... yang dicuplik 40 cuplikan per sekon menghasilkan nilai-nilai identik. Umumnya pencuplikan sinyal sinusoida waktu-diskret Dengan laju pencuplikan Fs = 1/T menghasilkan sinyal waktu-diskret Dengan f 0 = F 0 /Fs adalah realtif sinusoida. Jika mengasumsikan bahwa Fs/2 F 0 Fs/2, frekuensi f 0 dari x(n) adalah interval -1/2 f 0 1/2, yang merupakan interval frekuensi untuk sinyal waktu diskret. Dalam kasus ini, hubungan antara f 0 dan F 0 adalah satu ke satu, dan karena itu hal tersebut mungkin mengidentifikasi (atau rekonstruksi) sinyal analog x a (t) dan cuplikan x(n). Sebaliknya, sinusoida Dicuplik dengan laju Fs. Konsekuensinya sinyal yang dicuplik adalah Yang identik dengan x(n) sebelumnya.

Suatu contoh pengaliasan dengan dua sinusoid yang mempunyai frekuensi F 0 = 1/8 Hz dan F 1 = -7/8 Hz menghasilkan cuplikan-cuplikan yang identik bila laju pencuplikan Fs = 1Hz digunakan. Buktikan...! Jadi jumlah sinusoida waktu-kontinu tak berhingga disajikan dengan pencuplikan sinyal waktu-diskret yang sama (yaitu himpunan cuplikan yang sama). Latihan: 1. Perhatikan sinyal analog x a (t) = 3 cos 100 t (a) Tentukan laju pencuplikan minimum yang dibutuhkan untuk menghondari pengaliasan (b) Andaikan bahwa sinyal cuplik dengan laju 200 Hz. Berapa sinyal waktu-diskret yang diperoleh sesudah pencuplikan? (c) Andaikan bahwa sinyal dicuplik pada laju 75 Hz. Berapa sinyal waktu-diskret yang diperoleh sesudah pencuplikan? (d) Berapa frekuensi 0<F<Fs/2 dari suatu sinusoida yang menghasilkan cuplikancuplikan identik dengan yang diperoleh dalam bagian (c)? 2. Perhatikan sinyal analog x a (t) = 3 cos 50 t +10 sin 300 t cos 100 t Berapa laju Nyquist untuk sinyal ini? 3. Perhatikan sinyal analog x a (t) = 3 cos 2000 t + 5 sin 6000 t + 10 cos 12000 t (a) Berapa laju Nyquist untuk sinyal ini? (b) Sekarang asumsikan bahwa kita mencuplik sinyal ini menggunaan laju pencuplikan Fs = 5000 cuplikan/sekon. Berapa sinyal waktu-diskret yang diperoleh sesudah pencuplikan?

(c) Berapa sinyal analog y a (t) yang dapat kita susun ulang dari pencuplikan menggunakan interpolasi ideal? 1.4.3 Kuantisasi Sinyal Amplitudo-Kontinu Proses pengkonversian suatu sinyal amplitudo-kontinu waktu-diskret menjadi sinyal digital dengan menyatakan setiap nilai cuplikan sebagai suatu angka digit dinamakan kuantisasi. Kesalahan (error) diperkenalkan pada penampilan sinyal bernilai-kontinu dengan himpunan tingkatan nilai diskret berhingga dinamakan kesalahan kuantisasi atau kebisingan kuantisasi. X q (n) = Q[(x(n)] Maka kesalahan kuantisasi adalah e q (n) = x q (n) x(n) ilustrasi numerik kuantisasi dengan satu digit signifikan menggunakan pembulatan ke atas dan pembulatan ke bawah

x(n) n 0,9,n 0, n 0 Nilai-nilai yang mungkin pada sinyal digital dinamaka tingkat kuantisasi dengan menganggap bahwa jarak antara dua tingkatan kuantisasi yang berurutan dinamakan ukuran langkah kuantisasi atau resolusi. Kesalahan kuantisasi e q (n) pada pembulatan dibatasi pada interval - /2 e q (n) /2 Dengan kata lain kesalahan kuantisasi sesaat tidak melebihi setengah langkah kuantisasi (seperti pada tabel. Jika x min dan x maks menyatakan nilai x(n) minimum dan maksimum dan L adalah jumlah tingkatan kuantisasi, maka 1.4.4 Kuantisasi Sinyal Sinusoida Gambar di bawah ini menyajikan pencuplikan dan kuantisasi sinyal sinusoida analog x a (t) = A cos Ω 0 t

NB: garis horisontal menunjukkan waktu pencuplikan, garis vertikal menunjukkan waktu pencuplikan Jadi dari sinyal analog x a (t) memperoleh sinyal waktu-diskret x(n) = x a (nt). Jika laju pencuplikan Fs memenuhi teorema pencuplikan, kuantisasi merupakan kesalahan saja dalam proses konversi A/D. Jadi kita dapat mengkonversi kesalahan kuantisasi dengan mengkuantisasi sinyal analog x a (t) sebagai ganti sinyal waktu-diskret x(n) = x a (nt). Pemerikasaan gambar di bawah ini menunjukkan bahwa sinyal x a (t) hampir linear antara tingkatan-tingkatan kuantisasi. τ menujukkan waktu x a (t) berada dalam tingkatan kuantisasi. Daya kesalahan rata-rata P q adalah Karena maka

Jika pengkuantisasi mempunyai b bit dengan keakuratan dan pengkuantisasi meliputi interval keseluruhan 2A,langkah kuantisasinya adalah = 2A/a b, karena itu Daya rata-rata sinyal x a (t) adalah Kualitas keluaran pengkonversi A/D biasanya diukur dengan rasio sinyal-ke-kebisingan (noise) kuantisasi (SQNR), yang memberikan rasio daya sinyal terhadap daya kebisingan: Dinyatakan dalam desibel (db), SQNR adalah 1.4.5 Pengkodean Cuplikan Terkuantisasi Jika ada L tingkatan perlu sekurang-kurangnya L angka biner yang berbeda. Dengan panjang kata b bit maka dapat menciptakan 2 b angka biner yang berbeda. Karena 2 b L, atau sama dengan, b log 2 L. Jadi jumlah bit yang diperlukan dalam pengkodean adalah integer terkeecil yang lebih besar dari atu sama dengan log 2 L. Pengkonversi yang tersedia secara konversial dapat diperoleh dengan presisi tertentu dari b = 16 atau kurang. Umumnya, jika laju pencuplikan yang lebih tinggi dan kuantisasi yang lebih baik, akan menyebabkan devais lebih mahal. 1.4.6 Konversi Digital ke Analog Dari pandangan praktis, pengkonversi D/A yang paling sederhana (gambar di bawah ini) menahan nilai konstan cuplikan sampai cuplikan berikutnya diterima.

Pengembangan tambahan lain daat diperoeh menggunakan interpolasi linear seperti pada gambar di bawah ini yang menghubungkan cuplikan berurutan dengan potongan garis lurus. Interpolasi yang lebih baik dapat dicapai menggunakan teknik interpolasi orde-tinggi yang lebih canggih. Gambar konektor titik linear (dengan tunda T detik) Latihan: 1. Tentukan dari sinusoida berikut yang periodik dan hitung periode fundamentalnya: (a) Cos 0.01 n (c) sin 3n (b) Cos 3 n (d) sin ( (62n/10)) 2. Tentukan apakah setiap sinyal berikut periodik. Untuk kasus sinyal periodik, tetapkan periode fundamentalnya. 3. Sinyal waktu-diskret x(n) = 6,35 cos( /10)n dikuantisasi dengan resolusi (a) =0,1 atau (b) 0,02. Berapa bit yang dibutuhkan dalam pengkonversian A/D pada masingmasing kasus? 4. Tentukan laju bit dan resolusi dalam pencuplikan suatu sinyal seismik dengan interval dinamis 1 volt jika laju pencuplikan Fs = 20 cuplikan /s dan kita menggunakan pengkonversi A/D 8-bit? Berapa frekuensi maksimum yang dapat hadir untuk menghasilkan sinyal seismik digital?